Direktur Pakan Ternak Kementan: Indonesia Impor Jagung Sesuai Kebutuhan, Bukan Keinginan

Indonesia Corn Imports as Needed Not in the Interest

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Direktur Pakan Ternak Kementan: Indonesia Impor Jagung Sesuai Kebutuhan, Bukan Keinginan
Presiden RI Joko Widodo panen raya jagung bersama Kementan di Bima, NTB pada April 2015 (Foto: B2B/Mac)

Jakarta (B2B) - Kementerian Pertanian RI memastikan impor jagung tahun ini di bawah tiga juta ton, sementara realisasi impor pada 2014 mencapai 3,1 juta ton, dan realisasi hingga Oktober 2015 mencapai 2,5 juta ton dari rencana sebelumnya hingga 3,5 juta ton.

Direktur Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Nasrullah mengatakan pengendalian impor jagung tersebut bertujuan menjaga harga jagung di tingkat petani tetap tinggi, mengingat jagung bukan kebutuhan pokok sehingga produksi petani harus dilindungi.

"Jagung bukan makanan pokok sehingga rentan bila kepentingan tidak dilindungi, dan juga berbahaya bagi Indonesia apabila tergantung pada impor," kata Nasrullah kepada pers di Jakarta pada Kamis (22/10), yang didampingi Kepala Bagian Humas Kementan, Marihot H Panggabean.

Dia tidak menampik kecenderungan pada industri pakan ternak mengambil jalan pintas impor ketimbang menyerap produksi jagung petani, meskipun hal itu bertentangan dengan semangat pemerintah untuk mendukung produksi jagung nasional, dan impor jagung hanya untuk mencukupi kebutuhan.

"Kita impor jagung sesuai kebutuhan saja bukan karena keinginan semata," kata Nasrullah.

Menurutnya, kontradiksi tersebut tampak pada Februari hingga April 2015 ketika produksi jagung nasional mencapai tiga juta ton, tapi volume impor jagung meningkat dari rata-rata 250.000 ton per bulan menjadi 328.000 ton pada Februari, 305.000 ton (Maret) dan 310.000 ton (April).

Jakarta (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry ensures corn imports this year under three million tons, while import realization in 2014 reached 3.1 million tons, and realized until October 2015 reached 2.5 million tons of the previous plan up to 3.5 million tons, according to Indonesian senior official.

Director of the Animal Feed in Directorate General of Livestock and Animal Health, Nasrullah said the the the corn import of controls aims to keep prices at the farm level remains high, because the corn is not a staple food so that farmers´ interests must be protected.

"Corn not a staple food so that farmers´ interests must be protected, and harmful to Indonesia if dependent on imports," Nasrullah told reporters here on Thursday (10/21) in Jakarta which was accompanied by the Head of Public Relations of the ministry, Marihot H Panggabean.

He did not dismiss the tendency in the animal feed industry took a shortcut through imports than to buy of farmers, even though it is against the government´s program to support the national corn production, and import of just to make ends meet.

"We import the corn as needed, not in the interest," he said.

According to him, the contradiction appear between February and April 2015 when the national the corn production reached three million tons, but the volume import of increased from an average 250,000 tonnes per month to 328,000 tons in February, 305,000 tons (March) and 310,000 tons (April).