Humvee Militer AS Dilengkapi Senjata Laser pada 2022

US Military to Give All Terrain Vehicles Roof Mounted Laser Weapons by 2022

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Humvee Militer AS Dilengkapi Senjata Laser pada 2022
Hasil pengembangannya akan dimanfaatkan oleh Pusat Dukungan Serangan Udara, yang dapat mengatasi hambatan pertahanan udara (LAAD) mengantisipasi ancaman serangan (Ilustrasi: MailOnline)

KENDARAAN tempur masa depan akan segera dilengkapi dengan sistem senjata laser untuk menangkis serangan drone dan pesawat musuh.

Senjata laser dan peluru kendali (rudal) Stinger dapat diintegrasikan ke dalam sistem deteksi dan dipasang pada kendaraan, termasuk Humvee dan Kendaraan Taktis Ringan, untuk melindungi pasukan darat.

Pengembangan teknologi yang dinamai Anti Serangan Udara yang Dikendalikan Kendaraan Militer atau A Ground-Based Air Defense (GBAD) Directed Energy On-The-Move akan memasuki pengembangan tahap berikut, yang memungkinkan kendaraan militer didukung senjata laser saat bergerak.

Program pengembangan dipimpin oleh Badan Riset Angkatan Laut AS yang akan memasuki ke Tahap 3, seperti dikutip the US Naval Institute News yang dilansir MailOnline.

Sampai saat ini, sistem serupa yang dipasang pada kendaraan militer dapat menembakkan laser berkekuatan 30 kilowatt saat tidak bergerak.

Ketika selesai pada 2022 akan dapat digunakan di mana saja, dan kemungkinan akan digunakan oleh Korps Marinir untuk dipasangkan dengan sistem rudal Stinger.

Hal ini akan memberikan dukungan pada unit militer darat yang lama tertunda, setelah selama ini mengandalkan rudal Stinger.

Menurut Letnan Jenderal Robert Walsh, wakil komandan Korps Marinir untuk pengembangan tempur dan integrasi, kemampuan pertahanan udara adalah 'daerah lemah yang kami belum upgrade dalam waktu yang lama karena kita tidak harus berurusan dengan itu di lingkungan operasi kami saat ini,' seperti dilaporkan UNSI.

Walsh berbicara pekan ini di Konferensi Pemanfaatan Energi (Directed Energy Summit) tahunan kedua.

Marinir siap memanfaatkan sistem baru untuk mendeteksi ancaman yang datang, termasuk Radar Anti Serangan Darat/Udara dan Komando Sistem Pengendalian Dirgantara, yang akan menggabungkan data ke dalam salah sastu platform operasi.

Hasil pengembangannya akan dimanfaatkan oleh Pusat Dukungan Serangan Udara, yang dapat mengatasi hambatan pertahanan udara (LAAD) mengantisipasi ancaman serangan, seperti dilaporkan UNSI.

'Berikan senjata yang mereka butuhkan sehingga mereka bisa memanfaatkannya, sekarang mereka tahu target akan terlihat dan mereka bisa menembak dengan Stinger, dibandingkan dengan sekarang di mana Marinir mengirim seseorang keluar dengan teropong untuk mencari ancaman yang datang dari udara," kata Walsh setelah presentasi.

"Namun laser akan langsung menghantam sasaran."

'Akhirnya jika Anda mampu melakukan transisi dari rudal untuk memanfaatkan energi saja, kita harus melakukan hal itu," kata Walsh.

Angkatan Darat AS secara terpisah mengembangkan sistem laser bergerak, yang kemungkinan akan menjadi program bersama dengan Marinir untuk membangun yang lebih sederhana tapi dengan kemampuan maksimal.

Pengembangan teknologi tersebut diharapkan dapat mengatasi persenjataan musuh, bahkan roket, artileri dan mortir.

Sebuah sistem energi serupa sudah dimanfaatkan dalam penerbangan, kata Walsh, bertindak sebagai alat Penangkis Serangan Infrared pada helikopter CH-53 dan akan diperluas untuk kendaraan militer lainnya.

Pengembangan teknologinya terus dilanjutkan, Walsh mengatakan latihan lapangan yang diperlukan untuk mendapatkan kemudahan dengan penggunaan teknologi ini, sebagai fokus kendaraan bergerak 'untuk seberapa cepat kita bisa menyelesaikan dan menggunakannya."

COMBAT vehicles may soon be equipped with laser weapon systems to fend off enemy drones and aircraft.

Laser weapons and Stinger missiles could be integrated into detection systems and mounted on vehicles, including Humvees and Joint Light Tactical Vehicles, to better protect ground units.

A Ground-Based Air Defense (GBAD) Directed Energy On-The-Move will soon head into the next phase of development, enabling the vehicles to fire lasers while in motion.

The program led by the Office of Naval Research is about to move on to Phase 3, the US Naval Institute News reports.

As of now, the system mounted atop a ground vehicle can fire a 30 kilowatt-laser while stationary.

When completed in 2022 it will be able to fire on the go, and will likely be used by the Marine Corps to be paired with the Stinger Missile system.

This would give ground units a long overdue upgrade, after decades of operation with the Stinger.

According to Lt. Gen. Robert Walsh, a deputy commandant of the Marine Corps for combat development and integration, the air defense capabilities are ‘a weak area that we have not upgraded in a long time because we haven’t had to deal with that in the operating environment we’ve been in,’ UNSI reports.

Walsh spoke this week at the second annual Directed Energy Summit.

The Marines are already working on new systems to detect incoming threats, including the Ground/Air Task Oriented Radar, and the Common Aviation Command and Control System, which would combine the data into one operating platform.

This would then be given to the Direct Air Support Center, who can provide low-altitude air defense barriers (LAAD) information about any incoming threats, UNSI explains.

‘Get them the feed so they can see it, now they know the target is coming and they can shoot it with a Stinger, compared to now where the Marines send someone out with binoculars to look for threats in the air,’ Walsh said after the presentation.

‘But the laser would tie right into that.’

‘Eventually if you could transition away from the missiles to go directed energy-only, we would do that,’ Walsh said.

The Army is separately working on a mobile laser system, which may one day turn into a joint program with the Marines to build a smaller, more powerful laser.

It’s hoped that such a system could go up against larger UAVS, or even rockets, artillery, and mortars.

A directed energy system is already used in aviation, Walsh says, acting as a self-protection tool in the Directed Infrared Countermeasures on CH-53 helicopters, and will son expand to other vehicles.

As development continues, Walsh said field exercises are necessary to get comfortable with the use of these technologies, as the focus moves ’to how quickly can we get out there and use it.’