Kunker di Sulsel, Mentan ke Pasar Murah dan Seminar di Unhas Makassar

Indonesian Agriculture Minister Working Visit to South Sulawesi`s Makassar

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kunker di Sulsel, Mentan ke Pasar Murah dan Seminar di Unhas Makassar
Mentan Andi Amran Sulaiman mendampingi kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo di Kabupaten Karawang, Jabar belum lama ini (Foto: Humas Kementan/Makmur H)

Makassar, Sulawesi Selatan (B2B) - Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman pagi ini, Sabtu (3/9), dijadwalkan meninjau pasar murah di halaman Mesjid Al-Markas, Makassar untuk mendorong stabilisasi harga pangan di ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.

Mentan Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan kerap mengingatkan bahwa harga komoditas pangan yang berfluktuasi dapat merugikan petani sebagai produsen, pengolah pangan, pedagang hingga konsumen.

"Fluktuasi pasokan dan harga pangan yang tidak menentu, harus dapat diatasi dan dikendalikan agar ketersediaan pangan mencukupi dan harganya stabil. Hal ini sangat penting, karena jika dibiarkan dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah pangan yang dapat mengganggu sendi-sendi pembangunan lainnya seperti ekonomi, sosial, hukum, keamanan dan bahkan ketahanan negara," kata Mentan belum lama ini.

Dia menambahkan, kenaikan harga bahan pangan digolongkan sebagai komponen inflasi bergejolak atau volatile foods, karena sifatnya yang mudah dipengaruhi oleh masa panen, gangguan alam, harga komoditas bahan pangan domestik dan internasional. Dari sisi ekonomi, naiknya harga pangan jelas akan berpengaruh terhadap pengendalian inflasi.

Menurut Mentan Amran Sulaiman, peningkatan harga komoditas pangan memang dapat berasal dari produsen, namum sumber peningkatan harga tersebut biasanya lebih bersifat fundamental karena didorong oleh faktor distribusi bersifat variabel, seperti panjangnya rantai jalur distribusi, hambatan transportasi dan perilaku pedagang dalam menetapkan marjin keuntungan, aksi spekulasi maupun kompetisi antarpedagang.

"Tingginya volatilitas harga komoditas pangan yang terjadi selama ini mengindikasikan bahwa faktor distribusi sangat berpengaruh," kata Mentan.

Universitas Hasanuddin Makassar
Dalam kunjungan kerja di Sulawesi Selatan,  Mentan Amran Sulaiman dijadwalkan hadir sebagai keynote speech pada kegiatan diskusi Ikatan Alumni Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, dilanjutkan perumusan pokok pikiran dari para alumni terhadap pengembangan populasi dasar, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan kebijakan sektor peternakan.

Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo merumuskan Nawa Cita sebagai isu sentral pembangunan nasional menuju peningkatan produktivitas, daya saing, dan kemandirian bangsa. Swasembada pangan berkelanjutan merupakan salah satu program yang harus segera direalisasi, termasuk swasembada daging sapi.

Daging sapi merupakan salah satu pangan jenis pangan strategis yang harus dipacu produksinya, karena sampai saat ini masih defisit. Apabila dihitung, jumlah konsumsi daging nasional setahun diperkirakan 650.000 ribu ton, sementara kemampuan produksi dalam negeri diprediksi 400.000 ton sehingga sisanya harus dipenuhi melalui impor sapi bakalan dan daging sapi.

Peningkatan produktivitas sapi potong merupakan upaya penting lain yang terkait langsung dengan swasembada daging sapi. Permasalahan sentral peternakan sapi potong di Indonesia adalah populasi sapi belum memadai, begitu pula dengan skala usaha peternakan sapi rakyat untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Kegiatan terakhir Mentan di Makassar hari ini adalah mengikuti seminar ekonomi yang diselenggarakan oleh Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Makassar di Baruga Ahmad Amirullah, Unhas Makassar.

Seminar mengusung tema ´Membangun Sinergi Antarlembaga dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional untuk Mencapai Kesejahteraan Rakyat Indonesia´.

Dijadwalkan hadir Ketua MD KAHMI Makassar, Andi Pangeran Moenta; Wakil Wali Kota Makassar, Syamsul Rijal; Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf; dan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Viva Yoga Mauladi.

Makassar, South Sulawesi (B2B) - Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman this morning, Saturday (3/9), scheduled to open bazaar of staple goods in the courtyard of Al-Markas Mosque in Makassar City to encourage the stabilization of food prices in the capital of South Sulawesi province.

Minister Sulaiman on various occasions often warn that price of food commodities fluctuate can be detrimental to the farmers as producers, food processors, traders and consumers.

"Fluctuations in supply and food prices is uncertain, should be addressed and controlled so that food supplies enough and the price is stable. This is very important, because if not addressed could pose problems that would interfere with the economic, social, legal, security and resilience of the country," he said recently.

He added that the rise in food prices relatively volatile component of inflation or volatile foods, because it is easily influenced by the harvest, natural disturbances, the price of food commodities domestically and international. From the economic side, higher food prices will clearly affect the inflation control.

According to him, the increase in food commodity prices may indeed come from producers, but the source of the increase in these prices are usually more fundamentally driven by distribution factors are variable, such as chain length distribution lines, barriers to transport, and the behavior of traders in setting the profit margin, speculation and competition between traders.

"The high volatility in food commodity prices that occurred during this indicates that the distribution factor is very influential," Minister Sulaiman said.

Makassar´s Hasanuddin University
Minister Sulaiman is scheduled to continue his visit in South Sulawesi Province to attend as a keynote speech at a discussion organized by the Alumni Faculty of Animal Sciences, Makassar´s Hasanuddin University, and followed by the formulation of the main ideas of the alumni on the basis of population development, human resource development, and policy livestock sector.

Working Cabinet of President Joko Widodo formulate Nawa Cita as a central issue of national development to improve productivity, competitiveness, and the independence of the nation. Food self-sufficiency is one program that should be realized, including beef self-sufficiency.

Beef is one of the strategic food production should be encouraged, because it is still a deficit. Total beef consumption in Indonesia is estimated at 650,000 tons a year, while domestic production capacity of 400,000 tons predicted that the shortfall should be met through imports of cattle and beef.

Increased productivity of beef cattle is an important target related to self-sufficiency in beef. The main problem in Indonesia is a cattle farm cattle population has not been adequate, and the business scale farms owned by the people to meet the needs of consumers.

The last activity of Minister Sulaiman in Makassar today is present on the economic seminar hosted by the Muslim Students Association Alumni Corps (KAHMI) of Makassar Chapter at the campus of Makassar´s Hasanuddin University.

Scheduled to attend the Chairman of KAHMI Makassar´s Chapter, Andi Pangeran Moenta; Makassar Deputy Mayor, Syamsul Rijal, Chairman of the Business Competition Supervisory Commission (KPPU) Syarkawi Rauf; and the Vice Chairman of House´s Commission IV, Viva Yoga Mauladi.