Forbes Rilis 100 Wanita Paling Berpengaruh di Dunia, Sri Mulyani di Peringkat 37
Sri Mulyani Indrawati of Indonesia is Ranked at 37 in a Row by Forbes
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
SRI MULYANI Indrawati ditetapkan sebagai wanita paling berpengaruh di dunia oleh Forbes di peringkat ke-37 sementara Angela Merkel ditetapkan sebagai wanita paling berpengaruh di dunia untuk tahun keenam berturut-turut dan Nicola Sturgeon masuk daftar Forbes untuk pertama kalinya.
Sri Mulyani yang menjadi 'orang kedua' di Bank Dunia sejak 2010 - dan sebagai wanita paling senior - bertugas menyatukan gagasan-gagasan terbaik bagi kepentingan penduduk dari 188 negara anggota lembaga tersebut untuk mencapai tujuan: mengentaskan masalah kemiskinan dan mendorong kemakmuran.
Sebelum bertugas di Bank Dunia, Sri Mulyani menjabat menteri keuangan Indonesia, dan menteri koordinator perekonomian. Dalam makalahnya yang disusunnya baru-baru ini, dia menyoroti kebutuhan untuk menutup kesenjangan peluang gender, dengan menulis bahwa secara global, partisipasi angkatan kerja perempuan telah mengalami stagnasi atau turun, dan jumlahnya di bawah 50% terhadap peluang mendapat gaji dari bekerja penuh, dengan warga produktif atau hanya sepertiga dari jumlah pekerja pria.
Dan kesenjangan dalam partisipasi angkatan kerja perempuan dengan estimasi kerugian pendapatan setara dengan seperempat dari PDB di Timur Tengah dan sekitar 14% di Amerika Latin.
Berdasarkan studi global, Sri Mulyani juga mencatat bahwa ketika perusahaan menempatkan perempuan dalam posisi pimpinan perusahaan, mereka cenderung akan terlibat dalam skandal atau penipuan, seperti dilansir forbes.com.
SRI MULYANI Indrawati from Indonesia is ranked at 37 of The World's 100 Most Powerful Women, and Angela Merkel has been named the world's most powerful woman for the sixth year in a row
As the World Bank's No. 2 since 2010 -- and its most senior woman ever -- Sri Mulyani Indrawati is tasked with bringing together the best ideas and people from the institution's 188 member countries to achieve its dual objectives: ending extreme poverty and promoting shared prosperity.
Before the World Bank, Indrawati was Indonesia's minister of finance, as well as its coordinating minister of economic affairs. In a recent paper, she highlighted the need to close the opportunity gender gap, writing that globally, women's labor force participation has stagnated or dropped, and women are 50% less likely to have a full-time wage job, with those who do earning up to a third less than men.
And gaps in women's labor force participation account for estimated income losses equivalent to a quarter of the GDP in the Middle East and about 14% in Latin America.
Based on a global study, Indrawati also noted that when companies include women in their leadership, they are less likely to be embroiled in a scandal or fraud. Such observations, from the World Bank's top woman executive, carry extra freight.