Berlin Berpesta setelah Jerman Raih Juara Dunia 2014

Germany`s World Cup Triumph Celebrated by 200,000 on Streets of Berlin

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Berlin Berpesta setelah Jerman Raih Juara Dunia 2014
Ibukota Jerman itu menutup Fan Mile dari lalu lintas kendaraan di belakang benteng Brandenburg yang menjadi simbol persatuan nasional, demi memberi jalan kepada para peraya kemenangan Jerman itu. (Foto2: MailOnline)

Berlin (B2B) - Jerman seketika larut dalam kegembiraan dengan menari sepanjang malam, setelah memenangi final Piala Dunia melawan Argentina yang membuat negara itu merengkuh juara Piala Dunia keempat kalinya.

Kembang api ditembakkan di seluruh pelosok Berlin begitu para pendukung merayakan kemenangan 1-0 dengan menyesaki jalanan dan menyalakan klakson mobil dengan bendera hitam, merah dan emas berkibar di mana-mana, seperti dilansir Yahoo Sports.

Lebih dari 200.000 pendukung larut dalam kesenangan di jantung kota Berlin dengan menyanyikan "Oh indahnya!" dan meneriakkan "Super Deutschland".

Ibukota Jerman itu menutup Fan Mile dari lalu lintas kendaraan di belakang benteng Brandenburg yang menjadi simbol persatuan nasional, demi memberi jalan kepada para peraya kemenangan Jerman itu.

"Kemenangan ini sangat penting. Ini pertama bagi saya!" kata Carsten Glaser (20). Dia mengatakan Jerman adalah tim, sedangkan Argentina hanya punya Lionel Messi.

Banyak penggemar yang melihat kejayaan itu menciptakan resonansi sejarah lebih dalam, setelah 24 tahun sejak Jerman Barat mengalahkan Argentina pada 1990 atau beberapa bulan sebelum negara itu mengakhiri Perang Dingin.

"Kemenangan ini penting untuk mempersatukan kembali Jerman," kata Thorsten Kinscher, karyawan berusia 34 tahun yang bekerja pada perusahaan pelayaran.

"Itu menunjukkan kami sungguh dalam kebersamaan," untuk di belakang tim bekas (Jerman) barat dan timur yang eks komunis.

Para pendukung berjubel melebihi kapasitas maksimum 200.000 orang di Fan Mile beberapa jam sebelum pertandingan, kata seorang juru bicara.

Jutaan orang berada di depan layar kaca di taman-taman, bar, klub olah raga dan ruang tunggu di seluruh negeri guna menyaksikan pertandingan di stadion legendaris Maracana di Rio de Janeiro itu.

Para peraya kemenangan tua dan muda, laki dan perempuan, mengenakan wig mohawk, telinga kelinci dan topi koboy dengan warna-warna resmi negara, selain buang plastik ala Hawaiian berwarna hitam-merah-emas.

Anett Voelker (42) lama sekali menunggu 24 tahun untuk bisa mengenakan lagi jersi Jerman.

"Ini kejuaraan super yang mempersatukan kembali Jerman, rasa bersatu yang jauh lebih besar," kata dia.

Pada babak pertama ketika pertandingan seri 0-0, sejumlah penonton mulai kehilangan kesabaran.

"Permainan Jerman tidak bagus, Argentina lebih baik," kata Tom Ulmann (18) yang pipinya digambari bendera Jerman. "Jika terus seperti ini kita akan kalah."

Jerman memimpin Brasil 5-0 pada babak pertama di semfinal lalu, sebelum mengakhiri dengan 7-1.

Namun penantian gol itu akhirnya tiba dari Mario Goetze yang menghidupkan lagi semangat sampai peluit tanda berakhirnya pertandingan dibunyikan.

"Saya sungguh tak menyangka dan senang," kata Frank Wegner (45) dari negara bagian Brandenburg.

Berlin - Germany erupted in ecstasy Sunday, with fans dancing the night away, the World Cup final win against Argentina that handed the country its historic fourth title.

Fireworks exploded across Berlin as supporters cheering the 1-0 victory thronged the streets and honking cars snaked their way through crowds, with black, red and gold German flags flapping in the wind.

More than 200,000 fans jumped for joy in the heart of the capital, singing "Oh, it's beautiful!" and chanting "Super Deutschland".

The city closed the so-called Fan Mile to traffic behind the Brandenburg Gate, the symbol of national unity, to make way for revellers cheering on the German side in its showdown against Argentina.

"This victory is hugely important -- it's my first!" said Carsten Glaser, 20.

He said that while the Germans were a "team", "Argentina only had (Lionel) Messi."

Many fans saw the victory as having a deeper historical resonance, coming a long 24 years after West Germany beat Argentina in 1990 just months before the country overcame its Cold War division.

"This victory is important for reunified Germany," Thorsten Kinscher, a 34-year-old employee in the shipping industry, said.

"It shows we are really in this together," behind a team of players from the former west and the ex-communist east.

Crowds surpassed the 200,000 maximum capacity on the Fan Mile hours before the match, an event spokeswoman said.

Braving intermittent showers, vendors did a booming trade in currywurst, a local speciality of sausage smothered in spicy ketchup, and plastic cups of beer.

Millions more huddled in front of screens at beer gardens, bars, sports clubs and sitting rooms across the country to watch the match from Rio de Janeiro's legendary Maracana stadium.

Normally a rare sight due to the country's dark history, German flags fluttered from street lamps and supporters' shoulders, worn like superhero capes.

Revellers young and old, male and female donned mohawk wigs, bunny ears and cowboy hats in the national colours, as well as Hawaiian-style plastic flowers in black-red-gold.

Anett Voelker, 42, said it had been a long 24-year wait for a fourth star for the German jerseys.

"It's been a super championship for reunited Germany -- a feeling of even greater unity," she said.

At half-time with the match tied at 0-0 after a nerve-jangling series of near-misses for each side, some fans started to lose their swagger.

"The Germans aren't playing well -- Argentina is better," said 18-year-old Tom Ulmann, tiny German flags painted on his cheeks.

"If it continues like this we're going to lose."

Germany had led Brazil 5-0 at the same point in the semi-final match last Tuesday, which they went on to win by a jaw-dropping 7-1.

But a desperately awaited goal in overtime by Mario Goetze revived spirits and the final whistle sealed the celebration.

"I am so surprised and relieved," said Frank Wegner, a 45-year-old from Brandenburg state outside Berlin.