Pengungkapan Sabu 62 Kg di Filter Alat Berat Disorot PBB

Drug Smugglers Face Death after Being Caught with 60 Kilos of Meth in Indonesia

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Pengungkapan Sabu 62 Kg di Filter Alat Berat Disorot PBB
Mabes Polri dan Ditjen Bea dan Cukai memperlihatkan lebih dari 60 kg sabu yang berhasil disita setelah diselundupkan dari Kamerun (Foto: MailOnline)

LEBIH DARI 60 kilogram sabu telah disita oleh Kepolisian RI (Polri), yang dikaitkan dengan perdagangan narkoba ke Australia.

Dua orang yang diduga terlibat dengan sindikat narkoba Nigeria ditangkap setelah menyembunyikan narkoba ke dalam filter alat berat, dilaporkan pada Rabu.

Brigadir Jenderal Pol Dharma Pongrekun mengatakan dua tersangka kurir dan pengedar ditangkap di Cengkareng, Banten setelah dua bulan diintai oleh polisi.

"Kami menemukan bahwa paket ini berasal dari Kamerun, dikirim melalui Turki sebelum tiba di Cengkareng (Soekarno-Hatta)," kata Dharma Pongrekun.

Asia Tenggara dan Asia Timur menjadi pasar terbesar di dunia untuk penggunaan dan pembuatan sabu - termasuk methamphetamine atau 'es' - sebutan dari Badan Anti Narkoba PBB (UNDOC).

China merupakan negara sumber utama untuk sabu yang menjangkah hingga Australia, tapi kasus narkoba yang diangkut melalui Indonesia dan Thailand belum pernah terdengar selama ini.

Pada Januari, seorang pria 43 tahun didakwa karena diduga terlibat dalam kegiatan menyelundupkan sekitar 60 kilogram methylamphetamine kristal (sabu) dari Indonesia.

Polisi Federal Australia mengatakan, upaya penyelundupan narkoba yang berhasil terungkap memiliki nilai jual hingga $40 juta setelah diedarkan.

UNDOC mengatakan dalam sebuah laporan pada 2015 bahwa terjadi peningkatan lima kali lipat di laboratorium amfetamin di Indonesia selama empat tahun terakhir, sebagian besar untuk memasok kebutuhan dalam negeri.

Namun UNDOC memperingatkan produksi lokal juga memicu perdagangan internasional pada tingkat yang  memprihatinkan.

Dr Terry Goldsworthy, asisten profesor di kriminologi di Bond University, mengatakan pertumbuhan produksi di Indonesia harus menjadi perhatian bagi Australia mengingat kedekatan jarak kedua negara.

"Ini akan masuk akal jika mereka memproduksi jenis produk yang kemudian mereka akan pindahkan ke pasar kami. Ini adalah pasar yang sangat menguntungkan," katanya.

Pria yang ditangkap terancam menghadapi hukuman mati di bawah ketentuan hukum di Indonesia, yang akan menghadapi ancaman hukuman mati menyusul pengumuman bahwa pengedar narkoba termasuk dari 14 terpidana mati yang akan dieksekusi dalam waktu dekat.

Dua warga Australia termasuk di antara tujuh narapidana yang dieksekusi pada April tahun lalu karena menyelundupkan narkoba, yang memicu kecaman luas dari para pemimpin dunia dan negara-negara Amerika seperti dilansir MailOnline.

MORE THAN 60 kilograms of ice has been confiscated by police in Indonesia, a country that has been linked to trafficking of the drug to Australia in the past.

Two people suspected of involvement with a Nigerian drug syndicate were arrested over the haul which was hidden inside air filters of heavy machinery, Indonesian state news agency Antara reported on Wednesday.

National Police Brigadier General Dharma Pongrekun said the two suspected couriers and dealers were arrested on the outskirts of Indonesia's capital, Jakarta, following two months of surveillance.

'We discovered that these packages came from Cameroon, sent through Turkey before arriving in Cengkareng (Soekarno-Hatta Airport),' Mr Pongrekun said.

Southeast and East Asia are the world's largest market for the use and manufacture of amphetamine-type stimulants - including methamphetamine or 'ice' - according to the United Nations Office on Drugs and Crime (UNDOC).

China is considered the major source country for ice reaching Australia, but cases of the drug being transported via Indonesia and Thailand are not unheard of.

In January, a 43-year-old man with bikie links was charged for his alleged involvement in the importation of about 60 kilograms of crystal methylamphetamine from Indonesia.

The Australian Federal Police said the seizure had a potential street value of up to $40 million.

UNDOC said in a 2015 report there had been a five-fold increase in busts of amphetamine labs in Indonesia over the last four years, largely to supply domestic demand.

But the organisation warned local production was also fuelling international trafficking at a concerning rate.

Dr Terry Goldsworthy, assistant professor in criminology at Bond University, said growing production in Indonesia should be a concern to Australia given how close the two countries are.

'It would make sense if they're producing that type of product they would move it into our market. It’s an incredibly lucrative market,' he said.

The arrested men face a maximum penalty of death under Indonesia's harsh drug laws, which have come under fire again this week following the announcement that drug traffickers would be among 14 death row inmates executed in the near future.

Two Australians were among seven convicts executed for drug offences in April last year, drawing widespread condemnation from world leaders and the United nations.