Revolusi Oranye Diserukan Presiden Dukung Produksi dan Konsumsi Buah Lokal

President Widodo Calls for Increase Production and Consumption of Indonesian Fruit

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Revolusi Oranye Diserukan Presiden Dukung Produksi dan Konsumsi Buah Lokal
Presiden RI Joko Widodo membuka Festival Buah dan Bunga Nusantara di IPB Bogor, Sabtu (28/11) Foto: B2B/Mya)

Bogor, Jawa Barat (B2B) - Presiden RI Joko Widodo menyerukan konsep Revolusi Oranye untuk meningkatkan produksi dan konsumsi buah dalam negeri, meski butuh waktu dan proses tapi Indonesia harus memulainya dari sekarang, karena dapat menjadi komoditas ekspor sekaligus memperbaiki neraca perdagangan.

Seruan tersebut dikemukakan Presiden Jokowi saat menghadiri Festival Buah dan Bunga Nusantara yang diadakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (28/11) dan dihadiri oleh Ibu Iriana Widodo, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Direktur Jenderal Hortikultura Spudnik Sudnik Sudjono, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Wali Kota Bogor Bima Arya.

"Revolusi Oranye gerakan IPB. Memang kita butuh gerakan revolusioner, gerakan yang bertujuan tingkatkan produksi dan kualitas bunga dan buah nusantara," kata Presiden Jokowi.

Jokowi menambahkan apabila Revolusi Oranye berhasil dijalankan maka buah-buahan Indonesia dapat menjadi komoditas ekspor dan mampu memperbaiki neraca perdagangan.

Mentan Amran Sulaiman menambahkan dalam produksi buah-buahan tingkat dunia, Indonesia memiliki tujuh jenis buah yang masuk dalam peringkat 20 besar negara produsen buah yang meliputi alpukat, pisang, pepaya, nenas, jeruk jenis oranye, semangka, manggis, dan jambu biji.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, impor buah Indonesia mencapai 502,3 ribu ton dengan nilai US$ 647,3 juta untuk buah segar dan kering, dan US$46,9 juta untuk 27,7 ribu ton buah olahan.

"Walaupun volumenya relatif lebih besar, total impor buah Indonesia dibandingkan dengan total volume produksi 2013 masih dikategorikan relatif kecil atau hanya sekitar 3,26%," kata Mentan kepada pers usai mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Widodo.

Bogor, Indonesia (B2B) - Indonesian President Joko Widodo calls Orange Revolution concept to increase the production and consumption of fruit in the country, even though it takes time and the process but Indonesia must start now, because it can become a commodity exports and improve the trade balance.

The calls made by President Widodo on the 2015 Indonesian Fruit and Flower Festival was held by the Bogor Agricultural University here on Saturday (28/11) and was attended by First Lady Iriana Widodo, Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman, Indonesian Agriculture Ministry´s Director General of Horticulture Spudnik Sudjono, West Java Governor Ahmad Heryawan, Bogor Mayor Arya Bima.

"Indonesia needs a revolutionary movement, which aims to improve the production and quality of flowers and fruits in the country," President Widodo said.

President Widodo added this program must be success so that the Indonesian fruits will be commodity exports, and able to improve the trade balance.

Minister Sulaiman added that Indonesia has recorded seven kinds of fruit were included in the top 20 producing countries of fruit, which include avocados, bananas, papaya, pineapple, oranges kind of orange, watermelon, mangosteen, and guava.

Based on data of the Indonesian Statistics Agency 2013, fruit imports reached 502.3 thousand tons worth US$647,3 million for fresh and dried fruit, and US$46.9 million to 27.7 thousand tons of processed fruit imports.

"Although relatively higher, imported fruit in comparison with the total volume of fruit production Indonesia in 2013 is relatively small, or only 3.26%," Minister Sulaiman said.