Hama Penyakit Gerogoti Daun Bawang Merah, Ini Solusi Ditjen Hortikultura

This Is the Ways of Tackling the Pest of Shallots in Indonesia

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Hama Penyakit Gerogoti Daun Bawang Merah, Ini Solusi Ditjen Hortikultura
Lampu perangkap di tepi jalan tol Cipali dari Brebes ke Cirebon, Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono berbincang dengan wartawan tentang kiat atasi OPT (atas) dan perangkap sederhana dari botol plastik (bawah) Foto2: B2B/Mac & Ina Ngana

Jakarta (B2B) - Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang diusahakan petani secara intensif. Komoditas ini memberikan kesempatan kerja dan merupakan sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat, serta berkontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Namun seluruh harapan dan kerja keras petani buyar lantaran ulah organisme pengganggu tanaman (OPT) ulat bawang dengan nama Latin: spodoptera exigua hubner.

Untuk mengatasi ancaman OPT, Direktur Jenderal Hortikultura di Kementerian Pertanian RI, Spudnik Sujono memberikan sejumlah tips bagi para petani di seluruh Indonesia untuk mencegah dan mengatasinya secara benar dan tepat guna.

Pengendalian ulat bawang antara lain dengan penanaman varietas toleran seperti varietas Kuning dari Bima. Diikuti penerapan pola tanam yang meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam serentak, dan tumpang sari. Selanjutnya, sanitasi atau pengendalian gulma di sekitar pertanaman dan dikomposisikan. Kemudian pengolahan tanah yang sempurna, pengelolaan air yang baik dan pengaturan jarak tanam.

"Melakukan pendangiran yaitu tanah di sekitar tanaman di dangir dan di bumbun agar penakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Kemudian pengumpulan kelompok telur/ulat bawang saat penyiangan lalu dibutit atau dimasukkan dalam kantong plastik dan diikat, terutama pada saat tanaman bawang merah berumur tujuh sampai 35 hari kemudian dimusnahkan," kata Spudnik.

Sementara pemasangan perangkap OPT antara lain dengan memasang perangkap feromon seks sekitar 40 buah per hektar mulai saat tanaman berumur hari, yang diletakkan dalam stoples. Pada bagian bawahnya diisi air sabun ditempatkan di pinggiran pertanaman bawang pada ketinggian 30 cm di atas permukaan tanah dengan jarak masing-masing perangkap 15 meter.

Menurut Spudnik, cara lain adalah kerodong atau kelambu dengan ukuran lubang sekitar 17 mesh pada saat tanam sampai satu minggu sebelum panen, agar ngengat tidak mudah masuk untuk menekan populasi telur, ulat serta intensitas kerusakan tanaman. Kebutuhan kelambu sekitar 5.500 meter per hektar yang digunakan untuk 10 kali tanam, dengan tinggi kelambu 1,5 hingga 1,75 meter.

Pemasangan lampu perangkap neon tujuh sampai 10 watt sekitar 25 hingga 30 buah per hektar, mulai dari satu musim tanam hingga menjelang panen atau 60 hari karena ngengat aktif pada malam hari, dan tertarik pada sinar lampu dari pukul 18:00 hingga 06:00 pagi.

"Ketinggian lampu 10 sampai 15 sentimeter dari permukaan tempat air, harap diingat mulut bak perangkap tidak boleh lebih dari 40 sentimeter di atas pucuk tanaman dan jarak antar lampu 20 meter kali 15 meter. Anda bisa lihat pemasangan lampu perangkap di sepanjang jalan tol Cipali dari Brebes hingga perbatasan dengan Cirebon," kata Spudnik.

Jakarta (B2B) - The shallots is one of horticultural commodities are cultivated by farmers intensively. These commodities provide employment opportunities and a source of income for farmers and communities, and contribute to high enough on the economic development of Indonesia. But the hopes and hard work of the farmers dispersed because of the caterpillars on the leaves of shallots or called Spodoptera exigua Hubner.

To overcome the threat of pests and diseases, the Director General of Horticulture at the Ministry of Agriculture, Spudnik Sujono gave some tips for farmers across Indonesia to prevent and handle it correctly and appropriate.

Control of shallots caterpillar as by planting tolerant varieties such as Yellow varieties of Bima. Followed the adoption of cropping patterns which include the timing of planting, crop rotation, planting simultaneously, and intercropping. Furthermore, sanitation or control weeds around the crops and composted. Then processing the perfect soil, good water management, and regulate plant spacing.

"Doing weeding that the soil around the plant in the pile so that dosing shallots always covered with soil. Then the collection group silkworm eggs when weeding and then put in a plastic bag and tied up, especially when the onion crop aged seven to 35 days and then destroyed," Mr Sujono said.

While trapping pests among others by installing a sex pheromone traps about 40 units per hectare when the plant was started one day, which is placed in jars. At the bottom is filled soapy water is placed on the fringe the onion crop at a height of 30 cm above the ground with each trap distance of 15 meters.

According to Sujono,  another way is netting with mesh hole size of about 17 at the time of planting until one week before harvest, so the moth does not easily fit to suppress the population of eggs, caterpillars and the intensity of crop damage. Netting needs about 5,500 meters per hectare used for 10 times planting, with a height of 1.5 to 1.75 meters.

"The height of the lamp 10 to 15 centimeters from the surface of the water, please keep in mind the mouth of the basin traps should not be more than 40 centimeters above the top of the plant and the distance between lights 20 meters by 15 meters. You can see the installation of light trap at the edge cikampek-palimanan toll road from Brebes Cirebon to the border," he said.