Brexit Picu Keinginan Swedia, Ceko dan Prancis Keluar dari Uni Eropa

The Swexits, Czexits and Frexits that Could Follow Britain Out of the EU

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Brexit Picu Keinginan Swedia, Ceko dan Prancis Keluar dari Uni Eropa
Arah jarum jam: Menlu Swedia, Margot Wallstrom, Presiden Komisi UE Jean-Claude Juncker, tokoh anti imigran Italia Beppe Grillo, politisi Belanda Geert Wilders dan hasil jajak pendapat Ipsos Mori (Foto & Tabel: MailOnline)

RAKYAT Inggris memilih keluar dari Uni Eropa (UE) atau kerap disebut Brexit memicu keinginan serupa dari rakyat di ´benua biru´ tersebut yang kini tengah meniupkan referendum di antara 27 negara anggota UE, sebagai dampak dari gempa politik secara perlahan semakin jelas.

Tak lama setelah hasil referendum Brexit diumumkan, Marine Le Pen, pemimpin Front Nasional di Perancis, menyerukan ´Frexit´ melalui media sosial Twitter, sedangkan politisi penghasut dari partai sayap kanan Belanda, Geert Wilders juga menyerukan ´Nexit´ singkatan dari Netherland Exit.

Di Italia, pemimpin Italia anti-imigran Liga Utara, Matteo Salvini, menyebut Uni Eropa ´kandang dari orang gila´ yang membuat penduduk pribumi kehilangan pekerjaan dan menjatuhkan martabat mereka.

Dan ada juga kekhawatiran bahwa Brexit juga bisa memicu Czexit, Swexit, dan Grexit di Republik Ceko, Swedia dan Yunani. Bahkan jika serikat pekerja memegang kendali, gempa bumi politik yang telah meletus di Inggris akan menimbulkan ´gempa susulan´ di negara-negara anggota UE.

Di seluruh Eropa, rakyat di negara-negara anggota UE dilanda skeptis terhadap UE atau kerap disebut ´Euroscepticism´ yang dipicu oleh Brexit. Sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa 36 persen dari rakyat Swedia akan mendukung ´Swexit´ jika rakyat Inggris memilih keluar dari UE.

Pada bulan Mei, hasil jajak pendapat Ipsos Mori mengungkapkan bahwa lebih dari setengah warga Prancis dan Italia menginginkan referendum, dan jumlah yang sama diyakini akan ada ´efek domino´ jika Inggris memilih Brexit.

´Seluruh orang Eropa khawatir tentang krisis yang kita hadapi seperti migrasi dan terorisme,´ kata Jeppe Kofod, politisi Denmark dari MEP dan pemimpin Partai Sosial Demokrat di Parlemen Eropa, kepada MailOnline.

"Sekarang bahwa Inggris memilih keluar, banyak yang mulai berpikir bahwa ini akan menjadi solusi bagi mereka."

EUROSCEPTIC parties across the continent are intensifying demands for their own referendums in the wake of the Brexit vote, as the repercussions of the political earthquake gradually become clear.

Shortly after the result was announced, Marine Le Pen, the leader of the Front National in France, called for a ´Frexit´ vote on Twitter, while the far-Right Dutch firebrand Geert Wilders called for a ´Nexit´.

In Italy the leader of the Italian anti-immigrant Northern League, Matteo Salvini, called the European Union ´a cage of crazies´ that is killing jobs and citizen dignity.

And there are also fears that Brexit could also trigger a Czexit, a Swexit, and a Grexit in the Czech Republic, Sweden andGreece. Even if the union holds, the political earthquake that has erupted in Britain will have far-reaching aftershocks.

All over Europe, countries are experiencing a surge in Euroscepticism that will only be emboldened by Brexit. A recent poll suggested that 36 per cent of Swedes would be in favour of ´Swexit´ if Britain were to leave.

In May, an Ipsos Mori poll revealed that more than half of French and Italian citizens want a referendum, and the same number believed there would be a ´domino effect´ if Britain were to leave.

´All over Europe people are worried about the crises we face such as migration and terrorism,´ Jeppe Kofod, a Danish MEP and leader of the Social Democrats in the European Parliament, told MailOnline.

´Now that the UK has left, many are starting to think that this would be the solution for them.´