BUMN Diminta Bermitra dengan Petani Bawang Merah, Antisipasi Anomali Harga

Indonesia`s Shallot Farmers Harmed by the Price Anomaly

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


BUMN Diminta Bermitra dengan Petani Bawang Merah, Antisipasi Anomali Harga
Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono (ke-3 kiri) dan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Yanuardi MM (kanan) panen bawang merah di Desa Sukorejo, Kecamatan Reroso, Kabupaten Nganjuk, Jatim (Foto: B2B/Gusmiati Waris)

Nganjuk, Jawa Timur (B2B) - Pengaturan masa tanam dan distribusi bawang merah sangat vital untuk kendalikan harga, Direktorat Jenderal Hortikultura di Kementerian Pertanian RI mendorong terjalinnya kerjasama BUMN seperti perusahaan perkebunan PTPN sebagai inti dengan petani sebagai peserta plasma untuk kemitraan jangka panjang.

"Jangka pendeknya adalah Bulog memberdayakan petani, seperti diinisiasi oleh Ditjen Hortikultura membangun kemitraan dengan petani sebagai avalis di beberapa provinsi, yang tujuannya memotong rantai pasok yang terlalu panjang, itu sebagai program jangka pendeknya," kata Dirjen Hortikultura pada Sabtu (6/8) saat kunjungan kerja ke Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur.

Menurut Spudnik, apabila terjalin kemitraan BUMN seperti PTPN yang memiliki aset lahan jutaan hektar untuk dimanfaatkan petani mengembangkan produksi bawang merah, dan Bulog sebagai buffer stock untuk menampung produksi petani ketika harga bawang merah anjlok maka pasokan dan distribusi bawang merah tidak lagi dipermainkan oleh para tengkulak dan spekulan yang bertindak sebagai middleman dengan menaikkan harga.

"Disparitas harga bawang merah di tingkat petani pernah mencapai 300 persen, harga dari petani sembilan ribu rupiah per kilogram tapi ketika sampai di konsumen melonjak hingga Rp36 ribu per kilogram," kata Spudnik yang didampingi Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Yanuardi MM.

Spudnik menambahkan berniat melakukan koordinasi dengan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman untuk mendukung kemitraan strategis petani bawang merah dengan PTPN, maka diharapkan petani dan konsumen tidak lagi didikte oleh para pedagang yang menguasai rantai pasok dan jaringan pemasaran hingga ke tingkat eceran.

Sementara dukungan Bulog saat ini belum optimal lantaran tidak mempunyai gudang penyimpanan, menurut Spudnik, hal itu tidak masuk akal karena sebagai buffer stock seharusnya dapat membeli dan menampung produksi bawang merah dari petani, dan hal itu sudah diinstruksikan oleh Mentan agar Bulog menampung produksi petani.

"Kami coba menampung beberapa ton bawang merah dari petani ketika harga melambung, yang kami beli dari avalis di sentra-sentra produksi lalu coba masuk pasar seperti di Pasar Minggu, dekat kantor itu, ternyata nggak mudah bahkan pegawai saya diusir oleh mereka ketika coba-coba menjual eceran di bawah harga mereka," kata Spudnik.

Target Produksi 2016
Dia menambahkan, pengaturan pola tanam, panen dan rencana produksi secara bulanan selama 2016 dengan target luas 129 ribu hektar telah dipetakan, perkiraan produksi 1,29 juta ton tersebar di sentra produksi bawang merah di Pulau Jawa akan memasok 73% dari total kebutuhan, Bali Nusa Tenggara 15% dan sisanya di Sumatera, Sulawesi dan lainnya.

Menurutnya, guna memenuhi pasokan secara cukup dan kontinyu, Kementan secara cermat menghitung sebaran produksi berdasarkan geo-spasial dan dimensi waktu sehingga menjamin pasokan setiap hari dan telah dirancang kesiapan produksi harian/mingguan sampai dengan akhir tahun 2016.

"Seperti diketahui di delapan kota besar di Indonesia membutuhkan pasokan 33% bawang merah.  Untuk itu lokasi pengembangan sentra produksinya diarahkan tidak terlalu jauh dari pusat kota besar," kata Dirjen Hortikultura.

Nganjuk, East Java (B2B) - Set the time to plant of shallots and distribution be a decisive factor of price controls, the Indonesia´s Directorate General of Horticulture in Agriculture Ministry encourages farmers cooperate with state-owned enterprises (SOEs) in the plantation sector such as the PTPN, for a long-term partnership, according to the senior official.

"Short-term program with Logistics Agency to cooperate with farmers as avalist, as our initiation in partnership with farmers in some provinces to cut the supply chain, it´s a short-term program," said Director General of Horticulture, Spudnik Sujono here on Saturday (August 6) while working visit in East Java Province.

According to Sujono, the partnership with state-owned enterprises such as PTPN which has millions of hectares of land will benefit for shallot farmers to improve productivity, and the Bulog as buffer stock required to accommodate the production when prices plummeted, so the supply and distribution of onions no longer controlled by middlemen who often set the price.

"Disparity in onion prices had reached 300 per cent, the price farmers nine thousand rupiah per kilogram but consumer prices jumped to 36 thousand rupiah per kilogram," he said who was accompanied by the Director of Vegetable and Medicinal Plants, Yanuardi MM.

Sujono added will coordinate with the Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman to support the strategic partnership between farmers and PTPN, and expected of farmers and consumers are no longer impaired by traders who control the supply and marketing chain down to the retail level.

While Bulog not maximum support farmers by reason of not having the warehouse, he said, it does not make sense because as a buffer stock should buy shallot from farmers, and it has been instructed by the Minister Sulaiman Bulog to buy from farmers.

"We try to accommodate several tons of shallot from  farmers when the prices soar, we buy from avalist in production centers and then try to go to the Sunday Market, near my office, it was not easy even my employees were expelled by traders while we try to sell in retail, below their price," Sujono said.

Production Target of 2016
He added the pattern of planting, harvesting and production plan period per month during 2016, with the target of 129,000 hectares area has been mapped, the estimated production of 1.29 million tons in production center of Java Island will supply 73% of total necessity, Bali and Nusa Tenggara 15%, and the rest of Sumatra and Sulawesi.

According to him, in order to meet the continuous of supply, the Ministry of Agriculture calculates the distribution of production based on geo-spatial and time dimensions, so as to ensure the supply every day, and has designed the production of daily and weekly until the end of 2016.

"As is known in eight major cities in Indonesia need supplies 33% of shallots," said Director General of Horticulture.