Gardjita Budi Kagumi Konsep Lumbung Baduy sebagai `Subsistence Farming`

Concept of Indonesia`s Baduy Food Barn as Subsistence Farming

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Gardjita Budi Kagumi Konsep Lumbung Baduy sebagai `Subsistence Farming`
Beras hasil panen disimpan hingga belasan tahun (kiri atas), Kepala BKP Gardjita Budi menaiki tangga untuk melihat isi lumbung didampingi Kasubbag Humas BKP, Eddy Suntoro (kanan) bersama Kepala Desa Kanekes Saija dan warga Baduy Dalam (Foto2: B2B/Mac)

Lebak, Banten (B2B) - Konsep lumbung padi warga Baduy yang bertahan hingga kini sejak ratusan tahun lalu merupakan model ideal untuk membangun ketahanan pangan keluarga dan warga desa, menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian RI, Gardjita Budi, untuk menggarap lahan pertanian tanpa merusak lingkungan demi kepentingan generasi berikutnya.

Gardjita Budi mengatakan konsep lumbung pangan Baduy dikenal sebagai subsistence farming atau bertani yang memenuhi kebutuhan pokok keluarga dan warga desa tanpa memikirkan surplus produksi untuk diperdagangkan.

"Ketahanan pangan sebelum era modern dikenal sebagai subsistence farming, lazim dikenal pada masyarakat agraris. Konsep lumbung padi Baduy mengusung semangat ketahanan pangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan warga desanya. Kelihatannya sepele tapi inilah hakikat ketahanan pangan seperti yang dikenal warga Baduy," kata Gardjita Budi pada kunjungan pers BKP ke pemukiman Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pada Senin (28/9).

Gardjita mengaku kagum pada konsep pertanian Baduy yang teguh memegang aturan adat, sebagai kearifan lokal yang patut diteladani. Dalam hal pangan, misalnya, warga Baduy tidak menjual beras yang mereka panen tapi disimpan di lumbung padi yang mereka sebut Leuit, untuk mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri.

"Lumbung padi menjadi kekuatan pangan warga Baduy, bahkan leuit merupakan tanda kemakmuran suatu keluarga di Baduy. Semakin banyak leuit, bisa dibilang dia lebih kaya dari warga desa lainnya," kata Saija, pemuka adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidmar yang menerima kunjungan BKP Kementan dari Jakarta.

Pada kesempatan tersebut, B2B bersama para jurnalis dari Jakarta sempat mengunjungi komplek lumbung padi. Lokasinya sekitar 300 meter dari pemukiman warga Baduy di Kanekes. Jalan menanjak dan berbatu harus dilalui menuju lokasi lumbung padi.

Bentuk lumbung padi Baduy menyerupai rumah, hanya ukurannya lebih kecil, terbuat dari kayu berdinding anyaman bambu dan beratap ijuk. Pintu lumbung berada di bawah atap dan untuk menjangkaunya harus menggunakan tangga.

"Di lumbung ini, beras yang disimpan masih berupa gabah hasil panen, dan letak lumbung padi yang jauh dari kampung bertujuan menghindari lumbung terbakar jika suatu saat desa terbakar," kata Saija.

Sekretaris BKP Provinsi Banten, Suherman mengakui desa Baduy kerap terbakar karena mereka memasak dengan tungku di dalam rumah panggung yang semua bahannya mudah terbakar.

Lebak, Indonesia (B2B) - The Baduy rice barns concept who survive until now since five hundred years ago is an ideal model for developing food resilience for families and villagers, according to the Head of Indonesia Agriculture Ministry´s Food Resilience Agency or BKP, Gardjita Budi who worked on agricultural land without damage the environments for the next generation.

Mr Budi said the Baduy rice barns concept concept is known as subsistence farming, that meet the basic needs of the family and the villagers without thinking of surplus production as an economic activity.

The food resilience before the modern era is known as subsistence farming, commonly known in the agricultural community. The concept of rice barn of Baduy carries the spirit food resilience to meet the needs of families and their communities. It seems trivial but it is the nature of food resilience as it is known Baduy people," said Mr Budi on The BKP press visit in Kanekes village of Leuwidamar sub-district in Lebak district of Banten province on Monday (28/9).

He admitted the Baduy farming concept who hold customary provisions as local wisdom. In terms of food, for example, the Baduy people do not sell rice but they keep on rice barns which is called leuit, to meet food needs.

"Rice barn is food resilience for Baduy people, even leuit is a sign of prosperity to the household. Have leuit more than one, it means he´s richer than the other villagers," says Saija, traditional leaders were also Kanekes village head who received the visit of ministry officials from Jakarta.

On that occasion, the B2B with journalists from Jakarta had visited rice barns. Its location is about 300 meters from the of Baduy village in Kanekes. Footpaths uphill and rocky must pass to reach location of rice barns.

Rice barns shape looks like a house, but its smaller size, are made of wood woven bamboo walls and palm roofs. The door under the eaves, to get into the rice barns had to use ladder.

"Rice is kept in the form of grain crops, and location of rice barns far from the village which aims to avoid a fire if one day the village on fire," Saija said.

The BKP Secretary of Banten province, Suherman acknowledge the Baduy villages are often burned because they cook with the furnace in the house made of combustible material.