Jokowi: Jangan Hanya Pedagang yang Untung, Petani Juga Harus Sejahtera

President Widodo: Indonesian Farmers Should be Prosperous, Not Just Traders Make a Profit

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Jokowi: Jangan Hanya Pedagang yang Untung, Petani Juga Harus Sejahtera
Presiden RI Joko Widodo memimpin rapat terbatas bidang pangan, dan berbincang dengan petani gurem di Jawa Tengah (Foto2: Setkab)

Jakarta (B2B) - Presiden RI Joko Widodo mengingatkan bahwa pemerintah menginginkan petani sejahtera, pedagang untung, dan konsumen mendapatkan pangan dengan harga yang terjangkau, dan meminta lembaga perumus kebijakan pangan yakni Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan mengedepankan cara pandang komprehensif rumusan kebijakan yang menyeimbangkan kepentingan produsen, pedagang, dan konsumen.

"Sekali lagi, intinya kita perlu kebijakan yang menyeimbangkan antara produsen, pedagang dan konsumen. Saya meminta agar dalam merumuskan kebijakan pangan mempunyai cara pandang yang komprehensif, Kementerian Pertanian jangan hanya memikirkan petani saja dan Kementerian Perdagangan jangan lebih mementingkan pedagang saja," kata Presiden Jokowi saat memberikan pengantar pada rapat terbatas masalah kebijakan pangan di kantor Kepresidenan Jakarta pada Rabu sore (27/1).

Menurutnya, tujuan kebijakan di bidang pangan adalah membuat rakyat cukup pangan. "Sekali lagi saya ulang, untuk membuat rakyat cukup pangan. Ini yang harus digarisbawahi, membuat rakyat cukup pangan."

Kedua, menurunkan kemiskinan karena masalah pangan ini memberikan kontribusi yang besar terhadap angka kemiskinan. Ketiga, membuat petani lebih sejahtera, kemudian juga membuat produsen pangan dalam negeri makin besar andilnya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Keempat, untuk membuat APBN kita semakin efektif untuk menyejahterakan rakyat. "Ini yang berhubungan nantinya dengan subsidi."

“Jadi yang sejahtera jangan hanya di tengah, yang pedagangnya, trader-nya, tetapi yang berproduksi juga harus diberikan juga keuntungan dan kesejahteraan,” kata Presiden Jokowi.

Harga Pangan Tinggi
Harga pangan Indonesia masih mahal ketimbang negara-negara lain seperti Filipina, China, Kamboja, India, Thailand, maupun Vietnam, dan hal itu harus disikapi dengan hati-hati karena 81% penduduk Indonesia adalah konsumen beras.

"Artinya kenaikan harga pangan akan memukul 81 persen jumlah penduduk kita, dan makanan akan menyumbangkan 73 persen garis kemiskinan kita. Ini harus hati-hati betul," kata Presiden.

Menurutnya, pangan sangat penting dalam kualitas hidup masyarakat karena data menunjukkan bahwa 35% penyebab tubuh pendek, kasus stunting balita Indonesia termasuk lima yang buruk.

Presiden juga menyampaikan, tadi pagi dia juga mendapatkan data bahwa kenaikan harga pangan  2011 hingga 2015 sudah mencapai hampir 70%. “Ini hati-hati.

Presiden menegaskan, harus betul-betul dicermati, sehingga harga bisa kita kembalikan pada harga-harga yang normal sehingga langkah komprehensif memperbaiki permintaan, memperbaiki suplai, memperbaiki rantai-rantai perdagangan, sistem data dan informasi pertanian harus betul-betul komprehensif dan betul-betul valid.

Jakarta (B2B) - Indonesian President Joko Widodo reminded that the government wants farmers prosperous Indonesia, traders make a profit, and consumers get food at affordable prices, and policy makers of food, especially the Agriculture Ministry and Trade Ministry thinking comprehensively with the policy of balanced for the benefit of producers, traders, and consumers.

"Once again, we need policies that balance the interests of producers, traders and consumers. I asked for the formulation of food policy have the perspective of a comprehensive, Agriculture Ministry do not just think of the farmer and the Trade Ministry do not prefer the merchant," Widodo said at the closed meeting of the food policy in Presidential Office in Jakarta on Wednesday afternoon (27/1).

According to him, the objective of food policy is to make the people enough food. "I repeat, to make people enough food. It should be remembered, make people enough food."

Secondly, reducing poverty because of the food problem is a major contribution to poverty. Third, make farmers prosperous, then also make domestic food producers the greater its share support the fulfillment of food needs. Fourth, to make the state budget more effectively for the welfare of the people. "This is related to the subsidy."

"Do not just middleman were happy, the merchant, but farmers as food producers also have to make a profit in order to prosper," Widodo said.

High Food Prices
Indonesian food prices are still expensive than other countries such as the Philippines, China, Cambodia, India, Thailand, and Vietnam, and it must be addressed with caution because 81% of Indonesian people are rice eaters.

"That is, the increase in food prices will hit 81 per cent of our population, and the food will donate 73 percent of the poverty line us. It must be careful," he said.

According to him, food is very important in quality of life due to data showing that 35% of the causes of short body, cases of stunting in children under five in Indonesia is ranked fifth worst.

President also said that he got the data that the food price increases in 2011 to 2015 has reached almost 70%. "It had to be careful."

Widodo said that should really be observed, so that food prices can return to normal by improving demand, supply, supply chain, data systems and agricultural information must be comprehensive and valid.