Bocah 192 Kg dari Karawang Disebut `MailOnline` Anak Tergendut Sejagat

The World`s Fattest Boy Who Weighs 192 Kilos at the Age of 10

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Bocah 192 Kg dari Karawang Disebut `MailOnline` Anak Tergendut Sejagat
Orang tua Arya memutuskan untuk membatasi porsi makan per hari anaknya yang berusia 10 tahun dan sekarang dia diet ketat dan hanya menyantap beras merah (Foto2: MailOnline)

SEORANG bocah 10 tahun menderita obesitas, dan hanya sarung yang muat untuk tubuhnya yang tambun, dan harus menjalani diet ketat karena orangtuanya khawatir dia akan meninggal dunia.

Arya Permana, disebut media asing MailOnline sebagai anak paling gendut di dunia, beratnya 192 kilogram dan makan lima kali sehari yang terdiri dari nasi, ikan, daging sapi, sayur sup dan tempe - dengan porsi yang cukup untuk memberi makan dua orang dewasa.

Arya, asal Kabupaten Karawang di Provinsi Jawa Barat, terpaksa putus sekolah karena dia tidak mampu lagi berjalan dan ibunya bernama Rokayah mengaku anaknya 'selalu lapar.'

"Dia saya paksa menjalani diet ketat dan sebelumnya dia sanggup menyantap porsi makan dua orang dewasa untuk satu kali makan," katanya.

"Dia selalu lelah dan mengeluh sesak napas. Dia hanya makan dan tidur dan ketika tidak bisa tidur dan makan, dia melompat ke dalam bak mandi dan sanggup berendam berjam-jam."

Orang tua Arya telah memutuskan untuk membatasi porsi makan per hari anaknya yang berusia 10 tahun dan sekarang dia diet ketat dan hanya menyantap beras merah.

'Anak saya tumbuh besar dan gendut dalam waktu cepat dan saya khawatir pada kesehatannya. Saya tidak tahu cara lain untuk menghentikan bobot tubuhnya yang terus meningkat dan saya kemudian dia memberinya makan sedikit dari porsi yang diinginkannya," kata Rokayah.

"Dia hanya bisa mengambil jalan pelan-pelan kecil sebelum ia kehilangan keseimbangan. Saya ingin melihat anak saya belajar dan bermain dengan anak-anak lain di sekitar rumah saya.'

Arya, putra kedua dari Rokayah, 35, dan suaminya Ade Somantri, 45, seorang petani, lahir di rumah melalui kelahiran alami dan beratnya normal hanya 3,2 kilogram.

Namun pada saat menginjak usia dua tahun, bobot tubuh Arya bertambah secara abnormal untuk anak seusianya. Meskipun demikian, orang tuanya mengaku pada awalnya tidak khawatir awalnya karena mereka senang melihat anak mereka tumbuh 'sehat'.

Rokayah, yang juga memiliki anak sulung bernama Ardi, menambahkan: "Dia lebih gemuk daripada anak pertama saya dan anak-anak lain di desa tetapi kami tidak berpikir itu adalah masalah yang memprihatinkan. Kami sangat senang melihat dia lebih gemuk dan menganggapnya sebagai anak yang bahagia, sehat.'

"Namun itu hanya beberapa tahun kemudian ketika ia bobot tubuhnya terus bertambah tidak terkendali, kami menyadari bahwa ia menderita gangguan dan membutuhkan perhatian medis."

Rokayah dan Ade mengantarkan Arya ke beberapa dokter di desa mereka di Cipurwasari di Jawa Barat, tapi yang mengejutkan, para dokter tidak menemukan sesuatu yang abnormal tentang berat badan yang menjadi kekhawatirannya.

Ayah Ade mengatakan: "Mereka meminta kami untuk membawanya ke rumah sakit yang lebih baik jika kami pikir dia membutuhkan perawatan medis. Saya telah menghabiskan banyak uang di luar kemampuan saya untuk mengobatinya, tapi saya hanyalah petani miskin dan akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan pemeriksaan ke dokter.

"Sata harus cukup uang untuk membeli makanan untuk memenuhi selera makan yang besar itu. Saya meminjam uang sehingga ia bisa makan. Tentu saja, saya tidak tahan melihatnya kelaparan.'

"Saya sudah capek dan saya tidak mampu membiayai pengobatan karena biayanya mahal. Namun saya berharap satu hari dapat melihat saya tumbuh secara normal," tambah Ade, yang hanya berpenghasilan Rp2 juta per bulan.

A MORBIDLY obese ten-year-old, who is reduced to wearing just a sarong as clothes do not fit him, has been put on a crash diet over fears he may die.

Arya Permana, named the world's fattest child, weighs an eye-watering 192 kilograms and eats five meals a day consisting of rice, fish, beef, vegetable soup and Tempeh - a soy patty large enough to feed two adults.

Arya, from West Java Province in Indonesia, has dropped out of school as he can no longer walk and his mother Rokayah said he is 'perpetually hungry'.

'He has an enormous diet and can actually eat meals of two adults at one time,' she said.

'He is always tired and complains of shortness of breath. He only eats and sleeps and when he is not done with both, he jumps into the bathtub and stays there for hours.'

Arya's parents have decided to limit the amount the ten-year-old eats per day and he is now on a diet of just brown rice.

'My son is growing up at a rapid rate and I am worried for his health. I do not know any other way to stop him from gaining more weight than to give him less food,' Rokayah said.

'He can only take small steps before he loses balance. I wish to see my son studying and playing with other kids in the neighbourhood.'

Arya, the second son of Rokayah, 35, and her husband Ade Somantri, 45, a farmer, was born at home via natural birth and weighed a normal 3.2kilograms.

But by the time he turned two years old, Arya had gained weight at an abnormal rate for his age. Despite this, his parents said they were not worried initially as they were happy to see their son 'healthy'.

Rokayah, who also has an elder son Ardi, added: 'He was fatter than my first son and other children in the village but we did not think it was a matter of concern. We were happy to see him fuller and considered him to be a happy, healthy child.'

'But it was only a few years later when he bloated and his weight went out of control, we realised he was suffering from a disorder and needed medical attention.'

Rokayah and Ade took Arya to several doctors in their village in Cipurwasari in West Java, Indonesia, but surprisingly, doctors did not find anything abnormal about his alarming weight.

Father Ade said: 'They asked us to take him to better hospitals if we think he needs medical attention. I have spent money beyond my capacity on his treatment but I am a poor farmer and making ends meet is a big task for me.

'I have insufficient money to buy food to fulfil his large appetite. I borrow money so that he can eat. Of course, I cannot keep him starving.'

'I am exhausted now and I cannot afford expensive hospitals. But I hope to see my son perfectly normal one day,' added Ade, who makes £100 a month.