BPTP Kaltim Sosialisasi KRPL dan Gertamcabai dengan Pendengar RRI Samarinda
Socialization of Urban Farming in Samarinda City by the Government Radio Station
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Komunikasi dan sosialisasi dengan publik di Provinsi Kalimantan Timur melalui siaran radio dipilih oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kaltim, pekan lalu, untuk memberikan berbagai informasi tentang penyebab kenaikan harga cabai, cara menanam cabai, pemberantasan hama hingga aneka teknologi inovasi terkait cabai kepada pendengar radio RRI Pro 1 Samarinda pada program 'Obrolan Malam' yang disiarkan pukul 19:00 - 20:00 belum lama ini.
Strategi komunikasi ini tergolong efektif setelah para petani dan ibu rumah tangga menghubungi RRI Pro 1 melalui telepon dan pesan singkat, untuk bertanya pada narasumber Kepala BPTP Kaltim, M Hidayanto; peneliti BPTP Wawan Banu Prasetyo; dan Humas, Margaretha Tarigan tentang berbagai hal terkait cabai.
"Penyebab utama lonjakan harga cabai akibat curah hujan tinggi yang mengakibatkan bunga cabai rontok sehingga produktivitas menurun, ditambah serangan organisme pengganggu tanaman atau OPT," kata Hidayanto seperti dilansir laman http://kaltim.litbang.pertanian.go.id.
Dia menambahkan, kondisi itu mengakibatkan pasokan cabai ke pasar tradisional tidak stabil, sementara rantai pasok yang terlalu panjang turut mendorong lonjakan harga cabai.
Peneliti Wawan mengajak petani dan warga Samarinda untuk menanam cabai di pekarangan rumah (urban farming) dengan mengembangkan kawasan rumah pangan lestari (KRPL), dan pemerintah menegaskan komitmennya mendukung KRPL setelah Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman meluncurkan Gerakan Tanam Cabai (Gertamcabai) pada 22 November 2016 di Markas Kostrad Cilodong, Jawa Barat.
"Gertamcabai adalah gerakan untuk melakukan tanam cabai di pekarangan, baik dengan polybag, kaleng atau pot, seperti dikatakan Mentan, tujuannya mengurangi pengeluaran harian rumah tangga khususnya kebutuhan cabai. Warga Samarinda dan sekitarnya juga dapat menanam sayuran lain seperti bawang, tomat, seledri dan sayuran lainnya," katanya.
Di akhir siaran, Hidayanto mengajak para pendengar untuk datang ke kantor BPTP Kaltim di Jl Pangeran Mohammad Noor, Sempaja Selatan, Kota Samarinda, Kalimantan Timur 75119, untuk mendapat informasi lebih lanjut tentang inovasi dan teknologi pertanian. Hal itu sesuai visi dan misi BPTP sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) di daerah.
“Bahkan bila ada permasalahan atau kendala dalam berusaha tani, apa pun yang menjadi keluhan petani dan warga maka BPTP Kaltim berupaya membantu mencari jalan keluar," kata Margaretha di akhir siaran.
Sebelumnya, BPTP Kaltim menandatangani perjanjian kerjasama (PKS) dengan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) untuk pemanfaatan lahan pekarangan untuk komoditas bernilai ekonomis. Penandatanganan PKS dilakukan oleh Ketua TP PKK Kaltim, Amalia Suharni Faroek dengan M Hidayanto disaksikan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, H Ibrahim pada pekan lalu.
KRPL di BPTP Kaltim
BPTP Kaltim tergolong berhasil mengembangkan KRPL di 10 kabupaten/kota sejak 2011-2012, kemudian pada 2013 ditambah masing-masing satu hingga dua lokasi di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur.
Hidayanto menyatakan bahwa BPTP Kaltim melakukan kegiatan sosialisasi, pameran pembangunan dan kegiatan lain yang sinergi dengan kegiatan di daerah untuk menyebarluaskan tujuan dan manfaat KRPL untuk pemenuhan pangan keluarga secara mandiri.
Pengembangan KRPL di Kaltim disambut baik pemerintah daerah antara lain dengan direplikasinya atau dikembangkannya KRPL dengan dana daerah seperti di Kabupaten Berau pada 2012 dikembangkan 10 lokasi KRPL. Kemudian pada 2014 dikembangkan lagi dengan dana APBD untuk 300 kawasan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Sementara kunjungan kerja Mentan Amran Sulaiman di Kaltim pada pertengahan Oktober 2016, yang mengajak pemuda dan mahasiswa ´kembali ke sawah´ disikapi oleh Kepala BPTP Kaltim, M Hidayanto dengan mengajak pemuda dan mahasiswa di Kabupaten Kutai Kartanegara turun ke sawah melalui program ´Gerakan Pemuda Tani Menanam´ pada akhir Oktober 2016.
Jakarta (B2B) - Communication and dissemination to the public in the province of East Borneo province through radio broadcasts carried out by East Borneo's Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT/BPTP) last week, to provide information about cause of chili price to soar, how to plant chili, overcome pests, and technological innovation to radio listeners of RRI Pro 1 Samarinda on the program 'Talk Tonight' which aired at 7:00 p.m. to 8:00 p.m. recently.
The communication strategy is relatively effective because farmers and housewives contacted the radio station of RRI Pro 1 via telephone and text message, to asked Director of East Borneo's AIAT, M Hidayanto; AIAT researcher, Wawan Banu Prasetyo and spokeswomen Margaretha Tarigan about various matters related chili.
"The cause of rising prices of chili is high rainfall damage plants and flowers of chili loss and plant pests," said Hidayanto as reported in http://kaltim.litbang.pertanian.go.id.
The condition, he said, causing the supply of of chili to the traditional markets are unstable, while the supply chain is too long also trigger a price increase.
The researcher Prasetyo invite the farmers and Samarinda residents to plant of chili in the backyard (urban farming) for developing home food sustainably (KRPL), and the central government confirmed its commitment to support KRPL after Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman launched Chili Planting Movement (Gertamcabai) on November, 22 last year in Cilodong of West Java province.
"Gertamcabai is a movement for planting chilli in the backyard uses polybag, cans or pots, and aims to reduce household expenses for chilli. Samarinda residents and surroundings can also planting shallots, tomatoes, celery and other vegetables," he said.
Hidayanto invites the listener to come to his office at Pangeran Mohammad Noor Street, South Sempaja, Samarinda, East Kalimantan 75119, for further information about innovation and agricultural technology. It was according to vision and mission of the BPTP as a technical implementation unit of the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Ministry of Agriculture (IAARD) across the country.
"If there is any problem or obstacle of cultivation, the BPTP seeks to find solutions for farmers and residents," Mrs Tarigan said in late the broadcast.
Earlier, East Borneo's AIAT signed an agreement with the Indonesian Housewives Organization chapter East Borneo for urban farmingm which was signed by chairman Amalia Suharni Faroek and Hidayanto witnessed by Head of Food Crops and Horticulture Office Province, H Ibrahim last week.
Urban Farming
East Borneo´s AIAT quite succes develop the KRPL in 10 districts/city from 2011 to 2012, then in 2013 added one each one to two locations in district/city in East Kalimantan province.
Hidayanto said it has been socialized, hold exhibitions, and other activities that synergies with regional activities to disseminate the goals and benefits of KRPL meet household food needs on their own.
KRPL development in East Borneo supported by local governments, among others, with development of urban farming with local funds such as in Berau District in 2012, has successfully developed 10 urban farming locations. Then in 2014, was developed in 300 area in East Borneo and North Borneo province with the local budget.
Indonesian Agriculture Minister, Andi Amran Sulaiman challenged the faculties of agriculture in public universities (PTN) in Eastern Indonesia (KTI) to developing agricultural land of 1000 hectares be responded by East Kalimantan Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) who invites the youth and college student in Kutai Kartanegara District go to the field through the program ´youth movement on agricultural land´ at the end of October.