Pilot Terkunci di Luar Kokpit, Kopilot Germanwings Sengaja Tabrakkan Pesawat
Germanwings Co-pilot Smashed Jet into Alps at 400 mph
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
KOPILOT PESAWAT naas Germanwings Airbus A320 menghalangi kapten pilot masuk kokpit dengan mengunci pintunya lalu dengan sengaja menabrak gunung untuk 'menghancurkan pesawat' , kabar mengejutkan tersebut baru saja terungkap.
Jaksa Perancis Brice Robin memberikan rincian lebih lanjut tentang fakta mengerikan dari sepuluh menit terakhir di kokpit sebelum Airbus A320 menabrak pegunungan Alpen Perancis yang menewaskan 150 orang orang di dalamnya.
Fakta mengerikan itu terungkap dari rekaman suara di kotak hitam, kata jaksa kopilot Andreas Lubitz - asal Jerman usia 28 tahun - mengunci pintu kokpit setelah sang pilot keluar dari kokpit.
Pada saat itu, Lubitz menggunakan sistem kendali penerbangan untuk menurunkan ketinggian pesawat, sesuatu yang hanya bisa dilakukan secara manual - dan itu dilakukan dengan sengaja.
Dia mengatakan: 'Tujuannya untuk menghancurkan pesawat. Tidak ada penumpang selamat. Pesawat menabrak gunung dalam kecepatan 700km per jam."
"Saya tidak yakin bahwa penumpang menyadari apa yang terjadi sampai saat-saat terakhir karena suara yang terekam hanya merekam jeritan di detik-detik terakhir.'
Sebelumnya kejadian, Jaksa Brice mengatakan Lubitz menanggapi tenang, kemudian tak ada suara ketika kapten memberi penjelasan singkat di tengah perjalanan tentang waktu mendarat di bandara tujuan, seperti dilansir MailOnline.
Kapten pilot - yang disebut oleh media lokal sebagai bapak dua anak asal Jerman, Patrick Sonderheimer - kemudian meninggalkan kokpit tapi kemudian tidak bisa kembali ke kokpit karena pintunya dikunci.
Robin mengatakan: "Kami mendengar pilot meminta kopilot untuk mengambil alih kendali penerbangan dan kami mendengar suara kursi didorong ke belakang dan pintu kokpit ditutup sehingga kami berasumsi bahwa kapten pergi ke toilet atau keperluan lain.
"Jadi kopilot sendirian di kokpit, dan itulah saat sang kopilot bertanggung jawab atas pesawat dan menggunakan sistem kendali penerbangan untuk menurunkan ketinggian pesawat.
"Pada ketinggian ini, hal itu hanya bisa dilakukan secara manual. Kami mendengar beberapa teriakan dari kapten pilot untuk masuk kokpit, berbicara melalui sistem interkom, tapi tak ada jawaban dari kokpit."
Robin mengatakan Lubitz 'sengaja' mengunci pintu kokpit dan napasnya terdengar normal menjelang kecelakaan terjadi.
Dia mengatakan: 'Nafas-nya terdengar normal bukan dari seseorang yang sedang panik. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Suasana sangat hening di kokpit selama sepuluh menit terakhir. Sunyi.'
Menara Kontrol Udara di Marseille meminta tanda bahaya, namun tidak direspon, kata Robin.
Dia menambahkan: "Pesawat naas itu kemudian diminta melakukan pendaratan darurat.
'Menara kontrol meminta pesawat lain untuk menghubungi Airbus ini dan tidak ada jawaban."
"Ada sistem alarm yang menunjukkan kepada semua penumpang di dalam pesawat tentang ketinggian pesawat. Kemudian kami mendengar suara seseorang mencoba masuk ke kokpit.
'Pintu tetap terkunci sesuai dengan standar internasional."
Robin menambahkan: "Tepat sebelum menabrak gunung kami mendengar suara benturan pertama. Diyakini bahwa pesawat diperkirakan menabrak sesuatu sebelum kecelakaan."
"Tidak ada tanda bahaya atau sinyal Mayday. Tidak ada jawaban diterima meskipun banyak panggilan dari menara. "
Mengacu pada tindakan Lubitz, Robin mengatakan: "Dia melakukan ini untuk alasan yang kita tidak tahu mengapa, tapi kita hanya bisa menduga bahwa ia ingin menghancurkan pesawat."
"Kami telah meminta informasi dari tim penyelidik Jerman tentang profesi dan latar belakang pribadi.'
Robin mengatakan kopilot tidak terkait dengan terorisme, seraya menambahkan: "Tidak ada alasan untuk mencurigai serangan teroris."'
Dan ditanya apakah ia percaya kecelakaan yang menewaskan 150 orang merupakan tindakan bunuh diri, ia menambahkan: "Orang-orang yang bunuh diri biasanya melakukannya sendirian ... Saya tidak menyebutnya bunuh diri."
CEO Lufthansa Carsten Spohr mengtakan semua pilot menjalani pemeriksaan medis tahunan, tetapi tidak mencakup pada penilaian kejiwaan khusus di luar pelatihan.
Dia menambahkan: "Dia lulus semua ujian medis, seluruh pemeriksaan kesehatan. Dia 100 persen fit untuk terbang."
"Saya bukan pengacara. Saya adalah CEO dari sebuah perusahaan besar. Jika satu orang mengajak 149 orang dengan dia sampai mati, itu bukan bunuh diri."
THE CO-PILOT of the doomed Germanwings Airbus A320 locked his captain out of the cockpit before deliberately crashing into a mountain to 'destroy the plane', it was sensationally revealed today.
French prosecutor Brice Robin gave further chilling details of the final ten minutes in the cockpit before the Airbus A320 plunged into the French Alps killing 150 people.
Revealing data extracted from the black box voice recorder, he said the co-pilot - 28-year-old German Andreas Lubitz - locked his captain out after the senior officer left the cockpit.
At that point, Lubitz used the flight managing system to put the plane into a descent, something that can only be done manually - and deliberately.
He said: 'The intention was to destroy the plane. Death was instant. The plane hit the mountain at 700kmh (430mph).
'I don't think that the passengers realised what was happening until the last moments because on the recording you only hear the screams in the final seconds'.
Earlier in the flight, Mr Brice said Lubitz's responses, initially courteous, became 'curt' when the captain began the mid-flight briefing on the planned landing of the plane.
The captain - named by local media as German father-of-two Patrick Sonderheimer - then left the cockpit but found himself locked out when he tried to re-enter.
Mr Robin said: 'We hear the pilot asking the co-pilot to take over and we hear the sound of a chair being pushed back and a door closing so we assume that the captain went to the toilet or something.
'So the co-pilot is on his own, and it is while he's on his own that the co-pilot is in charge of the plane and uses the flight management system to start the descent of the plane.
'At thi altitude, this can only be done voluntarily. We hear several shouts from the captain asking to get in, speaking through the intercom system, but there's no answer from the cockpit.'
Mr Robin said Lubitz 'voluntarily' refused to open the door and his breathing was normal throughout the final minutes of the flight.
He said: 'His breath was not of somebody who was struggling. He never said a single word. It was total silence in the cockpit for the ten past minutes. Nothing.'
Air Traffic Control at Marseille asked for a distress signal, but there is still no response, said Mr Robin.
He added: 'So the plane becomes a priority for a forced landing.
'Control asks other planes to contact this Airbus and no answer is forthcoming.
'There are alarm systems which indicate to all those on board the proximity of the ground. Then we hear noises of someone trying to break into the door.
'The door is reinforced according to international standards.'
Mr Robin went on: 'Just before final impact we hear the sound of a first impact. It's believed that the plane may have hit something before the final impact.
'There is no distress signal or Mayday signal. No answer was received despite numerous calls from the tower.'
Referring to Lubitz, Mr Robin said: 'He did this for a reason which we don't know why, but we can only deduct that he destroyed this plane.
'We have asked for information from the German investigation on both his profession and personal background'.
Mr Robin said he had no known links with terrorism, adding: 'There is no reason to suspect a terrorist attack.'
And asked whether he believed the crash that killed 150 people was the result of suicide, he said: 'People who commit suicide usually do so alone... I don't call it a suicide.'
Lufthansa CEO Carsten Spohr said all pilots undergo annual medical checks, but not special psychiatric assessments beyond training.
He added: 'He passed all medical exams, all checks. He was 100 per cent fit to fly without any restrictions.
'I am not a lawyer. I am the CEO of a big company. If one person takes 149 people with him to death, it is not suicide.'