FAO: Upsus Pajale Naikkan Skor Ketahanan Pangan RI di Tingkat Global

FAO Appreciation Indonesia`s Ranking in the Global Food Security Index

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


FAO: Upsus Pajale Naikkan Skor Ketahanan Pangan RI di Tingkat Global
Sekretaris Jenderal Kementan, Hari Priyono dan bersama Representatif FAO di Indonesia, Mark Smulders (inset) Foto2: Humas Kementan/Fajar RM

Jakarta (B2B) - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menilai program Upsus Pajale oleh Kementerian Pertanian RI (Kementan) berperan penting menaikkan peringkat Indonesia dari 74 ke 71 di antara 113 negara pada Indeks Ketahanan Pangan Global 2016 (Global Food Security Index/GFSI) yang dirilis oleh lembaga riset internasional the Economist Intelligence Unit (EIU) pada 9 Juli 2016.

Hal itu dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal Kementan, Hari Priyono mengutip pernyataan Representatif FAO di Indonesia, Mark Smulders setelah keduanya melakukan pertemuan formal di kantor pusat Kementan pada Senin (1/8).

"Indeks GFSI yang diumumkan oleh EIU menurut FAO khususnya pada aspek Ketersediaan atau Availability dapat menjadi referensi dan pertimbangan dalam situasi ekonomi masing-masing negara, dan memberi motivasi kepada Indonesia khususnya Kementan untuk mencapai target swasembada pangan," kata Hari Priyono.

Dia menambahkan, Indeks Ketahanan Pangan Global 2016 tersebut memberi motivasi kepada Pemerintah RI melalui Kementan untuk meningkatkan produktivitas pangan strategis khususnya padi, jagung dan kedelai mengingat indikator keberhasilannya diakui lembaga internasional seperti EIU selain Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurutnya, FAO mengingatkan Indonesia untuk mengevaluasi program Upsus Pajale sehingga dapat meningkatkan efektivitasnya meningkatkan produksi pangan nasional, dan FAO mengapresiasi capaian Indonesia dalam membangun ketahanan pangan seperti terkonfirmasi pada GFSI dari EIU.

"FAO mengapresiasi Indonesia yang berhasil naik peringkat pada skor GFSI di tengah ancaman perubahan iklim, tapi Indonesia diakui mampu mengatasinya," kata Hari Priyono mengutip Mark Smulders.

Aspek Ketersediaan GFSI
Lembaga riset internasional, the Economist Intelligence Unit (EIU) ternyata turut memantau pembangunan pertanian Indonesia dengan merilis data terbaru tentang GFSI pada 9 Juni 2016, yang menyatakan bahwa dari peringkat GFSI secara keseluruhan (overall) peringkat Indonesia di 74 naik ke 71 dari 113 negara yag disurvai.

Hasil riset GFSI dilansir di foodsecurityindex.eiu.com yang menyebut bahwa Indonesia pernah meraih peringkat tertinggi dalam lima tahun terakhir adalah pada 2012, di peringkat ke-64 namun skor saat itu hanya 46,8 sedangkan tahun ini mencapai skor tertinggi selama lima tahun terakhir, dan untuk pertama kalinya menembus nilai50 tepatnya 50,6.

Secara umum terlihat kecenderungan positif menuju nilai GFSI yang lebih baik, dan pada saat yang bersamaan akan menaikkan peringkat Ketahanan Pangan Indonesia ke arah yang lebih baik secara signifikan seperti terlihat pada tabel.

Nilai indeks keseluruhan ditentukan oleh tiga aspek yakni Keterjangkauan (Affordability), Ketersediaan (Availability), dan Kualitas dan Keamanan ( Quality & Safety). Masing-masing aspek memiliki indikator tersendiri sebagai alat untuk menilai keberhasilan suatu negara dalam menjalankan program keamanan pangannya. Pada 2016, terlihat bahwa aspek Keterjangkauan dan Ketersediaan untuk Indonesia meningkat drastis sehingga menjadi aspek yang dominan mempengaruhi kenaikan nilai indeks secara keseluruhan, sedangkan aspek Kualitas dan Keamanan hampir tidak mengalami perubahan.

Jakarta (B2B) - The Food and Agriculture Organization of the UN (FAO) considers the program of increase production of strategic food especially rice, corn and soybeans - locally known as the Upsus Pajale - by the  Agriculture Ministry as the key factor of Indonesia´s rating go up from 74 to 71 from 113 countries in the 2016 Index Food Security Global (GFSI) as announced by the Economist Intelligence Unit (EIU) on July 9, 2016.

It was said to by the Secretary General of the ministry, Hari Priyono cites FAO Representative, Mark Smulders after the formal meeting here on Monday (August 1).

"GFSI index as announced by the EIU according to the FAO, in particular aspects of Availability as a reference and consideration in the economic situation of each country surveyed, and the motivation for the Government of Indonesia achieve the target of food self-sufficiency," Mr Priyono said.

He said that the index GFSI gives motivation to the  Indonesia Government through the ministry to improve the productivity of strategic food such as rice, corn and soybeans after being recognized by the international research institute.

According to him, the FAO warned Indonesia to evaluate Upsus Pajale program to increase its effectiveness, and The FAO appreciates the achievements of Indonesia´s food security as confirmed by GFSI of the EIU.

"The FAO appreciates Indonesia´s score on GFSI amid the threat of climate change but Indonesia managed to overcome," Mr Priyono cites Mr Smulders.

The Availability Aspect
International institutions, the Economist Intelligence Unit (EIU) also examined the Indonesian agricultural development on the GFSI on June 9, 2016, which states that overall, Indonesia´s ranking rose from 74 to 71 of 113 countries.

GFSI publish through foodsecurityindex.eiu.com declared Indonesia has been ranked highest in five years in 2012, ranked 64th at the time but the score of 46.8, while this year reach a score 50 for the first time, exactly 50.6.

In general, the tendency is positive for Indonesia, and at the same time raising the Food Safety ratings are significantly better.

Index score is determined by three aspects: Affordability, Availability, and Quality & Safety. Every aspect has indicators as a tool for assessing a country´s success in implementing food safety programs. In 2016, the aspect Affordability and Availability for Indonesia increased dramatically as the dominant aspect in the overall index scores, while the Quality and Safety aspects virtually unchanged.