Kobaran Api, Kiat Nelayan Taiwan Tangkap Ikan Sarden

Lighting Bamboo Sticks Tipped with Flammable Sulphurous Soil to Attract Sardines

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Kobaran Api, Kiat Nelayan Taiwan Tangkap Ikan Sarden
Memancing ikan dengan api pertama kali dipraktekkan selama periode Jepang menguasai Taiwan, antara 1895 dan 1945, tapi sekarang Jinshan adalah satu-satunya tempat yang mempertahankan hal itu (Foto2: MailOnline)

FOTO-FOTO yang menarik memperlihatkan cara menangkap ikan di Taiwan yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Menyalakan tongkat bambu yang dibaluri belerang yang mudah terbakar untuk menarik perhatian sarden melompat mendekati nyala api, sekitar 30 nelayan di lepas pantai timur laut sedang menangkap ikan sekaligus mempertahankan tradisi kuno yang tetap hidup.

Dulu ada 300 kapal menggunakan metode ini setiap malam tapi sekarang hanya ada tiga, menurut asosiasi nelayan lokal di Kabupaten Jinshan, di utara Taipei.

Para nelayan yang bertahan memanfaatkan musim yang berlangsung selama tiga bulan dari Mei hingga Juli; di mana mereka menghabiskan malam hingga enam di laut untuk menangkap antara tiga hingga empat ton ikan sarden.

Mereka untung banyak, menangkap ikan di malam yang cerah, dengan perolehan lebih US$4.500. Hanya cuaca buruk yang memaksa mereka menepi ke pantai.

'Penghasilan harian saya tidak stabil, tetapi untuk bertahan hidup saya harus berlayar," kata Jian Kun, pemilik perahu usia 60 tahun yang menangkap ikan dengan cara tradisional.

Pemerintah memberikan subsidi kepada nelayan untuk mendorong mereka untuk terus memancing dengan cara tradisional tersebut dan juga mendorong mendaftarkan teknik tersebut kepada Departemen Kebudayaan sebagai aset budaya pada 2014.

Dan festival tahunan Memancing Ikan Sarden dimulai sejak 2013 untuk membantu mempromosikan pelatihan, sementara foto-fotonya berhasil menarik perhatian wisatawan dan menambah pendapatan bagi sektor pariwisata.

Metode penggunaan api telah diperbarui dengan memakai kalsium karbida, tapi kapal nelayan sudah tua, dan hal itu memudahkan para nelayan yang rata-rata berusia 60 tahun.

Memancing ikan dengan api pertama kali dipraktekkan selama periode Jepang menguasai Taiwan, antara 1895 dan 1945, tapi sekarang Jinshan adalah satu-satunya tempat yang mempertahankan hal itu.

Dan dengan metode penangkapan ikan modern saat ini,tampaknya tradisi Jinshan hanya bertahan hingga nelayan yang terakhir, seperti dilansir MailOnline.

THESE fascinating photos capture a centuries-old Taiwanese fishing practice which has all but died out, though not quite.

Lighting a bamboo stick with flammable sulfurous soil to attract a frenzy of jumping sardines, a group of 30 fisherman off the northeast coast is struggling to keep the tradition alive.   

There used to be 300 boats using this method each night but now there are only three, according to the local fishermen's association in Jinshan District, north of Taipei.

The remaining fishermen have a three-month seasonal window from May to July; during which they spend up to six hours a night at sea to catch between three and four tons of sardines.

This can earn them, on a really good night, over $4,500. Only bad weather forces them to shore early.

'My daily earnings are unstable, but for a living I need to sail,' said Jian Kun, a 60-year-old boat owner of the fire fishermen's plight.

The government provides a subsidy to the fishermen to encourage them to continue fire fishing and also filed the technique to the Department of Cultural Affairs for registration as a cultural asset in 2014.

And the annual Jinshan Sulphuric Fire Fishing festival was started in 2013 to help promote the practice, while photography tours have been set up to generate interest and boost finances.

The method of lighting the fire has been updated to include the use of calcium carbide, but the boats are old, with little to ease the physical toll on the fishermen who average around 60 years old.

Sulphuric fire fishing was first practised during the period of Taiwan's Japanese Rule, between 1895 and 1945, but now Jinshan is the only place it exists.

And with modern day fishing operations as advanced as they are, it seems likely that Jinshan's tradition will die out with its last fisherman.