BPPSDMP Kementan Dorong Kemitraan Petani Jagung dengan Korporasi

Indonesian Govt Encourages Partnerships Corn Farmers with the Corporations

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


BPPSDMP Kementan Dorong Kemitraan Petani Jagung dengan Korporasi
Kepala Subdirektorat Program Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP Kementan, Lia Ratna Ernalia (foto utama ke-6 kanan) dan Kepala BPSDMP Sumatera Selatan, Achmad Supardan (ke-5 kanan) Foto2: B2B/Gusmiati Waris

Palembang, Sumatera Selatan (B2B) - Dua kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dan Kabupaten OKU Selatan berpotensi menjadi sentra produksi jagung, luas lahan jagung mencapai 2.000 hektar dengan tingkat produktivitas tujuh ton per hektar maka taksasi produksi sekitar 14.000 ton pada Maret - April 2016, namun potensi tersebut terkendala pemasaran karena harga jual jagung per kilogram merugikan petani.

Kepala Subdirektorat Program Pusat Pelatihan Pertanian pada Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Lia Ratna Ernalia mengatakan pihaknya berkewajiban membantu memecahkan masalah pemasaran jagung produksi petani dari kedua kabupaten tersebut dengan memfasilitasi program pemasaran melalui pola kemitraan dengan PT Japfa Comfeed Tbk, perusahaan publik yang membutuhkan jagung sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak.

"Melalui pola kemitraan dengan Japfa Comfeed, para petani jagung dapat bertemu dan bertanya langsung dengan syarat mutu yang harus disiapkan seperti pola harga kontrak, volume dan satuan waktu, yang menuntut kesiapan petani dan kelembagaannya," kata Lia Ratna Ernalia kepada B2B di Martapura, Kabupaten OKU Timur belum lama ini.

Menurutnya, pola kemitraan mewajibkan petani mampu melaksanakan Good Agriculture Practise (GAP) , Good Manufacture Practise (GMP)  dan mampu melaksanakan Supplay Chain Management (SCM) dengan demikian petani mendapatkan profit  margin yang optimal.

Kepala Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) Provinsi Sumatera Selatan, Achmad Supardan menambahkan sesuai dengan petunjuk teknis pemberdayaan petani di sentra produksi, keberhasilan akan tercapai jika semua stakeholders terlibat dan saling bahu-membahu memberikan empowerment sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing, sehingga tercipta harmoni program yang mampu memberi solusi kepada petani dan kelembagaannya.

"Kami juga mengundang instansi-instansi terkait dari kabupaten lain seperti Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) sehingga ke depan tidak hanya petani jagung OKU Timur dan OKU Selatan saja yang dapat menjual produknya ke Japfa Comfeed," kata Achmad Supardan.

Dia menambahkan, agar permasalahan dan kendala agribisnis jagung baik masalah pemasaran, sarana dan prasarana, kendala pembiayaan dapat dipecahkan secara bersama-sama melalui program-program yang ada pada Kementerian Pertanian, dinas pertanian provinsi/kabupaten/kota, skema kredit dari perbankan yang ditunjuk oleh pemerintah, dan bila mungkin ada program corporate social responsibility (CSR) yang bergerak di bidang agribisnis jagung.

Palembang, Indonesia (B2B) - The two districts in South Sumatra province, East Ogan Komering Ulu (OKU) and South OKU district could potentially be the production centers of corn, the land area reached 2,000 hectares with a productivity rate of seven tonnes per hectare, with an estimated production of 14,000 tonnes during the harvest in March to April 2016 but the potential is constrained by a marketing problem because the selling price of corn per kilogram detrimental to farmers.

Senior official of Agency for Human Resource Development of Agricultural (BPPSDMP) in Agriculture Ministry, Lia Ratna Ernalia said  it had an obligation to help solve marketing problems of corn produced by farmers of both districts to facilitate the marketing program through a partnership with Japfa Comfeed, a public company which requires of corn as raw material for animal feed.

"Through the partnership with Japfa Comfeed, the corn farmers can meet and ask about the quality requirements that must be prepared as the pattern of the contract price, volume and time unit, which requires readiness of farmers and institutions," Mrs Ernalia told B2B in Martapura city, the capital of East´s Ogan Komering Ulu district.

According to her, a partnership program oblige the farmers to implement Good Agricultural Practices, Good Manufacture Practice and able to carry out Supplay Chain Management so that farmers get optimal profit margins.

Head of the Human Resources Development of Agriculture South Sumatra province, Achmad Supardan added in accordance with the technical guidelines to empower farmers in the production center, success will be achieved if the stakeholders are involved and cooperate to provide empowerment corresponding duties and functions so as to create harmony programs to provide solutions to farmers and the institutional.

"We also invite the relevant institutions from other districts such as Muara Enim and Penukal Abab Lematang Ilir Regency so that the future is not just a corn farmer in East OKU and South OKU who can sell their products to Japfa Comfeed," Mr Supardan said.

He added that marketing constraints, infrastructure and facilities, financing can find a solution through the program in the Ministry of Agriculture, provincial agricultural departments/districts/cities, loan schemes from banks designated by the government, and corporate social responsibility program for corn farmers.