Setya Novanto Mundur jadi Sorotan Dunia

Indonesian Parliament Speaker Quits over Extortion Scandal

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Setya Novanto Mundur jadi Sorotan Dunia
Ketua dan Wakil Ketua MKD, Surahman Hidayat (kiri) dan Junimart Girsang berbicara saat rapat pada Rabu petang (16/12) Foto: MailOnline

KETUA Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia mundur dari jabatannya pada Rabu malam atas tuduhan ia mencoba untuk mendapatkan saham dari raksasa pertambangan AS, sebagai salah satu skandal politik terbesar di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Setya Novanto dalam rekaman audio kedapatan meminta saham di Freeport-McMoRan Indonesia dengan iming-iming membantu Freeport untuk mendapatkan perpanjangan kontrak kegiatan pertambangan di Indonesia, dan mengklaim saham tersebut akan diberikan kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Kasus ini memicu badai politik ketika rekaman suara muncul beberapa pekan yang lalu, dan mencengkeram Indonesia dengan pergulatan politik, termasuk seorang eksekutif yang merupakan mantan wakil kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) dan pengusaha dengan koneksi elit politik Indonesia yang dijuluki "the oil godfather."

Setya Novanto mencoba untuk mempertahankan jabatannya sebagai Ketua DPR meskipun di bawah tekanan, tapi akhirnya memilih untuk mundur pada Rabu malam ketika Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) menyelidiki kasus pencatutan nama Presiden dan Wapres untuk memiliki saham Freeport seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.

"Hal ini dengan ikhlas bahwa saya mengajukan pengunduran diri saya, saya berharap ini adalah demi kepentingan bangsa, negara dan rakyat Indonesia," katanya dalam surat pengunduran dirinya, yang diserahkan ke dewan.

Langkah itu di saat-saat terakhir dari penyelidikan MKD, ketika sebagian besar anggotanya telah menyatakan dia bersalah 'melanggar etika' dan hal itu membuat posisinya terancam sebagai Ketua DPR.

Ketua MKD mengatakan bahwa pengunduran diri Novanto itu berarti penyelidikan telah berakhir.

Meskipun berhenti sebagai Ketua DPR, ia akan tetap menjadi anggota parlemen.

INDONESIA'S parliament speaker quit his post Wednesday over allegations he tried to extort a stake from a US mining giant, in one of the country's biggest political scandals in years.

Setya Novanto was recorded demanding shares in the Indonesian unit of Freeport-McMoRan in exchange for extending the miner's right to operate in the country, claiming the the stake would be divided between President Joko Widodo and the vice president.

The case sparked a political storm when the recording emerged several weeks ago, and has gripped Indonesia with a cast of colourful characters, including a spy-turned-company executive and a politically-connected businessman dubbed "the gasoline godfather".

Novanto had tried to hang on to the powerful speaker post despite mounting pressure, but finally opted to step down late Wednesday as a parliamentary ethics council investigating the case was wrapping up its probe.

"It is with sincerity that I tender my resignation, I hope this is in the interest of the nation, the state and the people of Indonesia," said his resignation letter, which was handed to the council.

The move came during the last stage of the council's investigation, when most of its members had found him guilty of a "moderate ethics violation", and the body appeared poised to strip him of his job anyway.

The head of the council said that Novanto's resignation meant the investigation had ended.

Despite quitting as speaker, he will remain a lawmaker.