"Singkat Saja ya Pidatonya, yang Penting Bantuan untuk Tapin" : Mentan

Indonesian Agriculture Minister Working Visit in Borneo`s Tapin District

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


"Singkat Saja ya Pidatonya, yang Penting Bantuan untuk Tapin" : Mentan
Luas lahan bawang merah di Desa Sabah, Kabupaten Tapin, Mentan Amran Sulaiman terbahak mendengar kejujuran petani Tapin (kiri atas) sang petani jujur juga menanam cabai sebagai tanaman sela (kanan atas) Foto2: B2B/Atjo

Tapin, Kalsel (B2B) - Pengembangan tanaman bawang merah di Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan kini menyebar ke Desa Gadung di Kecamatan Bakarangan, yang semula hanya ditanam di Desa Sabah, Kecamatan Bungur dan kemudian ditanam di beberapa desa di Kecamatan Hatungun bahkan ditanam di pekarangan rumah, dan hingga saat ini luas lahan mencapai 360 hektar.

"Pengembangan bawang merah tidak lagi fokus pada satu lokasi tapi sudah dikembangkan di beberapa kecamatan. Alhamdulillah, produksinya cukup bagus bahkan secara ekonomi sangat menguntungkan petani karena banyak petani yang ikut menanam bawang merah," kata Bupati Tapin, Arifin Arpan pada kunjungan kerja Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman di Desa Sabah, Kecamatan Bungur pada Kamis (15/12).

Menurut Bupati Tapin, petani di kabupatennya mulai menanam bawang merah pada 2013 yang berawal dari lahan seluas empat hektar, kegigihan petani yang didukung pemerintah maka saat ini luas lahan bawanng merah hampir mencapai 400 hektar.

Mentan Amran Sulaiman mengharapkan luas lahan bawang merah di Tapin ditingkatkan menjadi 800 hektar, dan Kementerian Pertanian RI siap mendukung benih dan alat mesin pertanian (Alsintan) untuk pengembangan bawang merah seluas 200 hektar.

"Pidato saya singkat saja ya, yang penting bantuan dari pemerintah kan, dan saya tantang pak bupati agar luas lahan ditingkatkan hingga lima ribu hektar, karena untuk mencapai swasembada bawang merah maka luas lahan harus terus meningkat," kata Mentan yang disambut tempik sorak para petani.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Kalsel Fathurrahman mengatakan lahan pertanian di Tapin yang potensial untuk pengembangan bawang merah mencapai 1.000 ha. Namun untuk target luas tanam hingga 5.000 hektar maka Tapin harus didukung kabupaten lain seperti Hulu Sungai Selatan, Balangan, Tabalong dan Tanah Laut yang juga sudah mengembangkan bawang merah.

Tampak hadir Staf Khusus Kasad Brigjen TNI M Afifuddin, Wakil Gubernur Kalsel, Rudy Resnawan; Danrem 101/Antasari Kolonel Kav Yanuar Adil, Tenaga Ahli Mentan, Sam Herodian; dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Agung Hendriadi.

Lumbung Kalimantan
Mentan menegaskan tekad pemerintah dalam pengembangan produksi pangan, Presiden RI Joko Widodo menginstruksikan setiap provinsi mampu memenuhi kebutuhan pangannya tanpa 'mengimpor' dari provinsi lain, dan Kementerian Pertanian mendorong Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri termasuk bawang merah dan menjadi lumbung bagi Kalimantan.

"Pemerintah menargetkan Kalimantan mampu swasembada bawang merah pada 2018, Kalsel tahun depan harus mampu mandiri, tidak boleh lagi membeli dari Brebes atau Bima," kata Mentan Amran Sulaiman.

Dia mengingatkan apabila dahulu banyak yang meragukan kemampuan Kalimantan untuk memproduksi bawang merah ternyata itu anggapan keliru, buktinya tanah Kalimantan mampu menghasilkan bawang merah setelah 71 tahun Indonesia merdeka.

"Kalau Kalsel mampu mandiri maka inflasi dapat ditekan karena harga bawang merah lokal paling tinggi Rp25 ribu tapi kalau didatangkan dari Jawa bisa naik dua kali lipat, itulah salah satu pemicu inflasi di Kalimantan," katanya lagi.

Sebelum meninggalkan Tapin, Mentan menyerahkan bantuan 28 unit combine harvester, 56 unit alat tanam padi, 12 unit traktor roda empat, 10 unit alat perontok padi (power thresher) dan 10 unit pompa air.

Tapin, South Borneo (B2B) - Development of shallots  plant in Tapin District of South Borneo Province has now
spread to Gadung village in Bakarangan subdistrict,  which initially only planted in Sabah village of Bungur subdistrict and then to several villages in Hatungun subdistrict even residents plant in the yard houses, and now total land area of 360 hectares.

"Development of shallots does not focus on one location but have been developed in several districts. Thank God, good production, and economically profitable for farmers," said Regent Tapin, Arifin Arpan on working visit of Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman here on Thursday (12.15.16).

According to Tapin Regent, farmers in his district began planting shallots in 2013 that began with four hectares of land, persistence of farmers supported by government makes land area of shallots now nearly 400 hectares.

Minister Sulaiman expects land area of shallots in Tapin increased to 800 hectares, and the Agriculture Minstry ready to support seeds and agricultural machinery for the development of 200 hectares of shallots.

"My short speech, which is important support from central government, and I challenge the regent to increase of land area to five thousand hectares, because to achieve self-sufficiency of shallots must continue increase of land area," he said.

Head of the Provincial Agriculture Office, Fathurahman  said farmland potential for the development of shallots in Tapin reached 1,000 hectares. However, for target of 5,000 hectares should be supported other districts such as Hulu Sungai Selatan, Balangan, Tabalong and Tanah Laut.

It was attended by Special Staff of Army Chief of Staff Brigadier General M Afifuddin; Deputy South Kalimantan Governor, Rudy Resnawan; Commmander of 101's Antasari Resort Military Command, Colonel Yanuar Adil; expert of minister, Sam Herodian; and spokesman of the ministry, Agung Hendriadi.

Barns of Borneo
Minister Sulaiman confirms the government's commitment to food security, Indonesian President Joko Widodo instructed that every province are able to meet their food needs without supplied from other provinces, and the Agriculture Ministry encourage Borneo, South Borneo especially to meet their own needs, including shallots and into the barn for Borneo.

"The central government targets Borneo capable self-sufficiency of shallots in 2018, South Kalimantan next year should be able to be independent, do not buy from Brebes or Bima," he said.

He reminded that many doubted the ability Borneo produces shallots turns a false assumption, Borneo land able to produce shallots after 71 years of Indonesian independence.

"IF South Borneo capable of self, inflation could be reduced because price of local shallots highest 25 thousand rupiah, but if supplied from Java can be doubled, that's one trigger inflation in Borneo," Mr Sulaiman said.

Before he left Tapin, Minister Sulaiman handed over 28 units of combine harvester, 56 units of rice planting, 12 units of four-wheel tractors, power thresher 10 units, and 10 units of water pumps.