Lion Air, 1 dari 5 Maskapai Paling Berbahaya di Dunia (AirAsia, Garuda, Sriwijaya Tidak Aman)

World`s Most Dangerous Airlines Named: Lion Air Came Bottom in Safety Report

Editor : Ismail Gani
Translator : Dhelia Gani


Lion Air, 1 dari 5 Maskapai Paling Berbahaya di Dunia (AirAsia, Garuda, Sriwijaya Tidak Aman)
Situs ini mengungkapkan bahwa dari studi terhadap 449 maskapai, kelima maskapai ini hanya berhak meraih satu bintang atau kurang dalam hal keselamatan (box kiri atas) Foto & Data: MailOnline

DAFTAR maskapai penerbangan yang paling berbahaya di dunia baru saja dirilis dan AirAsia Indonesia masuk daftar tersebut, Malaysia Airlines ternyata lolos.

Selain AirAsia Indonesia, maskapai Garuda Indonesia bersama Sriwijaya Air, Wings Air, dan Xpress Air dinyatakan sebagai maskapai berbahaya di dunia bersama 31 maskapai dari seluruh dunia.

Maskapai Malaysia mencatat skor lima bintang dari syarat  tujuh bintang untuk catatan keselamatan penerbangan, berbanding terbalik dengan lima maskapai yang hanya mendapat satu bintang dan masuk kategori maskapai 'paling berbahaya' di dunia. Kelimanya adalah Lion Air dari Indonesia, Kam Air dari Afghanistan, Nepal Airlines (Nepal), SCAT Airlines (Khazakstan), Tara Air (Nepal).

Tiga anak perusahaan AirAsia - di Indonesia, Malaysia dan Filipina - masuk daftar ini, ketiganya hanya mendapat dua bintang, dan tiga bintang.

AirAsia Indonesia penerbangan QZ8501 jatuh ke Laut Jawa pada 28 Desember 2014, menewaskan 162 penumpang berikut awak pesawat.

Nepal Airlines dan Tara Air jadi berada di peringkat terbawah dari maskapai paling berbahaya di dunia berdasarkan riset AirlineRating.com, karena hanya meraih satu bintang terkait faktor keselamatan penerbangan.

Kedua maskapai masuk daftar paling berbahaya bersama maskapai Afghanistan Kam Air, SCAT Airlines dari Kazakhstan dan Lion Air di Indonesia, seperti dilansir MailOnline.

Situs ini mengungkapkan bahwa dari studi terhadap 449 maskapai, kelima maskapai ini hanya berhak meraih satu bintang atau kurang dalam hal keselamatan.

Ada 149 maskapai yang mencapai tujuh bintang, sementara 58 maskapai meraih enam bintang dan hampir 41 maskapai hanya meraih tiga bintang atau kurang.

Kelima maskapai yang paling berbahaya di daftar ini dinyatakan terlarang masuk ke negara-negara anggota Uni Eropa dan 'sangat tidak layak terbang' di Amerika Serikat.

Terkait dengan dua kecelakaan tragis yang terjadi pada 2014, Malaysia Airlines meraih lima bintang dari syarat tujuh bintang untuk dinyatakan maskapai yang aman.

Maskapai ini terlibat dalam dua kecelakaan besar tahun lalu ketika pesawat MH370 hilang pada Maret 2014 yang mengangkut 239 penumpang.

Pesawat yang masih hilang tanpa jejak. Penerbangan ini diyakini jatuh di Samudera Hindia. Pada Juli 2014, MH17 terkena rudal karena terbang di atas Ukraina yang terlibat konflik militer dengan Rusia. Tragedi ini menewaskan 298 penumpang di pesawat.

Sebagai perbandingan, maskapai ini hanya mendapat satu bintang terkait dengan kecelakaan yang terjadi.

Pada 2005, Kam Air 904 terbang dari Bandara Internasional Herat di Afghanistan barat, lenyap dari layar radar saat akan mendarat ke Bandara Internasional Kabul dalam cuaca buruk.

Hilangnya pesawat memicu operasi pencarian besar-besaran terhadap 96 penumpang dan delapan awak. Puing-puing pesawat ditemukan pada 5 Februari 2005 di pegunungan sebelah timur dari Kabul.

Pada 2010, 22 orang tewas ketika sebuah pesawat Tara Air jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Lamidanda di Nepal, sementara awal tahun ini Nepal Airlines penerbangan 183 jatuh saat menuju Arghakhanchi.

Pada Januari 2013, 21 penumpang di dalam SCAT Airlines yang terbang dari Kokshetau ke Almaty tewas ketika pesawat jatuh dalam cuaca buruk di dekat Kyzyltu.

AirlineRatings.com, website yang mengkhususkan pada studi peringkat produk dan keamanan, yang diluncurkan pada Juni 2013.

Website ini, hasil inisiatif bersama The West Australian dan Aerospace Technical Publications International, mengatakan sistem rating didasarkan pada audit dari badan pemerintah industri dan pemerintah, ditambah catatan kecelakaan sebuah maskapai penerbangan.

Namun studi ini dibayangi kengerian selama 12 bulan untuk keselamatan penerbangan dengan beberapa insiden yang paling tragis dan aneh dalam sejarah modern, seperti ditunjukkan dalam sebuah laporan.

Ada 21 kecelakaan fatal tahun lalu - rekor terendah pada satu untuk setiap 1,3 juta penerbangan - tetapi 986 kecelakaan lebih tinggi dari rata-rata 10 tahun yang sebagian besar disebabkan oleh dua tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menimpa Malaysia Airlines, yang mengakibatkan 537 nyawa melayang.

Meskipun insiden udara ini tercatat tinggi - ditambah kecelakaan mematikan bulan lalu dari AirAsia QZ8501 - laporan ini menegaskan bahwa penerbangan sebagai moda transportasi paling aman.

Maskapai penerbangan dunia mencatat rekor mengangkut 3,3 miliar penumpang dalam 27 juta penerbangan.

Lima puluh tahun yang lalu ada data mengejutkan karena terjadi 87 kecelakaan, menewaskan 1.597 orang, saat itu penerbangan hanya mengangkut 141 juta penumpang - lima persen dari total penumpang saat ini, kata laporan itu.

Situs ini juga mengumumkan 10 maskapai yang paling aman dan sepuluh maskapai penerbangan bertarif rendah yang paling aman.

Maskapai Australia tercatat sebagai perusahaan penerbangan yang paling aman di planet ini.

Dengan rekor 'tanpa kecelakaan' di era pesawat jet, Qantas mencetak nilai tertinggi dari hampir 450 operator yang dipantau dari keselamatan penerbangan oleh website ini.

Situs yang berbasis di Australia ini menetapkan sepuluh maskapai teraman di dunia yakni British Airways, Emirates, dan Etihad Airways, serta Lufthansa di lima peringkat teratas.

A LIST OF of the most dangerous airlines in the world has been released and while AirAsia Indonesia is included, Malaysia Airlines is not.

The Malaysian carrier scored five out of a possible seven stars for its safety record, as opposed to five airlines which just manage one star.

Three AirAsia subsidiaries - in Indonesia, Malaysia and the Philippines - were included on the list, scoring just two, three and three stars respectively.

Indonesia's AirAsia Flight QZ8501 crashed into the Java Sea on December 28, killing all 162 people on board.

Nepal Airlines and Tara Air both came bottom in a report by Australian review site AirlineRatings.com, earning just one star for safety.

The two companies were featured alongside Afghan airline Kam Air, SCAT Airlines in Kazakhstan and Lion Air in Indonesia.

The site reveals that out of the 449 airlines studied, all five airlines received one star or less in the website’s seven-star safety ranking.

There were 149 airlines which achieved seven-stars while 58 scored six stars and almost 41 had just three stars or less.

All five of the most dangerous airlines listed are banned in the European Union Member States and ‘strongly advised against’ in the United States.

For all its problems with two tragic flights in 2014, Malaysia Airlines earned five out of seven stars.

The airline was involved in two major crashes last year when Flight MH370 went missing in March 2014 carrying 239 people.

That plane is still missing without a trace. The flight is believed to have crashed in the Indian Ocean. In July 2014, MH17 was hit by a missile as they it was flying over the Ukraine during its battle with Russia. It killed 298 people on-board.

In comparison, the airlines that received just one star have experienced a high number of accidents.

In 2005 Kam Air Flight 904 travelling from Herat International Airport in western Afghanistan, vanished from radar screens on approach to Kabul International Airport in poor weather. 

The disappearance sparked a massive search operation for the 96 passengers and eight crew. The wreckage of the plane was found on 5 February 2005 in the mountains east of Kabul.

In 2010, 22 people were killed when a Tara Air flight crashed shortly after take-off from Lamidanda Airport in Nepal, while earlier this year Nepal Airlines Flight 183 crashed on its way to Arghakhanchi.

In January 2013, all 21 people on board SCAT Airlines flight from Kokshetau to Almaty died when the aircraft crashed in poor weather near Kyzyltu.

AirlineRatings.com, the world’s only safety and product rating website, which was launched in June 2013.

The website, a joint initiative between The West Australian and Aerospace Technical Publications International, said its rating system is based on audits from the industry’s governing bodies and governments, plus an airline’s fatality record.

But the study is overshadowed by an awful 12 months for airline safety with some of the most tragic and bizarre incidents in modern history, as the report points out.

There were 21 fatal accidents last year – a record low at one for every 1.3 million flights – but the 986 fatalities were higher than the 10-year average largely due to two unprecedented tragedies involving Malaysia Airlines, which accounted for

537 deaths.

Despite those high-profile incidents – plus last month’s deadly crash of AirAsia flight QZ8501 - the report insists air travel is the safest method of transportation.

The world’s airlines carried a record 3.3 billion passengers on 27 million flights.

Fifty years ago there were a staggering 87 crashes, killing 1,597 people, when airlines carried only 141 million passengers – five per cent of today’s total, the report says.

The website has also announced its top ten safest airlines and top ten safest low cost airlines.

It named Australia’s national airline as the safest on the planet.

With a ‘fatality free record’ in the jet era, Qantas scored top marks out of nearly 450 carriers monitored by aviation safety review website.

The Australian-based website ranked the rest of its top ten in alphabetical order, with British Airways, Gulf carriers Emirates and Etihad Airways, and Lufthansa finding a place on the list.