Jilbab Dilarang, Atlet Basket Qatar Pilih WO di Asian Games

Qatar Women Withdraw Over Asian Games Hijab Ban

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Jilbab Dilarang, Atlet Basket Qatar Pilih WO di Asian Games
Tim basket putri Qatar meninggalkan stadion basket di Incheon, Korea Selatan sebagai protes atas larangan berjilbab (Foto2: MailOnline)

Incheon, Korea Selatan - Tim basket putri Qatar menarik diri dari Asian Games di Incheon, Korea Selatan sebagai protes terhadap aturan internasional yang melarang pemain mengenakan jilbab dalam kompetisi olahraga Asia tersebut.

Sengketa atas penolakan para pemain Qatar ´untuk melepas jilbab mereka - dianggap sebagai aturan yang mendiskriminasi wanita Muslim - sehingga memicu kehebohan dan menimbulkan pertanyaan baru tentang aturan yang melarang wanita mengenakan penutup kepala.

Pemimpin delegasi Qatar Khalid al-Jabir mengatakan tim memutuskan untuk menarik dan segera kembali ke Qatar.

Atlet basket putri Qatar yang akan melawan Nepal pada Kamis sore pekan lalu, tidak muncul di lapangan. Ofisial pun bergegas mengantisipasi, dengan mengeluarkan pengumuman resmi kepada wartawan dan penonton, dan tidak ada atlet basket putri masuk lapangan. Atlet putri Qatar dilarang memakai penutup kepala dalam pertandingan pembukaan mereka pada Rabu dan mogok bermain, kemudian memilih kalah WO.

FIBA, badan pengatur bola basket internasional, mengatakan dalam sebuah pernyataan Kamis itu "menyesalkan bahwa tim basket putri Qatar ke Asian Games dengan pakaian yang tidak sesuai dengan aturan resmi basket." FIBA menambahkan delegasi seharusnya sadar akan aturan dan bagaimana berkomunikasi dengan para ofisial tentang "seragam atau masalah peraturan lainnya yang terkait dengan kompetisi olahraga tersebut."

Dewan Olimpiade Asia dan panitia Asian Games belum bersedia berkomentar hingga berita ini diturunkan seperti dilansir MailOnline.

Panitia menyatakan berupaya menyelenggarakan kompetisi secara fair untuk mengatasi perbedaan, tapi jelas terkejut dengan penolakan untuk bertanding.

"Kami tidak mendapat isyarat apapun dari tim Qatar tentang apakah mereka akan datang bertanding atau tidak," kata panitia bidang teknis Heros Avanesian. "Kami tidak memiliki pilihan tetapi coba menunggu mereka sebelum tim lain dinyatakan menang WO."

Al-Jabir mengatakan tim Qatar dibiarkan tanpa pilihan oleh panitia.

"Kami tidak mengorbankan permainan - tapi dilarang bertanding," kata al-Jabir melalui telepon beberapa jam sebelum pertandingan Qatar vs Nepal. "Di satu sisi, semua orang ingin lebih banyak perempuan untuk berpartisipasi dalam permainan ini dan, di sisi lain, mereka mengecilkan wanita Muslim yang ingin bermain memakai jilbab."

Meskipun beberapa cabang olahraga mulai dari bowling hingga bulutangkis mengizinkan pemakaian jilbab selama kompetisi Asian Games, badan dunia basket melarang jilbab masuk lapangan dalam kompetisi internasional. Masalah ini mencapai kebuntuan ketika perempuan Qatar memaksa panitia dengan menolak bermain tanpa jilbab.

Peraturan tentang penutup kepala di basket menjadi fokus tahun ini ketika dua atlet pria Sikh dari tim India diminta untuk melepas turban mereka selama Piala Asia pada bulan Juli di Cina.

Awal bulan ini, FIBA mengatakan pihaknya meluncurkan fase percobaan dua tahun memungkinkan beberapa pemain untuk memakai penutup kepala. Tapi FIBA yang berpusat di Swiss mengeluarkan pernyataan untuk klarifikasi hal itu "memungkinkan pengecualian untuk diterapkan pada pertandingan tingkat nasional dan Asian Games adalah sebuah acara internasional."

FIBA akan mengevaluasi aturan tersebut tahun depan dan menentukan apakah akan mengizinkan penutup kepala pada beberapa tingkat kompetisi internasional.
Sebuah review lengkap pada 2016 akan memutuskan apakah itu akan menjadi perubahan peraturan permanen setelah Olimpiade 2016.

Di Doha, tim Qatar kepada pers mengatakan para pemain seharusnya diizinkan untuk bertanding meskipun memakai jilbab.

"Atlet putri kami kerap mendapat tekanan sosial," kata karyawan bank Faisal Salman. "Tekad mereka untuk bermain basket atau sepak bola harus didukung dan didorong oleh pemerintah dan badan-badan olahraga. Sebaliknya (mereka) mencegah peluang tersebut dan bersikap diskriminasi terhadap mereka."

Incheon, South Korea - The Qatari women´s basketball team withdrew from the Asian Games in protest against international rules that ban players from wearing Muslim headscarves in competition.

The dispute over the Qatari players´ refusal to remove their hijabs — regarded by some as a rule that discriminates against Muslim women — has created a stir at the games and raised new questions about rules banning head coverings.

Qatar delegation leader Khalid al-Jabir said the team decided to withdraw and already was preparing to return home.

The Qatari women were to play Nepal on Thursday afternoon but did not show at the venue. Officials took their places, starting lineups were distributed to the media and announced to the spectators, but none of the Qatari players arrived. The women were not allowed to wear head coverings in their opening game on Wednesday and refused to play, surrendering the game to Mongolia.

FIBA, international basketball´s ruling body, said in a statement Thursday it "regrets that a delegation was sent to the Asian Games with uniforms that do not conform to the official basketball rules." FIBA added the delegation should have been aware of the rules and how to communicate with officials concerning "uniforms or any other regulatory matter related to the event."

The Olympic Council of Asia and the Asian Games organizing committee had no immediate comment.

Organizers, who have tried to portray the regional Olympic-style event as a showcase of diversity, seemed surprised by the players´ decision to not show at all Thursday.

"We did not get any intimation from the Qatar team on whether they´ll come for the match or not," technical delegate Heros Avanesian said. "We had no option but to wait for them before awarding the match to the other team."

Al-Jabir said the team had been left with no choice.

"We´re not forfeiting games — we´re not being allowed to play," al-Jabir said by phone hours before the Nepal game. "On the one hand, everyone wants more women to participate in these games and, on the other hand, they´re discouraging Muslim women who want to play in hijab."

Although sports ranging from bowling to badminton allow hijabs to be worn during Asian Games competition, basketball´s world governing body does not allow them in international competition. The issue reached an impasse when the Qatari women forced the issue by refusing to play without their hijabs against Mongolia.

Regulations about head coverings in basketball came into focus this year when two male Sikh players from India were told to remove their turbans during the Asia Cup in July in China.

Earlier this month, FIBA said it was launching a two-year trial phase allowing some players to wear head coverings. But the Swiss-based FIBA issued a clarifying statement saying it "allows exceptions to be applied only at the national level and the Asian Games is an international event."

FIBA will evaluate the rule again next year and determine whether to allow head coverings at some level of international competition from next summer. A full review in 2016 will decide if it will become a permanent rule change after the 2016 Olympics.

In Doha, Qataris interviewed by The Associated Press said the players should have been allowed to compete while wearing the hijab.

"The girls already have a lot of social pressures," said bank employee Faisal Salman. "Their determination to play basketball or football should be supported and encouraged by the authorities and sports bodies. Instead (they are) preventing them and discriminating against them."