Masalah Klasik Pertanian Diatasi, Kementan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

Indonesian Agriculture Ministry Anticipates Climate Change

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Masalah Klasik Pertanian Diatasi, Kementan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Foto: istimewa

Jakarta (B2B) - Indonesia harus melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim dan meningkatnya suhu bumi untuk mengantisipasi dampaknya terhadap upaya pencapaian swasembada pangan, dan saat ini Kementerian Pertanian RI (Kementan) tengah mengatasi masalah klasik seperti perbaikan irigasi, subsidi pupuk, penyaluran benih, penyuluhan dan bantuan alat mesin pertanian (Alsintan).

"Perubahan iklim yang melanda berbagai daerah di Indonesia harus disikapi dengan langkah-langkah nyata sehingga tidak menghambat pencapaian swasembada pangan. Berbagai upaya dilakukan Kementan setelah terus berupaya mengatasi masalah klasik diikuti program percepatan luas tambah tanam dan penyerapan gabah," kata Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono di Bogor, Jawa Barat pada Kamis (15/9).

Menurutnya, ancaman tidak langsung dari perubahan iklim adalah degradasi sumberdaya lahan pertanian, dan fenomena cuaca yang tidak menentu dan dapat mengakibatkan gagal panen sebagai dampak jangka pendek.

"Keterbatasan dan fragmentasi lahan pertanian, konversi lahan ikut menambah beban pertanian untuk meningkatkan produktivitas, kalau tidak ada langkah strategis untuk antisipasi maka pencapaian swasembada akan terkendala," kata Mukti Sardjono pada seminar ´Sosialisasi Penanganan Dampak Pemanasan Global dan Perubahan Iklim di Hotel Salak Bogor.

Dia menambahkan, Kementan telah menyiapkan dan mengembangkan berbagai paket inovasi teknologi antara lain Kalender Tanam (Katam) Terpadu untuk tanaman pangan guna mengantisipasi variabilitas iklim yang dapat diakses oleh siapa saja, baik petani maupun penyuluh pertanian dan pemangku kepentingan di pusat dan daerah.

Sementara Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan luas Indonesia membuat kondisi iklim tidak merata, khususnya musim hujan dan kemarau banyak dipengaruhi oleh letak geografis dan tipologis. Ditambah kondisi lingkungan yang sudah banyak berubah sehingga banyak mempengaruhi aktivitas sektor pertanian.

Hasil pertemuan United Nations Climate Change Conference (UNCCC) pada Juni 2014 di Berlin menyampaikan selama 10 tahun terakhir suhu bumi semakin meningkat dan sangat berbeda dengan kondisi 30 tahun yang lalu. Hasil pertemuan COP 21 di Paris menegaskan perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi terus terjadi.

“Tindak lanjut Sidang COP 21 di Paris beberapa waktu yang lalu perlu dipahami bersama, karena menyangkut kesepakatan dunia terhadap perubahan lingkungan yang tentunya akan mempengaruhi sektor pertanian,” kata Mukti Sardjono.

Jakarta (B2B) - Indonesia should undertake mitigation and adaptation to climate change and an increase in temperature of the earth to anticipate the impact on efforts to achieve food self-sufficiency, and at this time the  Agriculture Ministry are coping classic problems such as irrigation, fertilizer subsidies, seeds, agricultural extension and agricultural mechanization.

"Climate change is hitting Indonesia must be addressed with measures concrete steps so as not to hinder the achievement of food self-sufficiency. Various attempts were made Kementan after keep the issue of the classic, followed by the program the acceleration of rice planting and purchase of grain from farmers," said Expert Staff to Agriculture Minister for the Environment, Mukti Sardjono in Bogor City of West Java Province on Thursday (15/9).

According to him, the indirect threat of climate change is the degradation of agricultural land resources, and erratic weather phenomenon and can lead to failed harvests as a short-term impact.

"Limitations of agricultural land and land conversion also adds to the burden of agriculture to increase productivity, there should be a strategic move that the achievement of self-sufficiency is not constrained," Mr Sardjono said at the seminar about the impact of global warming and climate change on agriculture in Hotel Salak Bogor.

He added that the ministry has prepared and developed a variety of technological innovations packages include Integrated Planting Calendar for food crops in order to anticipate climatic variability can be accessed by anyone, both farmers and agricultural extension workers and stakeholders central and local.

While Deputy Climatology the BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo said that the vast area of Indonesia made uneven climatic conditions, especially the dry and rainy season is heavily influenced by the geography and typological. Also constantly changing environmental conditions that affect the activity of the agricultural sector.

The results of the United Nations Climate Change Conference (UNCCC) in June 2014 in Berlin asserts that in the last 10 years the earth´s temperature has increased and is very different from 30 years ago. The results of the COP 21 meeting in Paris confirms the same thing.

"COP 21 in Paris must be understood together, because it involves the world agreement to environmental changes that would affect the agricultural sector," Mr Sardjono said.