`Difajek`Pengojek Difabel Buka Lapangan Kerja bagi Penyandang Cacat

In Indonesia, Disabled Drivers Join Ride-hailing Service Boom

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


`Difajek`Pengojek Difabel Buka Lapangan Kerja bagi Penyandang Cacat
Difajek, layanan ojek untuk penyandang cacat dan siap melayani siapa pun yang membutuhkan di Yogyakarta (Foto: rimanews.com)

LUMPUH akibat polio tidak menyurutkan tekad Triyono untuk mengembangkan bisnis ojek, dengan meluncurkan layanan ojek yang dikemudikan pengojek dengan kebutuhan khusus.

Didukung 20 pengojek dengan kebutuhan khusus dan sepeda motor roda tiga hasil modifikasi, Triyono usia 35 mengisi kesenjangan layanan angkutan umum yang saat ini tergolong masih mengabaikan penumpang angkutan umum dengan kebutuhan khusus di negara dengan penduduk terbesar keempat dunia.

"Ini dimulai sebagai kegiatan sosial dengan harapan membantu orang-orang cacat. Kemudian kami memberi mereka sepeda motor untuk mendukung mobilitas mereka dan memastikan kegiatan sehari-hari mereka berjalan lancar," katanya, seraya menambahkan bahwa semua pengemudi ojeknya disertifikasi dengan surat ijin mengemudi (SIM) kategori khusus.

Sementara layanan ojeknya ditujukan untuk memberikan transportasi bagi warga cacat lainnya, tapi siapa pun dapat menggunakan layanan ini.

Dia berencana untuk memperluas dan meluncurkan aplikasi telepon seluler pada November, bergabung dengan persaingan yang ketat antara layanan berbasis aplikasi-populer transportasi yang disediakan oleh perusahaan ojek online Gojek dan Grab yang berbasis di Singapura.

Triyono mengatakan dia berharap untuk membantu lebih banyak warga orang cacat mencari pekerjaan di kampung halamannya di Yogyakarta, destinasi wisata dan mengantar penumpang menuju di dekat kawasan Candi Borobudur, candi Budha terbesar di dunia.

Menurut data pemerintah, sekitar 11 persen penduduk Indonesia dari total 250 juta orang hidup dengan kebutuhan khusus dan sebagian besar dari mereka hidup miskin.

Bagi mantan penjual buah Aris Wahyudi mengendarai "difajek" - kombinasi dari kata untuk "difabel" dan "ojek" - kerap meraih penghasilan lebih dari dua kali lipat penghasilannya, yang sebelumnya hanya mendapat kurang dari Rp39.000 per hari.

"Sekarang saya bisa meraih pendapatan minimal Rp50.000 rupiah ke rumah setiap hari, dan rata-rata sekitar 100.000 rupiah per hari. Jadi ada peningkatan kenaikan," kata Wahyudi.

Bagi banyak pelanggan, tujuan utama layanan ojek untuk memberi pekerjaan pada penyandang cacat.

"Saya memilih layanan ojek difabel karena membuat saya lebih nyaman. Pengemudi difabel, dan saya cacat juga. Kita bisa saling percaya," kata Yuli Siswanto, yang kehilangan kaki dalam kecelakaan sepeda motor beberapa tahun yang lalu seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.

POLIO did not stop Triyono from cashing in on Indonesia's booming ride-hailing business last year, when he launched a motorcycle taxi service run exclusively by disabled drivers.

With a crew of 20 drivers and modified three-wheeled motorbikes, Triyono, 35, is filling a gap in a public transport service that s not particularly disabled-friendly in the world's fourth-most populous country.

"It started as a social activity with the hope of assisting disabled people. Then we gave them motorbikes to support their mobility and make sure their business runs smoothly," he said, adding that all drivers are certified with a handicapped drivers licence.

While he service is aimed at providing rides for other disabled people, anyone can use the service.

He planning to expand and launch a mobile phone app in November, joining the stiff competition between the popular app-based transport services provided by home-grown company Gojek and Singapore-based Grab.

Triyono said he hoped to help more disabled people find employment in his hometown of Yogyakarta, a tourist destination and base for visiting nearby Borobudur, the world's largest Buddhist temple.

According to government data, about 11 percent of Indonesia's population of 250 million are living with disabilities and many of them are poor.

For former fruit seller Aris Wahyudi driving a "difajek" - a combination of the Indonesian words for "disabled" and "motorcycle taxi" - often meant more than doubling his income, which used to be less than $3 a day.

"Now I can bring in a minimum of 50,000 rupiah ($3.80) home every day, and on average around 100,000 rupiah ($7.60) a day. So there's an increment," said Wahyudi, who has a disabled arm and leg.

For many customers, the fact the service employs people with disabilities is a key selling point.

"I choose disabled motorbike taxi service because it makes me feel comfortable. The driver is disabled, and I am disabled too. We can trust each other," said Yuli Siswanto, who lost a leg in a motorcycle accident several years ago.