Kementan Pastikan Pasokan Cabai Cukup, Bahkan Berpeluang Ekspor

Indonesian Chili Production Potential for Export: Official

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Kementan Pastikan Pasokan Cabai Cukup, Bahkan Berpeluang Ekspor
Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono (kiri) dan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Yanuardi MM di Lombok Timur, dan data musim tanam cabai besar 2016 (Foto: B2B/Gusmiati Waris & Tabel: Ditjen Hortikultura)

Lombok Timur, NTB (B2B) - Kementerian Pertanian RI memastikan produksi cabai memadai untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dan Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan pemetaan dan menerapkan manajemen tanam cabai besar dan cabai rawit untuk 2016 dengan target produksi bruto mencapai 890.220 ton sesuai sasaran produksi tahun ini, sehingga dipastikan tidak akan terjadi kelangkaan cabai bahkan ada potensi ekspor.

Hal itu dikemukakan Direktur Jenderal Hortikultura, Spudnik Sujono dan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Yanuardi MM di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur pada kunjungan kerja di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (18/6).

Spudnik mengatakan peningkatan kebutuhan hari besar keagamaan nasional (HKBN) seperti Ramadan dan Idul Fitri sekitar 10% dari produksi bruto nasional selama 37 hari yakni 21 hari pada Juni dan 16 hari pada Juli tahun ini, sementara untuk kebutuhan Idul Adha sekitar 5% pada tujuh hari selama September 2016, dan 5% untuk Natal dan Tahun Baru yakni Desember 2016 selama 10 hari dan lima hari pada Januari 2017.

"Konsumsi langsung cabai sekitar 1,26 kg per kapita menurut hasil Susenas 2014 yang dilansir oleh Badan Ketahanan Pangan Kementan," kata Spudnik.

Yanuardi menambahkan, kebutuhan industri cabai pada 2016 diperkirakan naik 10% terhadap angka kebutuhan 2015 atau sama dengan 170.500 ton, dengan rincian kebutuhan industri cabai rawit sekitar 20% dari total kebutuhan industri cabai atau sama dengan 34.060 ton.

"Sementara dari kebutuhan benih sekitar 300 gram per hektar atau setara dengan 30 kilogram cabai segar, sehingga kebutuhan untuk luas tanam 178.044 hektar akan memerlukan 5.340 ton cabai segar," kata Yanuardi di Lombok Timur.

Cabai telah ditetapkan Kementan sebagai komoditas strategis sebagaimana halnya padi, jagung, kedelai, daging sapi, gula dan bawang merah karena dibutuhkan konsumen setiap hari, sehingga para petani harus melakukan pertanaman setiap bulan untuk memastikan tersedianya pasokan cabai di seluruh Indonesia.

Menurut Yanuardi, Ditjen Hortikultura telah membuat pola kebutuhan dalam negeri terhadap luas tanam setiap bulan, sehingga tersedia pasokan yang akan diikuti oleh harga yang normal. Namun jika harga melonjak tinggi, sementara pasokan cabai menumpuk di pasar berarti terjadi anomali karena ada pihak-pihak yang memainkan harga dan ada masalah serius yang perlu diperbaiki.

"Saya bisa memastikan tidak ada kelangkaan pasokan cabai di Indonesia, karena cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional bahkan ada potensi untuk ekspor," kata Spudnik.

East Lombok, West Nusa Tenggara (B2B) - Indonesia´s Agriculture Ministry ensure adequate chili production to meet the needs of domestic consumers, and Directorate General of Horticulture has mapped and apply cropping management in 2016 by production target of 890,220 tonnes, even potentially for export.

It was said to by the Director General of Horticulture, Spudnik Sujono and Director of Vegetable and Medicinal Plants, Yanuardi MM in Sembalun district of East Lombok regency, West Nusa Tenggara province on Saturday (6/18).

Sujono said the increased needs of religious festivities of national such as Ramadan and Eid al-Fitr approximately 10% of gross production nationwide for 37 days which is 21 days in June and 16 days in July this year, while for the needs of Eid al-Adha around 5% in seven days during September 2016 and 5% for Christmas and the New Year in December 2016 for 10 days and five days in January 2017.

"Consumption of the chili approximately 1.26 kg per capita in 2014, according to official data reported by the Food Security Agency at the ministry," he said.

Yanuardi said the the chili industry needs in 2016 is estimated to rise 10% on the 2015 figure needs or equal to 170,500 tonnes, with details of the industry needs about 20% of its total needs or equal to 34,060 tonnes.

"While the seed needs about 300 grams per hectareor the equivalent of 30 kilograms of fresh chili, so the need for the planting area 178,044 hectares will require 5,340 tons of fresh chili," he said.

The chili has been established by the ministry as a strategic commodity as well as rice, corn, soybeans, beef, sugar and shallot because it takes consumers every day, so farmers must crop every month to ensure availability of supply the chili throughout Indonesia.

According to Yanuardi, it has made the pattern of domestic demand for the acreage of each month, so that the available supply will be followed by the normal price. But if the price rebounds, while supply is abundant means an anomaly, because there are parties who act fraudulently.

"I assure there is no scarcity of supply, enough supply to meet customer needs even there is potential for export," he said.