Peserta Lokakarya APO Kunjungi Penangkaran Kopi Luwak
Bandung`s APO Workshop Participants Site Visits Golden Malabar Agritourism
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Bandung (B2B) - Peserta Lokakarya: Pengembangan Bisnis Agriturisme di Bandung yang diselenggarakan Organisasi Produktivitas Asia (APO) hari ini, Rabu (5/7) dijadwalkan melakukan kunjungan lapangan ke Malabar untuk meninjau proses produksi kopi luwak di Malabar, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Lokakarya yang berlangsung sejak Senin (3/7) hingga Jumat (7/7) diselenggarakan APO bekerja sama dengan Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Tenaga Kerja RI, diikuti peserta dari 17 negara.
"Kami juga menyiapkan pameran mini, dan galeri foto agriwisata sebagai masukan bagi investor. Dari jadwal kegiatan, bahwa peserta lokakarya akan berada di Bandung selama enam hari untuk berdiskusi konsep, kesempatan, perencanaan, analisa, promosi tentang pengembangan agriwisata. Dan ada satu hari untuk melakukan kunjungan lapangan mengenai kopi luwak di Malabar," kata Yazid Taufik, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kementerian Pertanian saat membuka lokakarya mewakili Direktur Jenderal P2HP, Yusni Emilia Harahap yang berhalangan hadir.
Yazid Taufik mengharapkan semua delegasi akan dapat mengambil manfaat dari diskusi mengenai agri wisata yang telah diprogramkan oleh APO. Kami percaya jejaring kerja para peserta setelah mengikuti kegiatan lokakarya APO ini merupakan elemen yang efektif, dan penting untuk selalu berkomunikasi dalam meningkatkan kompetisi di pasar global.
Direktur Agriculture Department APO Tokyo, Joselito Bernardo menyambut baik ajakan pemerintah Indonesia melalui Ditjen P2HP Kementan untuk mengembangkan sektor agriwisata Indonesia, salah satunya melalui kopi luwak yang dikenal sebagai kopi termahal di dunia.
"Sepengetahuan saya keunikan suatu produk makanan atau minuman di satu negara akan mengundang minat banyak orang untuk mengetahuinya, salah satunya kopi luwak yang hanya ada di Indonesia. Mereka penasaran kenapa ada kopi yang harganya begitu mahal hingga Rp5 jutaan per kilogram, dan rasa unik itu diperoleh setelah kopi dimakan lalu keluar bersama kotoran luwak," kata Joselito Bernardo yang akrab dipanggil Jojo.
Sementara Walikota Bandung, Ridwan Kamil mengajak para peserta APO dari 17 negara untuk mendukung sektor agriwisata di Bandung dengan mempromosikan keunggulan sektor agriwisata di ibu kota Provinsi Jawa Barat, sehingga lebih banyak lagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Bandung, Indonesia (B2B) - The participants of the workshop: Business Development Agritourism in Bandung hosted by the Asian Productivity Organization (APO) today, Wednesday (5/7) was scheduled field visit to Malabar of Bandung district, West Java province to review the civet coffee production process.
The workshop which lasted from Monday (3/7) until Friday (7/7) organized by the APO with the Indonesian Agriculture Ministry and the Manpower Ministry was attended by participants from 17 countries.
"We also organized a mini exhibition and gallery of agritourism in this place, please feel free to view and provide feedback. I learnt from the schedule that all participants will be here for six days to talk about how to understand the concepts, principles, opportunities, planning, analyzing, promotion about the agritourism development. And you will have a full day field trip to the some agritourism around Bandung especially civet coffee," said Agriculture Ministry´s Director General of Processing and Marketing of Agricultural Product, Yusni Emilia Harahap in her speech who was delivered by Yazid Taufik as the secretary of the directorate general, here on Monday (8/3).
Mr Taufik hope all delegates will have effective and fruitful discussion in understanding the concept, principles, opportunities for agritourism developmentthrough the APO program. And, I believe networking such as this APO forum is an effective and crucial element in enhancing communication and trade to compete in the global world.
Director Agriculture Department APO Tokyo, Joselito Bernardo welcomed the role of the Indonesian government to develop agriwisata as civet coffee, known as the most expensive coffee in the world.
"The uniqueness of a food or drink product in one country will invite more people to know about, such as civet coffee that exist only in Indonesia. kopi luwak AKA civet coffee – otherwise known as ´wolf´, ´cat´, and ´crap´ coffee, and Khe most expensive coffee in the world. Genuine Indonesian kopi luwak is collected coffee beans after eaten by civet, and then come out with feces of civet," said Mr Bernardo familiarly called Jojo.