Emirsyah Satar Diduga Terima Suap Lebih Rp20 M Disorot Dunia

Indonesian Watchdog Says Former Garuda CEO a Bribery Suspect

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Emirsyah Satar Diduga Terima Suap Lebih Rp20 M Disorot Dunia
Emirsyah Satar, mantan CEO Garuda Indonesia (Foto: istimewa)

KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Tbk pada Kamis sebagai tersangka kasus suap.

KPK mengatakan pernyataan resmi bahwa CEO Garuda periode 2005-2014 diduga menerima suap terkait dengan pembelian pesawat dan mesin jet dari Rolls-Royce dan Airbus.

KPK tidak mengacu pada CEO dengan nama tetapi, seperti biasanya, menggunakan inisial - dalam hal ini "ESA". Sementara CEO Garuda 2005-2014 adalah Emirsyah Satar, yang kini menjadi Chairman platform e-commerce MatahariMall.com milik kelompok usaha Lippo.

Satar dan asistennya tidak menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar. MatahariMall mengatakan mendukung proses hukum di Indonesia, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut. Rolls-Royce dan Airbus belum menanggapi permintaan konfirmasi.

KPK mengatakan menemukan bukti bahwa "ESA" menerima Rp20 miliar (US$1,5 juta) dalam bentuk tunai dan barang-barang senilai US$2 juta di Singapura dan Indonesia dari tersangka lain.

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan kepada media bahwa tindakan penyelidikan diarahkan kepada tersangka, tidak akan mempengaruhi operasional Garuda sebagai maskapai penerbangan nasional.

Kepala Humas Garuda, Benny S Butarbutar, mengatakan maskapai akan bekerja sama dengan KPK, seraya menambahkan tindakan penyelidikan "tidak memiliki hubungan dengan kegiatan perusahaan kami."

Rolls-Royce menyatakan setuju untuk membayar denda kepada otoritas lebih dari US$800 juta atas tuduhan menyuap pejabat di enam negara dalam skema yang berlangsung lebih dari satu dekade, seperti dikatakan Kementerian Kehakiman AS dan lembaga antikorupsi Inggris (SFO) pada Selasa.

SFO dari Inggris tahun lalu melancarkan investigasi dugaan penipuan, penyuapan dan korupsi dalam beberapa penjualan pesawat Airbus, berikut perbedaan yang ditemukan pada audit internal perusahaan terkaitaplikasi untuk kredit ekspor pemerintah Inggris. Baik pemerintah Inggris maupun Airbus mengatakan tindakan penyelidikan mempengaruhi operasional perusahaan seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.

INDONESIA'S anti-corruption agency said on Thursday it was treating the former chief executive of airline PT Garuda Indonesia Tbk as a suspect in a bribery case.

Indonesia's Corruption Eradication Commission (KPK) said in a statement the CEO of Garuda from 2005 to 2014 was suspected of taking bribes related to the purchase of planes and machines from Rolls-Royce and Airbus.

The KPK did not refer to the CEO by name but, as is its custom, used initials - in this case "ESA". The CEO of Garuda from 2005 to 2014 was Emirsyah Satar, who is now chairman of Indonesian conglomerate Lippo Group's e-commerce platform MatahariMall.com.

Satar and his assistant did not respond to Reuters' requests for comment. MatahariMall said it supported the legal process in Indonesia, but declined further comment. Rolls-Royce and Airbus did not immediately respond to requests for comment.

The KPK said it found evidence that "ESA" had received 20 billion rupiah ($1.5 million) of cash and items worth $2 million in Singapore and Indonesia from another suspect.

KPK Chairman Agus Rahardjo said at a news briefing its probe was directed against individuals, and would not affect Garuda's operations.

Garuda's vice president for corporate communication, Benny S. Butarbutar, said the airline would cooperate with the KPK, adding the investigation "has no connection to our corporate activities."

Rolls-Royce agreed to pay authorities more than $800 million to resolve charges of bribing officials in six countries in schemes that lasted more than a decade, the U.S. Justice Department and Britain's Serious Fraud Office (SFO) said in statements on Tuesday.

Britain's SFO last year launched an investigation into suspected fraud, bribery and corruption in some Airbus aeroplane sales, following discrepancies found during an internal company audit of applications for UK government export credits. Neither the UK authorities nor Airbus has said which airlines' aircraft are affected by the probe. ($1 = 13,368.00 rupiah).