P4S Ubah Perilaku Petani dari Budidaya untuk Konsumsi ke Perbenihan

Press Tour of Indonesia Agriculture Ministry`s Agency for Human Resource Development

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


P4S Ubah Perilaku Petani dari Budidaya untuk Konsumsi ke Perbenihan
Sumari Citro Wibisono, Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Anggayuh Mulyaning Tani (Amulat) dan Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan BPPSDMP, Supriadi (ke-2 kanan)

Yogyakarta (B2B) - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan berhasil mendorong para petani di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta untuk membudidayakan benih kacang kedelai, dengan hasil produksi mencapai 150 ton pada 2015 sesuai permintaan pasar meskipun para petani di Dusun Sawahan, Desa Bleberan, Kecamatan Playen mampu menghasilkan produksi di atas 150 ton.

Hal itu dikemukakan oleh Sumari Citro Wibisono, Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Anggayuh Mulyaning Tani (Amulat) pada kunjungan pers di Gunung Kidul yang dipimpin oleh Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan BPPSDMP, Supriadi pada Kamis (21/4). Turut hadir Kepala Subbag Humas BPPSDMP Kementan, Riris Kartikawati; Kasubbid Kelembagaan dan Ketenagaan Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP Kementan, Eka Herissuparman.

"Sampai awal tahun 2000 kami bertani untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, namun setelah dibimbing oleh P4S maka petani mulai berpikir dan berproduksi untuk diperdagangkan," kata Sumari.

Dia menambahkan, petani kedelai yang tergabung di P4S Amulat mampu meningkatkan produksi kedelainya, namun hal itu terpaksa diurungkan lantaran minimnya dukungan pemerintah dan saat ini harga jual benih kedelai dan kedelai konsumsi mencapai Rp12.000 per kg, sementara harga kedelai impor hanya Rp7.000 per kg sehingga petani lokal sulit bersaing untuk memasarkan produksinya.

Ketua Divisi Diklat P4S Amulat, Supraptono menambahkan keberadaan P4S yang merupakan lembaga pelatihan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani baik secara perorangan maupun kelompok.

"Keberadaan P4S sebagai tempat belajar dari petani oleh petani dan untuk petani, dan saya mengawali di sini dengan membuka klinik konsultasi pertanian yang berdiri pada 19 Januari 2001, lalu berkembang menjadi pusat pelatihan, pertemuan dan kebutuhan lainnya bagi petani di sini," kata Supraptono.

Kegiatan P4S Amulat lainnya adalah pelatihan, kerja magang, studi banding, dan musyawarah petani. Kegiatan lain adalah pelatiha perbenihan palawija, pembibitan sapi lokal, pengolahan pupuk organik, dan pakan alternatif.

Supraptono menambahkan saat ini P4S Amulat membina 11 kelompok tani binaan, dan kini telah melatih sekitar 120 kelompok tani dan 3.600 orang taruna tani.

Yogyakarta (B2B) - The Indonesia Agriculture Ministry´s Agency for Human Resource Development of Agricultural (BPPSDMP) succeeded in encouraging farmers in Indonesia´s Gunung Kidul of Yogyakarta to cultivate soya bean seed reached 150 tons in 2015 , according to market demand although farmers in Sawahan Hamlet of Bleberan village in Playen district is able to produces over 150 tons.

The facts stated by Sumari Citro Wibisono as chairman of Amulat Non-governmental Agricultural Training Center (P4S) in the press tour of BPPSDMP who was led by senior official of BPPSDMP, Supriadi on Thursday (4/21). It was attended by Head of Public Relations Section of BPPSDMP, Riris Kartikawati; Head of Sub Institutional and Workforce Training Center for Agriculture, Eka Herissuparman, and public relations practitioners in the ministry.

"Until early the year of 2000 we farmed to meet consumption needs, but after being guided by the P4S then the farmers began to think and produce to be traded," Mr Wibisono said.

He added, soybean farmers who are members of P4S Amulat able to increase soy production, but it had to be postponed due to lack of government support, the current selling price of soybean seed and soybean consumption reached 12,000 rupiah per kg, while the price of imported soybean is only 7,000 rupiah per kg so that local farmers can not compete.