Anti China Merebak di Medsos Lantaran Benih Cabai Impor Dituding `Senjata Biologis`

Anti-Chinese Racism Spreads on Indonesian Social Media as the Nationals are Accused of Using `Biological Weapons`

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Anti China Merebak di Medsos Lantaran Benih Cabai Impor Dituding `Senjata Biologis`
Cabai besar di pasar tradisional (Foto: MailOnline)

KEDUTAAN Besar China di Indonesia telah mengeluarkan peringatan pada laporan media yang menuduh China menggunakan ´senjata biologis´ terhadap Indonesia, setelah empat warga negara China ditangkap lantaran menanam benih cabai terkontaminasi dengan bakteri yang diimpor dari China.

Berita utama yang terpampang di media Indonesia telah memicu gelombang sentimen anti-China di media sosial di negara dengan sejarah dendam membara terhadap negara tetangganya dan minoritas masyarakat etnis Tionghoa.

Pihak berwenang Indonesia mengatakan biji cabai impor disita di sebuah lahan pertanian sekitar 37 mil di selatan Jakarta, yang mengandung bakteri erwinia chrysanthemi, yang berbahaya bagi manusia dan mengakibatkan tetapi dapat menyebabkan kerusakan tanaman.

Ini adalah pertama kalinya bakteri terdeteksi di Indonesia, seperti dilansir kantor berita Antara mengutip Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan.

Indonesia tergolong sebagai negara dengan pengguna media sosial paling aktif di dunia, dan teori konspirasi tersebut terkait maksud dari empat warga China menebar teror melalui penyakit pada tanaman.

Pengguna Twitter @BoengParno mengatakan: ´Apakah orang tidak menyadari bahwa serangan Cina di negara ini adalah nyata melalui banyak cara. Dari obat-obatan, pekerja ilegal, dan sekarang bakteri pada cabai.´

Pihak berwenang membakar benih cabai dan menghancurkan benih tanaman yang ditanam oleh warga China dan 30 pekerja Indonesia di sebidang tanah yang disewa di dekat kota Bogor.

Kedutaan Cina dalam sebuah pernyataan mengatakan tuduhan konspirasi untuk menggunakan ´senjata biologis untuk menghancurkan perekonomian Indonesia´ yang dilakukan tanpa dasar fakta dan ´sangat mengkhawatirkan´.

"Kami berharap bahwa hubungan bilateral dan persahabatan antara rakyat China dan Indonesia tidak akan terpengaruh oleh hal ini.´

Menteri Koordinator Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan mengeritik kometar-komentar terkait hal itu di media sosial.

´Apakah itu benar atau tidak, beberapa orang bereaksi berlebihan," katanya.

"Oh, China menyerbu Indonesia". Ini adalah masalah media sosial ... Tanpa memeriksa, mereka hanya menyebarkan rumor."

Sentimen anti China merebak di Indonesia dan anti-komunis dalam sejarah Indonesia, yang merebak belum lama ini.

Presiden RI Joko Widodo pun dituding sebagai warga keturunan China dan memilih mendekat kepada Beijing selama kampanye pemilihan presiden 2014.

Belakangan ini juga merebak di media sosial yang mengecam ambisi teritorial China di Laut China Selatan serta kampanye pemilihan kembali Gubernur Jakarta Basuki Purnama alias Ahok, keturunan China penganut Kristen.

Jutaan warga Indonesia menghadiri unjuk rasa pada enam minggu terakhir mengecam Ahok, yang tengah menjalanipernistaan atas dugaan melakukan peniistaan agama setelah mengecam mereka dengan mengutip ayat suci Alquran bahwa umat Islam dilarang memilih pemimpin non-Muslim.

Rata-rata, warga keturunan China jauh lebih kaya dibandingkan kelompok lain di Indonesia dan anggapan yang menuding mereka kurang patriotik dari warga Indonesia lainnya.

Selama kerusuhan setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, etnis Tionghoa menjadi sasaran kemarahan, dan diduga sekitar 1.000 orang tewas dalam kerusuhan rasial tersebut seperti dikutip Reuter yang dilansir MailOnline.

CHINA´S embassy in Indonesia has expressed alarm at media reports accusing China of using a ‘biological weapon’ against Indonesia, after four Chinese nationals were arrested for planting imported chili seeds contaminated with a bacteria.

The headlines splashed across Indonesian media have sparked a wave of anti-Chinese sentiment on social media in a country with a history of simmering resentment towards its giant neighbour and a minority ethnic Chinese community.

Indonesian authorities said the imported chili seeds confiscated on a farm about 37 miles south of the capital, Jakarta, contained the bacteria erwinia chrysanthemi, which is harmless to humans but can cause failure in crops.

It was the first time the bacteria had been detected in Indonesia, the state-owned news agency Antara quoted the head of the country´s quarantine body as saying.

Indonesians are among the most avid users of social media in the world, and conspiracy theories about the intentions of the four Chinese nationals running the farm quickly spread.

Twitter user @BoengParno said: ‘Haven´t people realised that Chinese attacks on this country are real in many ways. From drugs, illegal workers, now chili bacteria.’

Authorities burned the chili seeds and destroyed the crop sowed by the Chinese men and 30 Indonesian workers on a leased plot of land near the city of Bogor.

The Chinese embassy in a statement said accusations of a plot to use ‘biological weapons to destroy the economy of Indonesia’ carried no basis in facts and were ‘very worrying’.

‘We hope that the bilateral relations and friendship between the people of China and Indonesia will not be affected by this matter’.

Indonesia´s maritime affairs minister Luhut Panjaitan criticised some of the outbursts on social media.

‘Whether it´s true or not, some people overreact,’ he said.

‘“Oh, the Chinese invade Indonesia". Come on. This is the problem with social media ... Without checking, they just spread the rumours."’

Indonesia has suffered bouts of anti-Chinese and anti-communist sentiment over its history, and recently.

President Joko Widodo was falsely identified as having ethnic Chinese ancestry and being an agent of influence for Beijing during a 2014 election campaign he narrowly won.

There has also been a recent spike on social media of hostility over China´s territorial ambitions in the South China Sea as well during the re-election campaign of Jakarta governor Basuki Purnama, an ethnic Chinese Christian.

Hundreds of thousands of Indonesians attended rallies in the past six weeks denouncing Purnama, who is facing trial for blasphemy after criticising people who had cited the Koran to argue that Muslims should not vote for non-Muslims.

On average, ethnic Chinese are far wealthier than other groups in Indonesia and stereotypes persist that they are less patriotic than other Indonesians.

During riots after the fall of President Suharto in May 1998, ethnic Chinese were targeted, making up a disproportionate number of the 1,000 people who were killed in the violence.