WISATAWAN berbondong-bondong mendatangi obyek wisata Turki yang dijuluki sebagai 'Love Valley' atau Bukit Cinta.

Wilayah yang terkenal Cappadocia menjadi tujuan para wisatawan domestik dan mancanegara untuk berwisata dengan balon udara untuk melihat dampak fenomena alam pada tiang batu, yang disebut para wisatawan sebagai 'batu penis' karena bentuknya menyerupai alat kelamin pria.

Formasi tiang-tiang batu tampak seperti bentuk kejantanan kaum pria, padahal 'batu yang bikin ngeres wisatawan wanita' terbentuk secara alami akibat erosi dari batuan vulkanik.

Sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Cappadocia mencapai rekor satu juta orang tahun lalu, menurut pejabat pariwisata setempat, yang memantau meningkatnya minat ke destinasi wisata di timur Anatolia, Turki tengah, selama beberapa tahun terakhir.

Meskipun bentuk batu tersebut dapat membuat banyak orang menyeringai, terbentuk dari hasil letusan gunung berapi kuno, sekitar 9 hingga 3 juta tahun yang lalu pada zaman Miosen ke Pliosen, yang menutupi wilayah tersebut dengan abu tebal yang kemudian memadat menjadi batuan lembut dan kemudian mengeras, seperti dilansir MailOnline.

Akibat erosi angin dan air mengakibatkan hanya unsur-unsur yang lebih keras yang bertahan, membentuk lanskap yang tidak biasa menyerupai kerucut, pilar, puncak, jamur, dan 'dongeng cerobong asap', beberapa di antaranya mencapai ketinggian 40 meter.

Setiap pagi sebelum matahari terbit, ratusan balon udara panas naik ke udara di atas Cappadocia, masing-masing mengangkut sekitar selusin penumpang untuk menyaksikan fajar menyingsing dari perjalanan dengan balon udara, mengudara di atasnya dan di sekitar formasi batuan yang indah yang secara bergurau juga disebut sebagai 'lembah willy' dalam konotasi hubungan seksual pria dan wanita, oleh salah satu blogger perjalanan.

Cappadocia saat ini dianggap sebagai salah satu destinasi wisata paling populer di dunia untuk balon udara, dan fotografer Karsten Wrobel memotret  bebatuan yang menakjubkan saat liburan di kawasan tersebut bersama pasangannya.

Fotografer 43 tahun dari Munich di Jerman mengatakan: 'Kami berulang kali mengunjungi Love Valley, hiking berdua dan berhubungan akrab dengan pemilik pondok wisata tempat kami menginap."

"Kami berulang kali berkunjung pada saat fajar menyingsing maupun menjelang matahari terbenam untuk memotret pilar ajaib bermandikan cahaya keemasan."