Festival Budaya Lembah Baliem di Papua Disorot Dunia

Inside a Mass Fertility Festival among Indonesian Tribes Living in Papua

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Festival Budaya Lembah Baliem di Papua Disorot Dunia
Mereka mengenakan atribut khas suku Dani berikut cat wajah, bulu burung, tulang binatang, dan penutup alat kelamin pria yang disebut Koteka (Foto2: MailOnline)

MENGENAKAN pakaian adat, inilah penampilan suku Dani yang menjadi perhatian media asing pada perayaan Festival Budaya Lembah Baliem ke-27.

Setiap bulan Agustus suku Dani melakukan kegiatan seremonial perang suku dengan suku-suku tetangga - Lani dan Yali - untuk melaksanakan ritual tradisional mengharapkan kesuburan dan kesejahteraan bagi mereka.

Mereka mengenakan atribut khas suku Dani berikut cat wajah, bulu burung, tulang binatang, dan penutup alat kelamin pria yang disebut Koteka. Sementara para wanita mengenakan semacam rok yang terbuat dari anyaman anggrek dihiasi jerami, dikenakan dari kepala yang dinamai 'noken'.

Foto lain menunjukkan mereka memainkan semacam instrumen musik kuno yang dinamai pikon, yang digunakan untuk mengiringi lagu sebagai latar belakang dari suasana perang suku.

Tahun ini festival ini diadakan pada 8-10 Agustus di Wamena, Kecamatan Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Papua, yang disaksikan 200 wisatawan asing menyaksikan atraksi dari 300 penari, seperti dilansir MailOnline.

WEARING elaborate tribal clothing and decorations, this is the Indonesia’s rarely seen Dani tribe celebrating the 27th Baliem Valley Cultural Festival.

Every August the Dani wage mock battles with neighbouring tribes - the Lani and Yali peoples - to celebrate the fertility and welfare of the Papua province as well as upholding ancient traditions.

The men can be seen sporting distinctive tribal attire, including face paint, feathers, animal bones and intricate penis sheaths named Koteka. The women wear skirts made from woven orchid fibres decorated with straw and woven bags, worn from the head, named 'noken'.

Other images show the tribe playing with an ancient instrument named a pikon, which along Papuan singing and chanting forms the soundtrack to the battle.

After the battle, there is customary dancing and music of Papua, rattan spear throwing and games, pig racing, earth cooking and the celebratory roast pig feast.

This year the festival was held on the 8-10th of August in Wamena, Walesi Sub-district, Jayawijaya District, Papua, with some 200 foreign tourists watching 300 dancers.