Concorde Mini Terbangi London - New York 3,5 Jam, Tiket Rp65 Juta per Orang

The `Mini Concorde` that Can Fly from London to New York in 3.5 hours for $5,000 a Time

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Concorde Mini Terbangi London - New York 3,5 Jam, Tiket Rp65 Juta per Orang
Sekitar 500 rute disiapkan sesuai rute yang tersedia saat ini, termasuk lima jam penerbangan dari San Francisco ke Tokyo dan enam jam penerbangan dari Los Angeles ke Sydney (Foto & Data: MailOnline)

SEBUAH perusahaan AS berupaya mengembangkan pesawat supersonik dengan tarif penerbangan lebih murah.

Disebut Boom, pesawat dengan 40 kursi akan mampu terbang dari London ke New York dalam waktu 3,5 jam - dengan tiket seharga Rp65 juta (US$5.000) per orang.

Perusahaan Denver yang mengembangkan pesawat tersebut menyatakan mereka sudah membangun mesin prototipe.

'Idenya adalah untuk pesawat yang terbang lebih cepat daripada pesawat penumpang lainnya yang dibuat sebelumnya, tapi untuk harga tiket yang sama seperti kelas bisnis," kata pendiri dan mantan karyawan Amazon usia 35 tahun, Blake Scholl kepada Bloomberg yang dikutip MailOnline.

Pesawat yang dibuat memanfaatkan bahan dari komposit serat karbon bukan aluminium, dan perusahaan mengatakan telah mensimulasikan jutaan desain setiap hari.

Menurut simulasi, desain Boom adalah lebih nyaman dan 30 persen lebih efisien daripada Concorde.

Ke-40 kursi akan dibagi menjadi dua baris kursi tunggal, sehingga semua orang berada di jendela dan gang.

Untuk mengurangi bobotnya, kursi disusun sesuai standar penerbangan domestik dari berbagai kelas, sehingga tidak ada tempat tidur laydown.

Untuk mempersingkat waktu penerbangan, pesawat Boom akan terbang di ketinggian 60.000 kaki, di mana penumpang akan dapat melihat lengkungan bumi, sementara kecepatannya akan 2,6 kali lebih cepat dari pesawat penumpang lainnya.

Scholl mengatakan sekitar 500 rute disiapkan sesuai rute yang tersedia saat ini, termasuk lima jam penerbangan dari San Francisco ke Tokyo dan enam jam penerbangan dari Los Angeles ke Sydney.

'Boom dikembangkan bersandar pada filosofi bahwa kita perlu mengatasi tantangan pada penumpang penerbangan supersonik, bukan sekadar puas pada yang tersedia saat ini," kata pihak perusahaan.

"Kami membuat pesawat supersonik dengan tarif terjangkau untuk perjalanan bisnis.'

'Tujuan utama kami adalah penerbangan supersonik terjadwal untuk semua orang. "

Perusahaan ini bahkan mempekerjakan Astronot AS Scott Kelly sebagai penasihat

Pesawat akan dibuat menggunakan serat karbon, dengan mesin jet standar.

'Di hanggar kami di Denver, kami menggabungkan mesin jet dan serat karbon, software desain canggih dan tes terowongan angin.'

"Kami sedang membangun prototipe kami sekarang-dan akan terbang akhir tahun depan."

Tes penerbangan pertama akan dilakukan di Bandara Centennial di Denver, untuk menguji kecepatan supersonik dekat Pangkalan Udara Edwards di California.

"Saat ini, penerbangan internasional terkendala jet-lag dan boros waktu serta jauh dari keluarga. Namun bayangkan kita dapat meninggalkan New York di pagi hari, melakukan rapat sore hari di London, lalu kembali ke rumah untuk berkumpul kembali dengan keluarga di rumah."

'Tidak seperti Concorde, harga tiket pesawat Boom akan tersedia sama seperti kelas bisnis. "

Sejarah Concorde
Concorde adalah sebuah pesawat jet penumpang supersonik bertenaga turbojet yang beroperasi hingga 2003.

Kecepatan maksimumnya lebih dari dua kali kecepatan suara pada Mach 2.04 (1.354 mph atau 2.180 km per jam pada  ketinggian jelajahnya) dan menampung 92 hingga 128 penumpang.

Pesawat ini pertama kali terbang pada 1969, tetapi diperlukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum menetapkannya layak menjadi pesawat komersial.

Concorde mulai beroperasi komersial pada 1976 dan terus terbang hingga 27 tahun berikutnya.

Ini adalah salah satu dari hanya dua pesawat angkut supersonik yang beroperasi secara komersial.

Lainnya adalah Tupolev Tu-144 buatan Uni Soviet kini Rusia, yang beroperasi komersial jauh lebih singkat sebelum dihentikan beroperasi dan pensiun karena masalah keamanan dan biaya.

Concorde dikembangkan dan diproduksi bersama oleh Aérospatiale dan British Aircraft Corporation (BAC) di bawah perjanjian Anglo-Perancis. Nama Concorde, yang berarti harmoni atau kesatuan, mencerminkan proyek kerjasama antara Inggris dan Prancis.

Di Inggris, salah satu atau semua jenis pesawat dikenal sebagai 'Concorde' saja.

Dua puluh pesawat dibangun termasuk enam prototipe dan pesawat uji coba.

Air France (AF) dan British Airways (BA) masing-masing mendapat tujuh pesawat. Penelitian dan pengembangan gagal menghasilkan keuntungan dan kedua maskapai harus menawarkan diskon besar untuk menarik minat penumpang.

Dari sekian banyak rute penerbangan, Concorde melayani penerbangan reguler transatlantik dari Heathrow di London dan Bandara Charles de Gaulle di Paris, Prancis ke ke Bandara John F Kennedy (JFK) di New York, Dulles di Washington di AS dan Barbados.

Waktu tempuh dari seluruh rute penerbangan Concorde  rata-rata setengah dari waktu tempuh pesawat komersial lainnya.

Seiring waktu, Concorde menjadi menguntungkan ketika menemukan basis pelanggan yang bersedia membayar untuk membayar tiket penerbangan yang lebih mahal sebagai pesawat komersial tercepat di dunia.

Pesawat ini dianggap oleh banyak orang sebagai ikon penerbangan dan kecanggihan teknologi pesawat terbang, tapi juga dikritik karena tidak ekonomis, kurang diminati pasar, dan mengkonsumsi lebih banyak bahan bakar untuk membawa penumpang lebih sedikit daripada Boeing 747.

Concorde pensiun pada 2003 karena menurunnya kinerja perusahaan dalam industri penerbangan komersial setelah kecelakaan pesawat pada 2000, serangan 11 September pada tahun 2001, dan keputusan oleh Airbus, penerus Aérospatiale dan BAC, untuk menghentikan dukungan pemeliharaan.

A US FIRM hopes to make supersonic travel normal with a new lost cost plane.

Called Boom, the 40 seater aircraft would be able to fly from London to New York in 3.5 hours - with a ticket costing just $5,000.

The Denver firm behind it say they have already begun building prototype engines

'The idea is for a plane that goes faster than any other passenger plane built before, but for the same price as business class,' 35 year old founder and ex Amazon employee Blake Scholl told Bloomberg.

The plane will be built using a carbon-fiber composite instead of aluminum, and the firm says it simulates millions of designs each day.

According to the simulations, Boom's design is quieter and 30 percent more efficient than the Concorde was.

Its 40 seats will be split into two single-seat rows, so everybody has a window and an aisle.

To reduce weight, the seats are of the standard domestic first-class variety, so no laydown beds.

To cut flight time, Boom's plane will cruise at 60,000 feet, where passengers will be able to see the curvature of the earth, while going 2.6 times faster than other passenger planes.

Scholl says about 500 routes fit the craft's market, including a five-hour trip from San Francisco to Tokyo and a six-hour flight from Los Angeles to Sydney.

'Boom was founded on the philosophy that we need to overcome the challenges to supersonic passenger flight, not surrender to them,' the firm says.

'We're making a supersonic aircraft affordable for business travel.

'Our ultimate goal is routine supersonic flight for everyone.'

The firm even has record breaking US Astronaut Scott Kelly as an advisor

The craft will be built using carbon fibre, with standard jet engines.

'At our hangar in Denver, we're combining jet engines and carbon fiber, advanced design software and wind tunnel tests.

'We're building our prototype now—and will fly late next year.'

The first test flights will occur at Centennial Airport in Denver, with supersonic testing near Edwards Air Force Base in California.

'Today, international travel means jet-lag and days of lost productivity and family time. But imagine leaving New York in the morning, making afternoon meetings in London, and being home to tuck your kids into bed.

'Unlike Concorde, flying Boom is affordable—the same price as business class.'

Concorde's History
Concorde was a turbojet-powered supersonic passenger jet that was operated until 2003.

It had a maximum speed over twice the speed of sound at Mach 2.04 (1,354 mph or 2,180 k per hour at cruise altitude) and could seat 92 to 128 passengers.

It was first flown in 1969, but needed further tests to establish it as viable as a commercial aircraft.

Concorde entered service in 1976 and continued flying for the next 27 years.

It is one of only two supersonic transports to have been operated commercially.

The other is the Soviet-built Tupolev Tu-144, which ran for a much shorter period of time before it was grounded and retired due to safety and budget issues.

Concorde was jointly developed and manufactured by Aérospatiale and the British Aircraft Corporation (BAC) under an Anglo-French treaty. Concorde's name, meaning harmony or union, reflects the cooperation on the project between the United Kingdom and France.

In the UK, any or all of the type are known simply as 'Concorde', without an article.

Twenty aircraft were built including six prototypes and development aircraft.

Air France (AF) and British Airways (BA) each received seven aircraft. The research and development failed to make a profit and the two airlines bought the aircraft at a huge discount.

Among other destinations, Concorde flew regular transatlantic flights from London Heathrow and Paris Charles de Gaulle Airport to New York-JFK, Washington Dulles and Barbados.

It flew these routes in less than half the time of other airliners.

Over time, the aircraft became profitable when it found a customer base willing to pay for flights on what was for most of its career the fastest commercial airliner in the world.

The aircraft is regarded by many as an aviation icon and an engineering marvel, but it was also criticized for being uneconomical, lacking a credible market, and consuming more fuel to carry fewer passengers than a Boeing 747.

Concorde was retired in 2003 due to a general downturn in the commercial aviation industry after the type's only crash in 2000, the September 11 attacks in 2001, and a decision by Airbus, the successor to Aérospatiale and BAC, to discontinue maintenance support.