Mentan Canangkan Bali sebagai Provinsi Pertama Dukung Upsus Siwab
Bali, the First Province in Indonesia Support Artificial Insemination Program
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Badung, Bali (B2B) - Kementerian Pertanian mendorong masyarakat mendukung pelaksanaan program upaya khusus sapi indukan wajib bunting (Upsus Siwab) di seluruh Indonesia, dan Syukur Iwantoro selaku Ketua Upsus Siwab mewakili Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memimpin pencanangan langkah pencapaian swasembada protein tersebut di Provinsi Bali pada Rabu (23/11) dengan melakukan inseminasi buatan (IB) secara simbolis di Sentra Ternak Sobangan di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Syukur Iwantoro mengatakan Provinsi Bali menjadi provinsi pertama pencanangan Upsus Siwab yang diluncurkan Mentan Amran Sulaiman pada awal Oktober 2016 di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur pada Sabtu (8/10). Pencanangan tersebut dihadiri oleh
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita; Menteri Koperasi dan UKM, AAGN Puspayoga; Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sanjoyo; dan Gubernur Jawa Timur, Sukarwo.
Mentan menambahkan, Upsus Siwab akan memaksimalkan potensi sapi indukan lokal agar dapat terus menghasilkan anak sapi (pedet) untuk meningkatkan jumlah populasi ternak nasional. Langkah strategis tersebut dilaksanakan sebagai wujud komitmen pemerintah mewujudkan kemandirian pangan khususnya swasembada protein dari ternak sapi, dan meningkatkan kesejahteraan peternak pada 2025 seperti yang diharapkan Presiden RI Joko Widodo.
"Pada 2017 telah ditetapkan empat juta ekor sapi dan kerbau penerima IB atau akseptor dengan target kebuntingan tiga juta ekor, target lain adalah menurunkan angka penyakit gangguan reproduksi dan mengendalikan pemotongan sapi indukan produktif," kata Mentan dalam sambutannya pada panen 1.000 ekor pedet seperti dikutip Syukur Iwantoro, yang juga Staf Ahli Mentan bidang Investasi.
Menurut Mentan seperti dikutip Syukur bahwa Upsus Siwab 2017 mendorong peningkatan populasi kambing, domba dan ayam dan membangun kemitraan korporasi dengan ternak melalui strategi optimalisasi pelaksanaan inseminasi di 33 provinsi yang dibagi menjadi tiga regional pengembangan.
Regional pertama dengan mengembangkan sentra sapi yang dilaksanakan intensif di Jawa, Bali dan Lampung dengan 3,3 juta populasi betina. Regional ketiga melalui pemeliharaan semi intensif di Sulawesi Selatan, Sumatera dan Kalimantan dengan potensi populasi betina 1,3 juta ekor. Regional ketiga, pemeliharaan ekstensif terhadap 700.000 ekor sapi betina yang tersebar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua, Maluku, Sulawesi, Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kalimantan Utara.
Kementerian Pertanian RI melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan akan melaksanakan beberapa kegiatan pendukung dengan penanaman rumput dan legume seluas 13.000 hektar, penyediaan embung sebagai sumber air, dan penyediaan obat-obatan dan vaksin untuk meningkatkan status kesehatan hewan.
Program Upsus Siwab akan memantau secara fokus jumlah sapi betina bunting dan pedet yang lahir, maupun sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi didukung peningkatan kualitas pakan ternak, kesehatan hewan, rumah potong hewan (RPH), logistik dan sarana pendukung lainnya.
Tampak hadir Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Putu Sumantra; dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Agung Hendriadi.
Pasar Beringkit
Sebelum melakukan panen pedet di Sobangan, Syukur Iwantoro mengunjungi Pasar Hewan Beringkit di Kabupaten Badung, salah satu pasar hewan terbesar di Bali yang memasok kebutuhan sapi ke seluruh Indonesia.
Putu Sumantra mengatakan Bali yang dikenal sebagai ´pulau dewata´ memiliki populasi sapi lokal hingga 559.571 ekor pada tahun 2016 atau sebesar 3,35% dari jumlah populasi sapi potong secara nasional.
"Jumlah tersebut melebihi kebutuhan daging sapi untuk warga Bali yang rata-rata hanya 6 juta ton per tahun, sementara produksi daging sapi di Bali mencapai 18,2 juta ton per tahun atau 3,59 persen dari produksi nasional," kata Putu Sumantra.
Syukur Iwantoro menambahkan bahwa sapi Bali merupakan salah satu plasma nutfah atau sumber daya genetik yang menjadi kebanggaan Indonesia dan sudah menjadi ikon sapi nasional, dan mengingat posisi Bali sebagai salah satu penyangga kebutuhan daging sapi nasional, dia mengharapkan Bali mendukung program Upsus Siwab.
Dia menambahkan, Program Upsus Siwab akan memantau secara fokus jumlah sapi betina bunting dan pedet yang lahir, maupun sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi didukung peningkatan kualitas pakan ternak, kesehatan hewan, rumah potong hewan (RPH), logistik dan sarana pendukung lainnya.
Menurutnya, jumlah populasi sapi dan kerbau betina dewasa saat ini diperkirakan mencapai 5,62 juta ekor, dan 71,76% atau sekitar 4,03 juta ekor merupakan betina produktif. Sementara sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2013, populasi sapi dan kerbau pernah mencapai 15,1 juta ekor yang terdiri atas 13,5 juta ekor sapi indukan, 472.000 sapi perah dan 1,1 juta ekor kerbau.
Sementara dari data Kementan pada 2015, program inseminasi buatan (IB) pemerintah berhasil menambah populasi sapi hingga 1,4 juta anakan dari dua juta sapi indukan.
"Tahun ini kami menargetkan empat juta ekor betina produktif yang akan mendapat inseminasi buatan, target kehamilan minimal 75 persen atau tiga juta kelahiran baru," kata Syukur.
Badung, Bali (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry encourages farmers support special program to increase population and livestock production for self-sufficiency in proteins through the artificial insemination program for cattle or called the Upsus Siwab, and Syukur Iwantoro as of the Upsus Siwab represent Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman led the declared of Bali Province on Wednesday (11.23.16) as the first province in Indonesia by conduct artificial insemination symbolically in Sobangan, Mengwi subdistrict of Badung district.
The launched of Upsus Siwab program was attended by Trade Ministe, Enggartiasto Lukita; Cooperatives and SMEs Minister, AAGN Puspayoga; Rural Development and Transmigration Minister, Eko Putro Sanjoyo; and East Java Governor, Sukarwo.
Minister Sulaiman added that the program would maximize potential of local cattle can produce calves which can increase national cattle population. The strategic measures such as the government´s commitment to realize the food self-sufficiency, especially animal protein, and improve the welfare of farmers in 2025 as expected President Joko Widodo.
"In 2017, has been assigned the additional four million cows and buffalo gets artificial insemination or acceptor with a target of cows pregnant reach three million head, another target was lowered reproductive disorders in cattle, and controlling slaughter productive cows," Mr Sulaiman in his speech as quoted by Mr Iwantoro, who is also Expert Staff to Minister for Investment.
According to Mr Sulaiman as quoted by Mr Iwantoro that the Upsus Siwab program encourage increased population of goats, sheep and chickens through the optimization of insemination in 33 provinces divided into three regional development.
Regional One, developing centers of cattle in Java, Bali and Lampung with 3.3 million cows. Regional Two through semi-intensive activities in South Sulawesi, Sumatra and Borneo with a potential of 1.3 million cows. Regional Three, extensive maintenance of the 700,000 cows in the province of East Nusa Tenggara (NTT), West Nusa Tenggara (NTB), Papua, Maluku, Sulawesi, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) and North Borneo.
Indonesian Agriculture Ministry through the Directorate General of Livestock and Animal Health will carry out several activities supporting the provision of fodder and legume in 13,000 hectares of land, developing water resources facilities, and distribution of vitamins and vaccines to improve animal health.
He added that the the Upsus Siwab program will monitor the number of pregnant cows and calves were born, and cows that causes reproductive problems by improving the quality of animal feed, animal health, slaughterhouses, logistics and other supporting facilities.
Beringkit Cattle Market
Before to Sobangan, Mr Iwantoro visited the Badung´s Beringkit Cattle is one of the largest cattle market in Bali, which supplies cattle accross the country.
Mr Sumantra said Bali has a population of local cattle up to 559,571 head in 2016, or by 3.35% of total national cattle population.
"The amount exceeded the needs of the beef for Balinese people an average of six million tonnes per year, while production of beef in Bali reached 18.2 million tonnes per year or 3.59 percent of the national production," he said.
Mr Iwantoro added that Bali cattle is one of the germplasm or genetic resources are proud of Indonesia and has become an icon of national cattle, and given the position of Bali as one buffer beef demand in Indonesial, he expects Bali to support the Upsus Siwab program.
Mr Iwantoro added the Upsus Siwab program will monitor the number of pregnant cows and calves were born, and cows that causes reproductive problems by improving the quality of animal feed, animal health, slaughterhouses, logistics and other supporting facilities.
According to him, the number of cattle and buffalo population of adult females is currently estimated at 5.62 million head, and 71.76%, or about 4.03 million head are productive female. While the Central Statistic Agency (BPS) said in 2013, the population of cattle and buffaloes ever reached 15.1 million head consisting of 13.5 million cows, 472,000 dairy cows and 1.1 million buffaloes.
According to data on the ministry in 2015 stated that the artificial insemination program undertaken by the government managed to increase the cattle population up to 1.4 million calves of two million cows.
"This year we target the four million productive cows will get artificial insemination, pregnancy target of a minimum of 75 per cent or three million calves," Mr Iwantoro said.