Mesabatan Api, Ritual Api di Bali Sambut Hari Raya Nyepi

Indonesian Men Lash Burning Coconut Husks Off Each Other in Hindu Ritual

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Mesabatan Api, Ritual Api di Bali Sambut Hari Raya Nyepi
Mesabatan Api, merupaukan upacara merayakan tubuh dan pemurnian alam semesta melalui api, diadakan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi (Foto2: Mail Online)

KEJADIAN spektakuler - meskipun, menyakitkan - dari tradisi Hindu yang melambangkan pemurnian tubuh manusia.

Foto-foto ini menunjukkan para pria di Bali  memukul sabut kelapa yang terbakar kepada orang lain di dekatnya, Minggu (30/3) sebagai bagian dari ritual tahunan Mesabatan Api menyambut Hari Raya Nyepi.

Para pesertanya bertelanjang dada tampak mengangkat dan mengayunkan sekam menyala di Gianyar, Bali - sebelum melemparkan ke tubuh orang lain yang berada di dekatnya, seperti dilansir Mail Online.

Gambar-gambar menawan, yang diambil oleh fotografer Agung Parameswara, menunjukkan api membara berkilauan menerangi langit malam yang gelap gulita.

Mesabatan Api, merupaukan upacara merayakan tubuh dan pemurnian alam semesta melalui api, diadakan satu hari sebelum Hari Raya Nyepi.

Hari libur nasional, yang diperingati setiap tahun baru Saka menurut kalender Bali, memperlihatkan refleksi diri, puasa dan meditasi.

Sementara itu, aktivitas seperti bekerja, menonton televisi dan perjalanan dibatasi 24 jam.

IT IS a spectacular - albeit, painful - Hindu tradition that symbolises the purification of the human body.

These photos show Indonesian men lashing burning coconut husks off each other today as part of the annual Mesabatan Api ritual.

The bare-chested men can be seen picking up and swinging the blazing husks in Gianyar, Bali - before throwing them at others' bodies.

The captivating images, taken by photographer Agung Parameswara, show an array of sparkling embers lighting up the dark night's sky.

Mesabatan Api, which celebrates the body and universe's purification through fire, is held one day before the Nyepi Day of Silence.

The national holiday, which is commemorated every Saka new year according to the Balinese calendar, promotes self-reflection, fasting and meditation.

Meanwhile, activities such as working, watching television and travelling are restricted between the hours of 6am and 6pm.