Petinggi Militer Australia Minta Maaf pada Panglima TNI

Indonesia Military Accepts Australian Apology for Insult

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Petinggi Militer Australia Minta Maaf pada Panglima TNI
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kanan) menerima kunjungan Kasad Australia Letjen Angus Campbell (Foto: MailOnline)

MILITER Indonesia menyatakan telah menerima permohonan maaf dari petinggi militer Australia terkait bahan pelatihan yang melecehkan dasar negara RI sehingga memicu ketegangan antara kedua negara.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan telah bertemu dengan kepala staf angkatan darat Australia Letjen Angus Campbell dan Angkatan Bersenjata Australia akan memberi sanksi pada personel yang terlibat kasus tersebut. Panglima TNI mengutip pernyataan Letjen Angus Campbell bahwa sanksi tersebut berdampak pada karier militer para pelakunya.

Menyikapi kasus tersebut, TNI menangguhkan kerjasama dengan militer Australia pada awal Januari lalu. Penangguhan terjadi setelah seorang perwira TNI mengungkapkan tentang bahan pelatihan di fasilitas militer di fasilitas pelatihan khusus di Australia Barat.

Media massa Indonesia melaporkan bahwa Pancasila, dasar negara Indonesia yang berdasarkan lima sila antara lain tentang persatuan dan Ketuhanan Yang Maha Esa, diganti menjadi 'Pancagila' dan hal itu disebutkan dalam materi pelatihan di pangkalan militer di Australia Barat.

Mengacu pada kasus tersebut, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa Indonesia bersedia mati untuk membela Pancasila. "Terutama para prajurit, hal itu sangat sensitif dan melukai perasaan kami."

Sebagai negara tetangga, Australia yang merupakan mitra terdekat Indonesia dalam berbagai bidang seperti perdagangan dan kontraterorisma, hubungan kedua negara kerap diwarnai gejolak.

Ketegangan berulang kali terjadi antara kedua negara seperti kebijakan Australia yang memerintahkan kembali kapal ke Indonesia yang membawa pencari suaka dari negara lain. Vonis hukuman mati di Indonesia, yang ditentang Australia, juga meningkatkan ketegangan hubungan, terutama pada 2015 ketika Indonesia mengeksekusi mati dua warga Australia atas kasus narkoba.

Pada 1999, hubungan kedua negara melorot ke tingkat terendah yang menyudutkan Indonesia setelah Australia memimpin kekuatan militer pasukan PBB ke Timor Timur kini Timor Leste setelah referendum dan diikuti pemilihan umum.

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan hasil investigasi Australia atas insiden Pancasila akan dibahas lebih lanjut dengan menteri pertahanan dan menteri luar negeri dan kemudian dilaporkan kepada Presiden RI Joko Widodo.

Pada Januari lalu, Panglima TNI mengumumkan semua kerjasama militer dengan Australia ditangguhkan namun sehari kemudian, Menko Polhukam meralatnya dan menegaskan penangguhan hanya dilakukan pada pelatihan bahasa seperti dikutip Associated Press yang dilansir MailOnline.

THE INDONESIAN military has accepted an apology from Australia's army chief over a purported insult to Indonesia's state ideology that caused a spat between the two countries.

An Indonesian military statement released late Wednesday after Australian army chief Lt. Gen. Angus Campbell met with Indonesian military head Gen. Gatot Nurmantyo said the Australian Defense Force would sanction personnel involved in the incident. It quoted Campbell as saying the sanctions would affect the careers of those penalized.

Indonesia's military partially suspended cooperation with its Australian counterparts in early January. The rift developed after an Indonesian military officer raised concerns in November about teaching materials for army language training at a special forces facility in western Australia.

Indonesian media reported that Pancasila, the state ideology based on five principles including a unitary state and belief in one God, was renamed "Pancagila," in effect calling it crazy in Indonesian, in laminated training materials.

Referring to the incident, Nurmantyo said in the statement that Indonesians have died to defend Pancasila. "Especially for the soldiers, it is very sensitive and it hurts us," he said.

The neighboring nations, though close partners in areas such as trade and counterterrorism, have long had a turbulent relationship.

Tensions have repeatedly flared over Australia's policy of turning back boats to Indonesia that are carrying asylum seekers from other countries. Indonesia's use of the death penalty, which Australia opposes, has also strained ties, particularly in 2015 when Indonesia executed two Australians for drug crimes.

In 1999, the relationship suffered one of its most serious blows after Australia led a U.N. military force into the former Indonesian province of East Timor following a bloody independence ballot.

Nurmantyo said the results of Australia's investigation into the Pancasila incident would be discussed with the defense and foreign ministers and then reported to President Joko "Jokowi" Widodo.

In January, Nurmantyo announced all military cooperation with Australia had been suspended but a day later, the top Indonesian security minister said the suspension applied only to language training.