Produksi Padi 2017 Ditargetkan 85,5 Juta Ton GKG, Luas Panen 16 Juta Hektar

Indonesian Paddy Production in 2017 was Targeted 85.5m Tons of Dry Milled Grain

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Produksi Padi 2017 Ditargetkan 85,5 Juta Ton GKG, Luas Panen 16 Juta Hektar
Rakernas Pembangunan Pertanian 2017 Kementan di Bidakara dan Mentan Andi Amran Sulaiman membuka Rakernas (inset) Foto2: B2B/Gusmiati Waris

Jakarta (B2B) - Kementerian Pertanian RI menargetkan luas panen padi pada 2017 seluas 16 juta hektar, dengan produktivitas 53,46 kuintal perhektar (Ku/Ha) dengan target produksi 85,5 juta ton gabah kering giling (GKG) sementara luas panen jagung dipatok 5,7 juta hektar dengan produktivitas 53,18 Ku/Ha dan target produksi 30,5 juta ton di seluruh Indonesia.

"Untuk kedelai target luas panen hanya 729.814 hektar dengan produktivitas 16,44 Ku per hektar dan target produksi 1,2 juta ton," kata Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman pada rapat kerja nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian 2017 di Jakarta pada Rabu (4/1).

Menurutnya, target produksi padi 2017 lebih tinggi dari 2016 yang mencapai 79,14 juta ton atau meningkat 4,97% dari 2015 yang mencapai 75,39 juta ton, karena 2017 sebagai pijakan dasar dan penentu kemampuan Indonesia untuk swasembada beras di tahun-tahun mendatang.

"Produksi padi 2016 setara dengan beras 44,3 juta ton dan bila dihitung kebutuhan konsumsi beras mencapai 33,3 juta ton, maka neraca beras mencapai surplus 11 juta ton yang tersimpan di lumbung petani, gudang penggilingan, toko pedagang, indusri, gudang Bulog dan persediaan konsumen," kata Mentan.

Dia menambahkan target produksi padi menjadi realistis bagi petani setelah pemerintah pusat melalui Kementan berencana menyediakan alat mesin  pertanian (Alsintan) sebanyak 288.642 unit untuk seluruh Indonesia yang terdiri atas 119.078 unit traktor roda dua, 6.320 unit traktor roda empat, 16.286 rice transplanter, 72.195 unit pompa air, dan 74.763 unit mesin pasca panen.

"Begitu pula dengan target produksi jagung 30,5 juta ton setelah pada 2016 hasilnya meningkat 18,10 persen atau 23,16 juta ton dari 19,61 juta ton pada 2015, sedangkan produksi kedelai memang belum menggembirakan karena produksi 2016 malah minus 8,06% pada 2016 dari hasil produksi 2015 yang mencapai 0,96 juta ton," kata Mentan.

Mentan mengingatkan jajarannya tentang kebijakan strategis bahwa setiap pulau di seluruh Indonesia harus ´mandiri pangan´, maksudnya seluruh komoditas strategis dikembangkan sesuai agroekosistem setiap provinsi/kabupaten/kota dengan target harus swasembada pangan dan diekspor.

"Hal ini mengacu pada roadmap pembangunan pertanian bahwa saat 100 tahun Indonesia Merdeka pada 2045 dengan semangat menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia atau Indonesia Feed the World," kata Amran Sulaiman.

Seluruh pejabat eselon satu Kementan hadir pada Rakernas 2017 antara lain Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir dan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Pending Dadih Permana.

Serapan Anggaran
Dalam Rakernas 2017, Mentan Amran Sulaiman menguraikan tentang realisasi serapan anggaran 2016 secara nasional mencapai 97%. Tiga provinsi tercatat sebagai yang tertinggi yakni Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Lampung, sementara yang terendah adalah Bangka Belitung hanya 79,6%, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau.

Menurutnya, 10 kabupaten tercatat sebagai serapan satuan kerja (Satker) tertinggi yakni Tebo, Balangan, Kepulauan Talaud, Seram Bagian Timur, Raja Ampat, Ngada, Pulau Buru, Pacitan, Lebak dan Dompu sedangkan tujuh kabupaten tercatat sebagai serapan Satker terendah yakni Lebong (29,9%), Kutai Kartanegara, Kampar, Banyuwangi, Belu, Tuban dan Maluku Tenggara.

"Kendati begitu hasil serapan anggaran tidak ekuivalen dengan capaian produksi karena peningkatan produksi padi tertinggi dicapai Provinsi Sumatera Selatan yang meningkat 927.000 ton, Jawa Barat 776.000 ton, Sulawesi Selatan 419.00 ton, Lampung 405.000 ton dan Jawa Timur 385.000 ton," kata Mentan.

Komoditas lain yang menjadi perhatian utama Kementan adalah daging sapi dengan capaian produksi daging karkas sapi/kerbau pada 2016 diperkirakan 561.000 ton atau meningkat 3,51% dari 2015, sementara kebutuhan konsumsi daging mencapai 621.000 ton.

Produksi cabai tercatat surplus 535.000 ton dengan produksi 2016 mencapai 2,1 juta ton atau naik 9,66% dibandingkan 2015 sementara kebutuhan konsumsi cabai 1,68 juta ton. Lokasi sentra produksi cabai besar di Majalengka, Malang, Garut, Cianjur, Kerinci, Rejanglebong, dan Solok. Sentra cabai rawit di Garut, Banjarnegara, Banyuwangi, Magelang, Blitar, Lombok Barat dan lainnya.

"Surplus produksi ini pula yang membuat impor cabai dapat dikendalikan dan Indonesia mampu ekspor pada Januari hingga Agustus yang naik seribu ton," kata Mentan.

Dia menambahkan produksi bawang merah 2016 mencapai 1,29 juta ton atau naik 3,75% sedangkan kebutuhan konsumsi domestik 110.000 ton atau surplus 303.000 ton yang dipasok dari sentra utama di Brebes, Nganjuk, Majalengka, Probolinggo, Pemalang, Kulonprogo, Cirebon, Bima dan Solok.

"Kondisi surplus ini yang membuat Indonesia tidak mengimpor bawang merah pada 2016," kata Amran Sulaiman.

Jakarta (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry targets the paddy harvest in 2017 reached 16 million hectares, with productivity 53.46 quintals per hectare to produce 85.5 million tons of dry milled grain, while the target of corn harvested area 5.7 million hectares with productivity 53.18 quintal per hectare to produce 30.5 million tons across the country.

"Target soybean harvested area only 729,814 hectares with a productivity of 16.44 quintals per hectare production target 1.2 million tons," said Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman national working meeting of 2017 Agricultural Development here on Wednesday (1.4.16).

According to him, the paddy production target in 2017 is higher of 2016, which reached 79.14 million tons or increased 4.97% of 2015 and reached 75.39 million tons, because 2017 the basic foundation and determine the ability of Indonesia achieve rice self-sufficiency in coming years.

"Paddy production 2016 is equivalent to 44.3 million tons and with rice consumption reached 33.3 million tons, rice production surplus of 11 million tons who stored in barns of farmers, mills rice, shops traders, industrial, warehouse of Logistics Agency, and the consumers," Minister Sulaiman said.

Rice production target be realistic for farmers after the central government through the ministry plans to provide agricultural machinery 288,642 units consisting of 119,078 tractor unit two-wheelers, 6,320 tractor units of four-wheeled, 16,286 rice transplanter, 72,195 units of water pumps and 74,763 units combine harvester across the country.

"Similarly, the production target of 30.5 million tons of corn after production increased 18.10 percent or 23.16 million tons in 2016 while in 2015 only 19.61 million tons, while soybean production does not meet production targets after 2016 even minus 8, 06% in 2016 while realized production in 2015 reached 0.96 million tons," he said.

Mr Sulaiman reminded subordinates about strategic policy that every island in Indonesia should be ´self-sufficient food´, the entire strategic commodities developed in accordance agricultural potential of the provinces/districts/cities with a target of food self-sufficiency and export.

"It refers to a roadmap for agricultural development on the 100th anniversary of Indonesian independence in 2045, Indonesia could become the granary of the world or Indonesia Feed the World," he said.

The entire first echelon officials in the ministry were among others Director General of Horticulture Spudnik Sujono, Director General of Indonesia´s Agency for Agricultural Research and Development Muhammad Syakir and Director General of Agricultural Extension and Human Resources Development (AAEHRD) Pending Dadih Permana.

Uptake Budgets
Minister Sulaiman elaborate realization of budget absorption rates nationally 2016 reached 97%. Three provinces the highest was South Kalimantan, South Sulawesi and Lampung, Bangka Belitung lowest only reached 79.6%, Jakarta and Riau Islands.

According to him, 10 districts recorded as the highest uptake working unit: Tebo, Balangan, Talaud Islands, Eastern Seram, Raja Ampat, Ngada, Buru Island, Pacitan, Lebak and Dompu while the lowest was seven districts Lebong (29.9%), Kutai Kartanegara, Kampar, Banyuwangi, Belu, Tuban and Southeast Maluku.

"Nevertheless absorption the budget is not equivalent to paddy production, because achieved the highest production of South Sumatra province increased 927,000 tons, reaching 776,000 tons in West Java, South Sulawesi 419,000 tons, 405,000 tons Lampung, East Java 385,000 tons," Mr Sulaiman said.

Food commodities are a major concern is the beef with the achievements of carcass meat production of cattle / buffaloes in 2016 an estimated 561,000 tons or increased 3.51% of 2015, while the consumption of meat reached 621,000 tons.

Chili production surplus 535,000 tons of production 2016 reached 2.1 million tons or up 9.66% of 2015 while consumption 1.68 million tons. Big chili production centers in Majalengka, Malang, Garut, Cianjur, Kerinci, Rejanglebong, and Solok. While cayenne pepper production center in Garut, Banjarnegara, Banyuwangi, Magelang, Blitar, West Lombok and others.

"Surplus production makes imports of chilli can be controlled and Indonesia are able to export from January to August, its capacity increased thousand tons," he said.

He added shallots production last year reached 1.29 million tons or up 3.75%, while domestic consumption of 110,000 tons, which means surplus 303,000 tons and production centers in Brebes, Nganjuk, Majalengka, Probolinggo, Pemalang, Kulonprogro, Cirebon, Bima and Solok.

"Surplus production makes Indonesia does not import shallots in 2016," Mr Sulaiman said.