Misteri Kematian Mirna Disebut Media Asing Serumit Kasus Agatha Christie

Indonesian Police have Called in the Help of AFP Investigation into Woman Murdered with Cyanide in Her Coffee

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Misteri Kematian Mirna Disebut Media Asing Serumit Kasus Agatha Christie
Mendiang Wayan Mirna Salihin (kanan) bersama pasangannya Arief Soemarko (Foto: MailOnline)

KASUS pembunuhan lantaran kopi dalam sianida disebut media asing, Daily Mail Australia, seperti rumitnya misteri kematian di novel Agatha Christie - dan kini polisi Australia dimintai bantuannya untuk memecahkan misteri tersebut.

Kematian yang diduga sebagai pembunuhan, menimpa wanita muda Indonesia saat bertemu dua temannya di sebuah kafe di Jakarta dan tiba-tiba berteriak bahwa kopinya terasa tidak enak sebelum pingsan dan meninggal dunia dalam waktu satu jam. Hasil uji forensik menemukan bahwa korban tewas akibat diracun dengan sianida, sesuai temuan dalam kopi.

Kini polisi Indonesia di Jakarta disebut telah meminta bantuan Polisi Federal Australia untuk mengetahui latar belakang dari ketiga wanita muda yang bertemu di kafe, karena ketiganya pernah kuliah di Sydney dan Melbourne.

Para penyidik di Australia dimintai bantuannya untuk mengungkap hubungan pertemanan mereka dengan mendiang, Wayan Mirna Salihin - akrab dipanggil Mirna oleh teman-temannya - dan dua rekannya, Jessica Kumala dan seorang lagi hanya dsebut sebagai Hani.

Menurut Polda Metro Jaya pada Kamis, ketiga wanita muda ini sepakat untuk bertemu di sebuah kedai kopi di Jakarta pada 6 Januari 2016.

Jessica adalah orang pertama yang tiba dan memesan koktail untuk dirinya sendiri dan kopi Vietnam dingin.

Beberapa menit kemudian, Mirna dan Hani tiba dan Mirna mulai minum kopi.

"Rasanya nggak enak," teriak Mirna.

Tak lama setelah itu ia pingsan disusul kejang-kejang dan mulutnya mulai mengeluarkan busa. Dia meninggal saat ia sedang dilarikan ke rumah sakit.

Kini Polda Metro Jaya bertekad untuk mencari tahu apakah ada masalah di antara ketiganya saat mereka kuliah di Australia.

"Kami telah menghubungi Kepolisian Federal Australia karena kami membutuhkan beberapa informasi,' kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishnamurti kepada Jakarta Post yang dilansir MailOnline.

Meskipun Polda Metro Jaya belum menetapkan tersangka, mereka mengakui bahwa penyelidikan mereka sejauh ini terfokus pada Jessica.

Jessica telah diperiksa oleh polisi dan rumahnya telah didatangi polisi untuk menyelidiki dugaan pembunuhan.

Hal ini dimengerti karena polisi hingga saat ini belum menemukan cukup bukti untuk menetapkan Jessica sebagai tersangka.

Menurut Jakarta Post, Mirna dan Jessica dikabarkan kuliah bersama di Billy Blue College of Design di Sydney sebelum pindah ke Swinburne University of Technology di Melbourne.

Surat kabar itu mengatakan bahwa Jessica kemudian bekerja di Australia setelah dia lulus pada 2008 sebelum mencari pekerjaan di Indonesia bulan lalu.

Krishnamurti mengatakan polisi akan memeriksa informasi yang diberikan oleh petugas Australia bersama dengan kesaksian yang diberikan oleh para saksi.

Teman ketiga, Hani, juga diharapkan menjadi subyek dari penyelidikan yang sedang berlangsung.

THE CURIOUS case of the cyanide in the coffee could have come straight from the pages of an Agatha Christie whodunnit - and now Australian police have been asked to help solve the mystery.

In what is suspected of being a murder, a young Indonesian woman who met two girlfriends in a Jakarta cafe suddenly cried out that her coffee tasted terrible before collapsing and dying within the hour. Tests found that she had been poisoned by cyanide, traces of which were found in the coffee.

Now police in the Indonesian capital have called in the help of Australian Federal Police to look into the backgrounds of all three young women because they had all studied together in Sydney and Melbourne.

The Australian investigators have been asked to look into the relationships of the dead woman, Wayan Mirna Salihin - known as Mirna to her friends - and the other two, Jessica Kumala and a pal known only as Hani.

According to Jakarta police today, the three young women had agreed to meet at a coffee shop in the city on January 6.

Jessica was the first to arrive and ordered a cocktail for herself and a cold Vietnamese coffee.

Minutes later, Mirna and Hani arrived and Mirna proceeded to drink the coffee.

'It's awful - it's bad,' Mirna cried.

Shortly afterwards she collapsed with convulsions and began to foam at the mouth. She died as she was being rushed to hospital.

Now Jakarta police are determined to find out if any problems had arisen between the three young women while they were studying in Australia.

'We have contacted the Australian Federal Police because we need some information,' the head of Jakarta Police general crime division, Senior Commander Khrisna Murti, told the Jakarta Post.

Although Jakarta police have not yet named a suspect, they admit that their investigation has so far focused on Jessica.

She has been questioned on several occasions and her home has been raided as officers investigate what they say is a murder.

It is understood they have not found enough evidence to name Jessica as an official suspect.

According to the Jakarta Post, Mirna and Jessica reportedly studied together at the Billy Blue College of Design in Sydney before moving on to the Swinburne University of Technology in Melbourne.

The paper said that Jessica continued to work in Australia following her graduation in 2008 before finding a job in Indonesia last month.

Commander Khrisna said police will check the information provided by Australian officers along with testimony provided by witnesses.

The third friend, Hani, is also expected to be the subject of ongoing investigations.