Banjir di Jakarta akan Dipantau Pemprov DKI dengan Teknologi Berbasis Twitter

Jakarta Disaster Management Board Will Monitor Flood by Twitter

Reporter : Roni Said
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Banjir di Jakarta akan Dipantau Pemprov DKI dengan Teknologi Berbasis Twitter
Foto: telegraph.co.uk

Jakarta (B2B) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggandeng Universitas Wollongong Australia untuk mengembangkan teknologi informasi semacam Twitter, sebagai perangkat untuk memantau banjir di ibu kota. Universitas Wollongong yang memiliki insfrastruktur SMART dan Twitter, maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta meluncurkan situs www.petajakarta.org untuk memantau dan memetakan banjir dengan teknologi open-source bernama, Geosocial Intelligence Engineering.

Teknologi open-source memiliki sistem kerja mengubah tweet dengan geo-tag menjadi data yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI guna mengenali, mengarahkan, dan merespons lebih cepat terhadap banjir musiman di wilayah ibu kota secara lebih detail.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan dukungan teknologi tersebut akan mendukung penanggulangan banjir lebih cepat melalui situs petajakarta.org. Pemprov DKI juga akan mengembangkan sistem ini lebih jauh hingga ke tingkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW), sehingga penanggulangan banjir dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.

"RT/RW akan kami bayar kalau dia mengirim berita ke sistem kami," kata Basuki, belum lama ini.

Ia mengatakan, perlu dilakukan pembicaraan untuk menyatukan sistem antara Twitter dan Google Waze yang sebelumnya sudah bekerja sama untuk masalah data kemacetan di Jakarta.

"Pertengahan Desember akan kita lakukan planning. Kita sudah punya satu sistem tweet, dari Google, contoh, katakanlah, kalau dia mau gaji RT/RW 900 ratus ribu, misalnya, ya sudah sehari kamu kira mesti ngetweet 3 kali. Satu kali tweet 10 ribu," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Penelitian Fasilitas Infrastruktur SMART Universitas Wollongong, Pascal Perez menjelaskan, proyek ini tidak sekadar mengumpulkan data banjir secara pasif tapi juga merupakan wujud tindakan.

"Kami tidak butuh data yang banyak, tapi kami butuh smart data, dan sensor terpintar yang kami punya adalah masyarakat itu sendiri. Melalui kerja sama antara BPBD dan Twitter. Kita memberdayakan masyarakat untuk melaporkan masalah banjir yang terjadi di sekitarnya secara realtime," jelasnya.

Ia menambahkan, kerja sama hibah data ini merupakan yang pertama di dunia antara Twitter, universitas, dan badan penanggulangan bencana. Sebab program petajakarta.org merupakan suatu penggunaan data Twitter yang inovatif guna mengatasi permasalahan serius banjir yang berdampak pada jutaan orang.

"Jakarta adalah tempat yang ideal untuk menghasilkan sinyal realtime kualitas tinggi bagi sistem penanggulangan bencana BPBD. Hal ini menunjukkan bagaimana data Twitter dapat mendorong perubahan sosial yang positif serta memberdayakan masyarakat," tambahnya.

Pada acara launching, Ahok menjadi orang pertama yang menggunakan hastag #banjir di @PetaJkt. Dia menuliskan, 'Pak @jokowi_do2, kena banjir Jakarta? Bantu tweet ke @petajkt #banjir cek petajakarta.org & follow @BPBDJakarta utk info lebih lanjut'.

Sekadar diketahui proyek petajakarta.org dimulai pada bulan Mei 2014 dan dilaksanakan bersama BPBD DKI Jakarta. Penggunaan aplikasi ini untuk mendukung penanggulangan banjir di ibu kota yang dihuni oleh lebih dari 10 juta jiwa. Berbagai permasalahan seperti penanganan sungai dan pesisir, serta peningkatan permukaan laut membuat Jakarta sangat cocok dijadikan sebagai lokasi untuk menguji efektivitas teknologi yang mengandalkan sistem crowd funding pada petajakarta.org tersebut.

Jakarta (B2B) - Jakarta Provincial Government optimizes the use of technology to monitor flooding through social media. By cooperating with Twitter and Wollongong University, Australia, that has an infrastructure facility called SMART (Stormwater Management and Road Tunnel), Jakarta Disaster Management Board (BPBD) launched www.petajakarta.org site to monitor and map flooding in Jakarta using an open-source technology named the geosocial intelligence engineering.

This open-source technology has a work system that changes geo-tag tweets become data that can be utilized Jakarta Provincial Government to recognize, direct, and response faster about flooding in capital city in more detail way.

“This system will be developed further until RT/RW level, so flood handling can be done quickly and effectively. We’ll pay RT/RW if they sent news to our system,” Jakarta Governor Basuki Tjahaja Purnama said in here recently.

Even so, Ahok admitted that further discussion still needs to be done to unite the system between Twitter and Google Waze, which previously has cooperated with city administration in handling the data of traffic congestion in the capital city.

“We’ll do planning in mid December. For example, if RT/RW wanted salary Rp 900 thousand, they should tweet three times a day, because one tweet worth Rp 10 thousand,” he explained.

Meanwhile, Director of SMART Infrastructure Facility Research from Wollongong University, Pascal Perez, said this project is not only collecting flood data passively, but it also a form of real action.

“We don’t need many data, but we need smart data. And, the smartest sensor that we have is the citizen itself. Through cooperation with BPBD and Twitter, we can empower citizens to report about flooding that happens around them in real-time,” he uttered.

According to Perez, this data grant cooperation between a university, Twitter, and a disaster mitigation board is the first time done in the world. Moreover, www.petajakarta.org is an innovative use of Twitter data to address the serious problems of flooding that impact millions of people.

“Jakarta is an ideal place to produce high quality real time signal to BPBD’s disaster management system. It shows how Twitter data could encourage positive social changes and empower the citizens,” he told.

In that launching ceremony, Ahok became the first man who used hash tag #banjir (flooding) on @petajkt. He wrote, ‘Mr. @jokowi_do2 affected by flood in Jakarta? Help tweet to @petajkt #banjir check petajakarta.org & follow @BPBDJakarta for more info’.

For information, the www.petajakarta.org project was initiated in May 2014. The use of this application is to support flood handling in the capital city that is inhabited by more than 10 million lives. Various issues such as river and coastal management as well as increase in sea level make Jakarta is highly suitable to be used as a location to test the effectiveness of technology that relies on crowd funding system on petajakarta.org site.