Martunis, Korban Tsunami 2004 Berlatih di Akademi Sporting Lisbon

Sporting Lisbon Have Signed Tsunami Victim Martunis to Join Their Academy

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Martunis, Korban Tsunami 2004 Berlatih di Akademi Sporting Lisbon
Dari kiri atas: Martunis dengan seragam Sporting Lisbon, ketemu Ronaldo, di Lisabon, Portugal, bersama Sarbini ayahnya dan pertemuan kedua dengan Ronaldo setelah berusia remaja (Foto2: MailOnline)

SPORTING LISBON telah menandatangani kontrak korban tsunami Martunis ke akademi mereka, 11 tahun setelah bencana yang memaksa dia untuk bertahan hidup di genangan air selama 21 hari dan menewaskan ibu dan dua saudaranya.

Martunis, kini berusia 17, resmi bergabung dengan klub di ibukota Portugal untuk mengejar mimpinya setelah menjadi korban bencana tsunami yang menghantam kampung halamannya di Aceh pada 2004.

Gelombang raksasa, yang disebabkan oleh gempa bumi di Samudera Hindia, menewaskan 230.000 orang di 14 negara dan memisahkan anak muda dari keluarga dan memaksa Martunis bertahan hidup dengan makan dan minum seadanya saat terombang-ambing di laut.

Kini, Martunis bergabung dengan akademi sepak bola terkenal Sporting yang menjadi klub pertama dari pahlawannya, bintang Real Madrid Cristiano Ronaldo, dan Luis Figo ketika mereka baru meniti karier di sepak bola profesional, seperti dilansir MailOnline.

"Peluang sangat besar bisa berada di sini, klub ini membuat mimpi saya terwujud," katanya dalam sambutannya. "Saya sangat gembira mendapat kesempatan besar ini. Viva Sporting! '

Presiden Sporting Bruno de Carvalho mengatakan: 'Martunis akan bekerja di akademi. Kami akan bekerja dengan dia juga dalam perkembangannya sebagai manusia dan sebagai pria."

Martunis dibesarkan di Banda Aceh, Indonesia dan menghadiri kelas bahasa Inggris tiga kali seminggu selain ke sekolah sepak bola di kampung halamannya demi mengejar karir impiannya.

Bintang Portugal Ronaldo bertemu dengan Martunis pascabencana setelah mendapati foto dirinya mengenakan jersey Portugal - ia tengah bermain sepak bola ketika Aceh dihantam gempa berkekuatan 9,3 - dan menjadi berita utama di seluruh dunia.

Pada saat itu, Ronaldo mengatakan: "Saya meyakini bahwa banyak orang dewasa bahkan tidak akan mampu menghadapi apa yang telah dilaluinya."

"Kita harus menghormatinya. Dia adalah tindakan kekuatan dan kedewasaan. Dia anak yang istimewa."

Saat ditemukan oleh sekelompok wartawan setelah terdampar di pantai, Martunis membutuhkan infus saline karena dehidrasi yang dideritanya, sementara ia juga dikabarkan dalam kondisi lemah dan kurang makan setelah terapung-apung selama 21 hari.

Seorang anggota tim Save the Children yang diutus ke rumah sakit mengatakan apabila Martunis ditemukan di hari berikutnya dari saat ditemukan mungkin ia tidak akan selamat.

Martunis kemudian bertemu kembali dengan ayahnya tetapi saudara dan ibunya berada di antara banyak korban tewas dari salah satu bencana alam terburuk di dunia.

Rumah yang berusia tujuh tahun itu dibangun kembali dengan uang yang dikirim oleh asosiasi sepak bola Portugal FA dan ditunjang dari dana amal yang digalang Ronaldo sebelum ia bertemu pahlawannya tiga tahun kemudian.

Dia mengaku selalu bermimpi menjadi pemain sepakbola profesional dan pindah ke Sporting adalah langkah berikutnya untuk mewujudkan cita-citanya.

'Hobi favorit saya adalah bermain sepak bola," kata Martunis pada 2008." Saya tidak suka olahraga lainnya. Sepak bola menyenangkan. Kakek saya adalah pesepakbola. Saya ingin menjadi pemain sepak bola kalau saya dewasa nanti."

"Saya biarkan dia bermain sepak bola di sore hari," kata ayahnya Sarbini. "Saya menyuruhnya pergi ke sekolah, belajar membaca Alquran dan menghadiri kursus bahasa Inggris."

"Saya ingin dia menjadi anak yang cerdas dengan masa depan yang cerah. Saya tidak ingin dia berakhir seperti saya yang tidak memiliki pendidikan yang layak. Saya berharap dia mendapat pekerjaan yang baik di masa depan."

"Saya akan sangat bangga jika ia menikmati kehidupan yang baik atau menjadi pemain sepakbola profesional."

SPORTING LISBON have signed tsunami survivor Martunis to their academy, 11 years after the disaster that forced him to survive on puddle water for 21 days and killed his mother and two brothers.

Martunis, now 17, was unveiled in the Portuguese capital having pursued his dream in spite of the desolation brought on by the disaster that hit his home in Indonesia on Boxing Day 2004.

The giant waves, caused by an earthquake in the Indian Ocean, killed 230,000 people across 14 countries and separated the young boy from his family and leaving him to live off some noodles he had found and water from puddles.

Now, Martunis has joined Sporting's famous academy that nurtured the talents of his hero, Real Madrid star Cristiano Ronaldo, and Luis Figo in the past.

'It's great to be here, this club makes my dream possible,' he said at his presentation. 'I am incredibly excited about this opportunity. Viva Sporting!'

Sporting president Bruno de Carvalho said: 'Martunis will work at the academy. We will work with him also in his development as a human being and as a man.'

Martunis grew up in Banda Aceh, Indonesia and attended English classes three times a week in addition to a soccer school in his home city in pursuit of his dream career.

Portuguese star Ronaldo met with Martunis in the aftermath of the disaster after images of him in a Portugal shirt - he was playing football when the 9.3 magnitude earthquake struck - hit headlines across the world.

At the time, Ronaldo said: 'I believe that many adults would not even be able to deal with what he has gone through.

'We must respect him. His was an act of strength and maturity. He's a special kid.'

When found by a group of journalists wandering the beaches of the Indonesian city, Martunis needed a saline drip due to the dehydration he had suffered, while he was also said to be frail and badly bitten after the 21-day ordeal.

A member of the Save the Children team who delivered him to hospital said that had he been found a day later he may not have survived.

Martunis was later reunited with his father but his siblings and mother were among the many casualties in one of the world's worst natural disasters.

The seven-year-old's home was rebuilt with money sent by the Portuguese FA and raised by Ronaldo's fundraising efforts before he met his hero three years later.

He is said to have always dreamed of becoming a professional footballer and the move to Sporting is the next step on that path.

'My favourite hobby is playing football,' Martunis said in 2008. 'I don't like other sports. It's fun. My grandfather was a footballer. I want to be a footballer when I grow up.'

'I let him play football in the afternoon,' his father Sarbini said. 'I ask him to go to school, learn to read the Koran and attend an English course.

'I want him to be a clever boy with a bright future. I don't want him to end up like me who did not have a proper education. I hope he gets a good job in the future.

'I will be very proud if he enjoys a good life or becomes a professional footballer.'