Terminal 3 Ultimate di Bandara Soekarno-Hatta Mulai Beroperasi

New Terminal for Indonesian Capital`s Crowded Airport

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Terminal 3 Ultimate di Bandara Soekarno-Hatta Mulai Beroperasi
Tiga pramugari Garuda Indonesia menanti boarding time untuk naik ke pesawat di Terminal 3 Ultimate (Foto: MailOnline)

TERMINAL baru di Bandara Soekarno - Hatta di Cengkareng telah dibuka pada Selasa untuk memenuhi permintaan konsumen transportasi udara yang terus meningkat dan telah mencapai puluhan juta penumpang dalam setahun.

Jumlah penumpang transportasi udara meningkat di Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia dan, dengan meningkatnya jumlah kelas menengah yang memilih angkutan udara untuk transportasi tapi infrastruktur belum mendukung permintaan konsumen tersebut.

Terminal baru berbiaya Rp4,7 triliun di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dibangun dengan disain futuristik yang luas, diperkirakan mampu melayani sekitar 25 juta penumpang per tahun setelah beroperasi penuh pada bulan Maret tahun depan.

Tiga terminal lainnya di bandara tersibuk di Indonesia saat ini menangani sekitar 60 juta penumpang per tahun, yang melebihi kapasitasnya.

Penerbangan pertama, layanan domestik oleh Garuda, berangkat Selasa pagi. Terminal akan memulai menangani penerbangan Garuda untuk rute domestik sebelum kemudian menyediakan penerbangan internasional.

Berbicara pada pembukaan terminal, direktur utama Garuda Arif Wibowo menyebutnya sebagai "tonggak besar" yang akan membantu memberikan layanan yang lebih baik bagi konsumen.

Eman Suherman, penumpang Indonesia yang dijumpai di Terminal 3, mengatakan dia "bangga" pada terminal baru, seraya menambahkan: "Ini di luar ekspektasi kami."

Terminal baru kemudian akan terhubung ke Jakarta Pusat, sekitar 30 kilometer (18 mil), dengan kereta api.

Saat ini tidak ada angkutan kereta api antara bandara dan pusat kota, mengakibatkan penumpang menghadapi kemacetan lalu lintas untuk masuk ke Jakarta pada jam sibuk.

Pembukaan terminal tertunda selama lebih dari sebulan setelah pemerintah menginstruksikan perubahan menyusul penemuan bahwa area penting tidak terlihat dari menara kontrol lalu lintas udara.

Selain faktor menuanya infrastruktur transportasi udara, sektor penerbangan Indonesia menghadapi masalah dengan keamanan dan telah menderita serangkaian kecelakaan mematikan dalam beberapa tahun terakhir, seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.

THE MAIN airport serving the Indonesian capital Jakarta on Tuesday opened a new terminal that will allow the overcrowded aviation hub to handle tens of millions more passengers a year.

Air passenger numbers are soaring in Indonesia, the world's biggest archipelago nation and Southeast Asia's top economy, as a growing middle class increasingly chooses to fly but ageing infrastructure is struggling to keep up.

The $380 million terminal at Soekarno-Hatta International Airport, a vast, futuristic-looking structure, will be able to handle about 25 million passengers a year once fully operational by March next year.

The other three terminals at the country's busiest airport are currently handling about 60 million passengers a year, way over their capacity.

The first flights, domestic services by flag carrier Garuda, took off early Tuesday. The terminal will start off handling only domestic Garuda flights before later running international services.

Speaking at the terminal opening, Garuda chief executive Arif Wibowo hailed it as a "great milestone" that will help provide a better service for customers.

Eman Suherman, an Indonesian passenger at the terminal, said he was "proud" of the terminal, adding: "It's beyond our expectations."

The terminal will eventually be connected to central Jakarta, about 30 kilometres (18 miles) away, by a rail link.

There is currently no rail line between the airport and city centre, leaving passengers facing monster traffic jams to get into Jakarta at busy times.

The terminal's opening was delayed for more than a month after the government ordered alterations following the discovery that an important area was not visible from the air traffic control tower.

As well as ageing infrastructure, the Indonesian aviation sector faces problems with safety and has suffered a string of deadly crashes in recent years.