Astaghfirullahaladzim, Warga Muslim Pilih Murtad Demi Suaka di Jerman

Hundreds of Muslim Migrants are Converting to Christianity to Boost Their Chances of Asylum in Germany

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Astaghfirullahaladzim, Warga Muslim Pilih Murtad Demi Suaka di Jerman
Pastor Gottfried Martens memegang lilin memimpin upacara baptis bagi warga Iran yang ingin murtad di Gereja Trinity di Berlin. Tampak Ali Zanoobi (kepala botak) salah satu dari ratusan warga Iran dan Afghan pencari suaka di Jerman (Foto: MailOnline)

TIDAK ADA makan siang gratis, begitu pula dengan dibukanya pintu perbatasan Jerman bagi para pengungsi dari negara-negara Timur Tengah, yang mendapatkan suaka asalkan bersedia pindah agama dari Islam menjadi penganut Kristen.

Warga Muslim berbondong-bondong pindah agama menjadi Kristen dengan harapan mereka dapat memberi peluang lebih besar mendapatkan suaka di Jerman.
 
Ratusan pencari suaka kebanyakan warga Iran dan Afghanistan memilih menjadi murtad di Gereja Injili Trinity di Berlin, itu yang terungkap oleh pers setempat dan belum lagi di tempat lain.

Lebih banyak lagi gereja di Jerman melakukan hal serupa namun tidak bersedia mengungkapnya kepada pers, sebagai syarat warga migran mendapat suaka, karena khawatir mereka bakal menjalani penganiayaan di negeri asalnya apabila dikirim pulang.

Saat memimpin doa, pendeta Gottfried Martens bertanya pada pengungsi Iran dengan kalimat provokatif dan menyesatkan: ´Anda bersedia melepaskan diri dari belenggu setan dan perbuatan jahatnya? ´Maukah Anda melepaskan diri dari Islam?´ Terdengar jawaban serempak: ´Ya.´ Martens kemudian membaptis mereka diikuti doa sesuai ajaran Kristen.

Zonoobi, seorang tukang kayu dari kota Iran Shiraz, tiba di Jerman dengan istri dan dua anak lima bulan yang lalu, seperti dilansir MailOnline.

Martens mengakui bahwa banyak warga migran bersedia menjadi murtad untuk menambah peluang mereka tinggal di Jerman - tetapi menurut pendeta motivasi itu tidak penting. Banyak dari mereka, katanya, bahwa ajaran Kristen bahwa akan memperbaiki kehidupan mereka. Dan dia memperkirakan hanya sekitar 10 persen dari kalangan murtad itu tidak kembali ke gereja setelah dibaptis.

"Saya tahu ada - lagi dan lagi - orang datang ke sini karena mereka memiliki semacam harapan mengenai suaka mereka," kata Martens. "Saya mengundang mereka untuk bergabung dengan kami karena saya tahu bahwa siapa pun yang datang ke sini tidak akan dibiarkan tidak pindah agama."

Menjadi Kristen saja tidak membantu pencari suaka - dan Kanselir Angela Merkel pekan ini menegaskan kebijakan pemerintahnya bahwa Islam ´diterima di Jerman."

Namun di Afghanistan dan Iran, misalnya, seorang muslim yang menjadi murtad akan dihukum mati atau penjara dan oleh karena itu tidak mungkin bahwa Jerman akan mendeportasi warga muslim yang memilih menjadi murtad alias kafir untuk kembali ke Iran dan Afghanistan.

Sampai saat ini memang tidak pengumuman resmi dari pemerintah Jerman bahwa menjadi murtad akan memperbesar peluang mendapat suaka. Namun apabila menolak untuk murtad akan lebih besar peluang mereka untuk dideportasi.

Beberapa warga muslim yang memilih menjadi murtad di gereja Marten menolak memberikan nama-nama mereka karena khawatir pada dampak keluarganya apabila kembali ke negara asal mereka. Sebagian mengatakan keputusan mereka didasarkan pada keyakinan, tapi seorang wanita muda Iran mengatakan dia meyakini sebagian besar warga yang datang ke gereja sekadar ´mencari aman´ hanya untuk meningkatkan peluang mereka mendapat suaka.

Seorang warga Iran Vesam Heydari meminta suaka di Norwegia dan memilih menjadi murtad di sana pada 2009. Namun suakanya ditolak karena pemerintah Norwegia tidak percaya ia akan dianiaya di Iran hanya karena menjadi murtad, sehingga ia pindah ke Jerman untuk mencari status pengungsi di sini - dan sedang menunggu suaka. ´Mayoritas Iran sini tidak berpindah agama dan keyakinan," kata Heydari. "Mereka hanya ingin tinggal di Jerman."

Sementara itu, sebagian besar gereja di seluruh Jerman mengeluhkan berkurangnya jemaat mereka, namun Martens melihat jumlah jemaatnya meningkat dari 150 orang dan hanya dalam dua tahun meningkat hingga 600 orang - meski dia menolak peningkatan itu karena banyaknya pencari suaka di Jerman memilih menjadi murtad.

Beberapa jemaatnya datang dari kota-kota jauh seperti Rostock di Laut Baltik, setelah mendengar cerita dari mulut ke mulut bahwa Martens tidak hanya membaptis kaum murtad setelah tiga bulan ´arus migran´, tapi juga membantu mereka dengan permohonan suaka.

Komunitas Kristen lainnya di seluruh Jerman, di antaranya gereja Lutheran di Hannover dan Rhineland, juga telah melaporkan meningkatnya jumlah warga Iran yang memilih murtad demi suaka.

Tidak ada jumlah pasti berapa banyak Muslim yang memilih murtad di Jerman dalam beberapa tahun terakhir - dan mereka adalah minoritas kecil dibandingkan dengan total empat juta Muslim di negara itu. Namun setidaknya di Berlin, Martens menggambarkan jumlah kaum murtad bukan sebagai ´keajaiban´. Dan ia mengatakan ia memiliki setidaknya 80 orang - sebagian besar pengungsi dari Iran dan beberapa warga Afghanistan - yang menunggu untuk dibaptis.

Jerman menyaksikan lonjakan jumlah migran yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pencari suaka tahun ini, dengan jumlah migran diperkirakan akan mencapai 800.000 orang tahun ini, meningkat empat kali lipat pada tahun lalu. Banyak pendatang baru datang dari negara-negara Muslim seperti Suriah, Irak, Afghanistan atau Pakistan. Sementara pengungsi dari negara yang dilanda perang sipil hampir pasti akan menerima statusnya suaka, namun situasinya lebih rumit bagi para pencari suaka dari Iran atau Afghanistan, yang dianggap negaranya lebih stabil.

Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 40-50 persen dari kedua negara telah diizinkan untuk tinggal di negara itu, dan sebagian besar dari mereka hanya mendapatkan izin sementara untuk tinggal.

Kantor Federal Jerman untuk Migrasi dan Pengungsi mengatakan tidak mengomentari alasan pemohon individu ketika mereka mengajukan permohonan suaka, atau berapa banyak orang menerima status pengungsi di Jerman berdasarkan ketentuan menjadi murtad.

Zonoobi, yang berpakaian serba putih saat dibaptis pada Minggu, mengatakan ia telah menghadiri layanan keagamaan rahasia di Iran sejak teman memperkenalkannya kepada Alkitab pada usia 18. Dia memutuskan untuk melarikan diri ke Jerman setelah beberapa teman yang menganut Kristen ditangkap karena menjalani ibadah mereka.

Bagi Zonoobi dan istrinya Afsaneh - yang sejak memilih murtad berganti nama menjadi Katarina - bahwa pembaptisannya menandai awal baru.

MUSLIM MIGRANTS are converting to Christianity in their droves in the hope it will greatly improve their chances of winning asylum in Germany.

Hundreds of mostly Iranian and Afghan asylum seekers have changed faiths at the evangelical Trinity Church in a leafy Berlin neighbourhood alone.

Many claim true belief prompted the move, but the decision will undoubtedly boost their chances of being granted asylum by allowing them to claim they would face persecution if sent home.

At the service, pastor Gottfried Martens asks the Iranian refugee: ´Will you break away from Satan and his evil deeds? ´Will you break away from Islam?´ To which he fervently replied: ´Yes.´ Martens then baptised him ´in the name of the Father, the Son and the Holy Ghost.´

Zonoobi, a carpenter from the Iranian city of Shiraz, arrived in Germany with his wife and two children five months ago.

Martens recognises that some convert in order to improve their chances of staying in Germany – but for the pastor motivation is unimportant. Many, he said, are so taken by the Christian message that it changes their lives. And he estimates that only about 10 per cent of converts do not return to church after christening.

´I know there are – again and again – people coming here because they have some kind of hope regarding their asylum,´ Martens said. ´I am inviting them to join us because I know that whoever comes here will not be left unchanged.´

Being Christian alone does not help an applicant – and Chancellor Angela Merkel went out of her way this week to reiterate that Islam ´belongs in Germany.´

But in Afghanistan and Iran, for example, conversion to Christianity by a Muslim could be punished by death or imprisonment and it is therefore unlikely that Germany would deport converted Iranian and Afghan refugees back home.

None will openly admit to converting in order to help their asylum chances. To do so could result in rejection of their asylum bid and deportation as Christian converts.

Several candidates for baptism at Martens´s church would not give their names out of fear of repercussions for their families back home. Most said their decision was based on belief, but one young Iranian woman said she was convinced most people had joined the church only to improve their chances for asylum.

Congregation member Vesam Heydari initially applied for asylum in Norway and converted there in 2009. But his case was rejected because the Norwegian authorities did not believe he would be persecuted as a Christian in Iran, so he moved to Germany to seek refugee status here – and is awaiting a decision. The majority of Iranians here are not converting out of belief,´ Heydari said. ´They only want to stay in Germany.´

Meanwhile, as other churches across Germany struggle with dwindling numbers of believers, Martens has seen his congregation swell from 150 just two years to more than 600 parishioners now – with a seemingly unending flow of new refugees finding the way to his congregation.

Some come from cities as far away as Rostock on the Baltic Sea, having found out by word-of-mouth that Martens not only baptises Muslims after a three-month ´crash course´ in Christianity, but also helps them with asylum pleas.

Other Christian communities across Germany, among them Lutheran churches in Hannover and the Rhineland, have also reported growing numbers of Iranians converting to Christendom.

There are no exact numbers on how many Muslims have converted in Germany in recent years – and they are a tiny minority compared to the country´s overall four million Muslims. But at least for Berlin, Martens describes the number of conversions as nothing short of a ´miracle´. And he says he has at least another 80 people – mostly refugees from Iran and a few Afghans –waiting to be baptised.

Germany is witnessing an unprecedented surge of asylum-seekers this year, with the number of migrants expected to reach 800,000 this year, a fourfold increase on last year. Many of the new arrivals come from Muslim countries such as Syria, Iraq, Afghanistan or Pakistan. While refugees from civil-war-torn Syria will almost definitely be receiving asylum status, the situation is more complicated for asylum seekers from Iran or Afghanistan, which are seen as more stable.

In recent years, roughly 40-50 percent from those two countries have been allowed to stay in the country, with many of those getting only temporary permission to remain.

Germany´s Federal Office for Migration and Refugees said it does not comment on the reasons individual applicants give when they apply for asylum, or on how many people receive refugee status in Germany based on religious persecution.

Zonoobi, who dressed all in white for his baptism on Sunday, said he had attended secret religious services in Iran ever since friends introduced him to the Bible at age 18. He decided to flee to Germany after several Christian friends were arrested for practicing their religion.

For Zonoobi and his wife Afsaneh – who since her baptism goes by the name of Katarina – the christening marks a new beginning.