Seekor Jantan dan 100 Betina Apa Jadinya? Banten pun Didorong jadi Sentra Produksi Itik

Banten Province Pushed into Duck Production Centers in Indonesia

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Seekor Jantan dan 100 Betina Apa Jadinya? Banten pun Didorong jadi Sentra Produksi Itik
Mentan Andi Amran Sulaiman dialog dengan penggagas sentra produksi itik di Banten, dan mengaku senang karena petani Banten ini tergolong sukses lantaran gelang dan cincin emasnya (inset bawah) Foto2: Humas Kementan/Rusman Ingguan & B2B/Mac

DIALOG dengan petani menjadi 'menu wajib' bagi Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dalam setiap kunjungan kerja ke daerah, yang bertujuan menggelorakan semangat petani dan rakyat agar bekerja keras meningkatkan produksi pangan sehingga negeri ini tidak lagi tergantung pada pangan impor.

Keterbatasan waktu di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Senin (17/10), memaksa Mentan membatasi jumlah penanya hanya empat orang, dan tiga di antaranya adalah wanita. "Bupati di sini wanita, penanya didominasi wanita."

Aneka topik mereka ajukan pada Mentan setelah pencanangan musim tanam Oktober 2016 - Maret 2017. Mulai dari soal harga gabah anjlok, permintaan alat mesin pertanian (Alsintan), benih beras organik hingga masalah ternak unggas.

Masalah budidaya bebek (itik) menjadi menarik lantaran fakta bahwa sekumpulan itik terdiri atas seekor jantan dan 100 ekor betina, seperti dikemukakan Hj Juju Juhaeriyah Agus, pimpinan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Banten.

Fakta unik tersebut sontak memancing aneka komentar dan senyum penuh arti dari para hadirin, termasuk Gubernur Banten Rano Karno dan Bupati Pandeglang Irna Narulita.

"Tidak ada itik betina yang sakit hati ya....," gumam Mentan seraya tersenyum.

Hj Juju yang juga Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Gandarasa di Pandeglang menambahkan bahwa di kabupaten tersebut banyak itik tapi belum pernah dikembangkan menjadi sentra produksi seperti halnya Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

"Kalau bisa jangan cuma Pandeglang saja, kembangkan di seluruh Banten agar dapat memasok kebutuhan daging itik di Jakarta dan sekitarnya, bahkan kalau sanggup untuk ekspor" kata Amran Sulaman.

Setelah mendengar keterangan tersebut, Mentan memberi instruksi pada Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan, Nandang Sunandar untuk menindaklanjuti hal itu dengan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Bogor yang berada di bawah tanggung jawab Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk mendukung pengembangan sentra produksi itik di Provinsi Banten, khususnya Pandeglang.

"Kalau saya bantu seribu ekor dulu cukup? Nah koordinasi langsung dengan Balitnak di Ciawi, coba tanyakan pada bapak yang duduk di sana," kata Mentan seraya menunjuk Nandang Sunandar, yang sebelumnya pernah aktif di Balitbangtan dengan posisi Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat di Bandung.

Tampak hadir Wakil Kapolda Banten, Kombes Liliek Heri Setiadi; Kepala Staf Komando Resort Militer 064/Maulana Yusuf, Letkol Inf Athobari; dan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus Tauhid dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Agung Hendriadi.

Potensi Ekspor Itik
Sebagaimana diberitakan, permintaan telur itik segar maupun olahan semakin meningkat, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor. Di Asia, negara pengekspor itik saat ini adalah Taiwan, Cina, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia untuk tujuan ekspor Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura. Sementara pasar dalam negeri sendiri masih terbuka lebar, terutama untuk lauk (nasi goreng, soto, dan rawon), bahan pembuat roti, martabak, dan untuk produk olahan lainnya. Hal ini terbukti dengan terserapnya seluruh telur itik yang diproduksi tanpa ada perubahan harga yang signifikan.

Pada saat ini, pangsa pasar telur itik dunia dikuasai oleh Taiwan, Thailand, dan Malaysia yang menjadi pemasok terbesar telur itik ke Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Timur Tengah. Sementara Indonesia mengekspor telur itik ke Singapura melalui Batam dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Riau.

Dari sisi budidaya, Balitbang Pertanian Kementan fokus pada pengembangbiakan itik Master, hasil kawin silang itik Majasari jantan dan itik Alabia betina, dimana itik betina sebagai petelur unggul dan jantan untuk itik potong ukuran sedang. Itik PMp untuk bibit itik pedaging unggulan lokal, hasil kawin silang itik Peking jantan dan itik Majasari putih betina. Itik Serati hasil kawin silang entog dan itik untuk konsumsi.

Mentan Amran Sulaiman sekali lagi membuktikan komitmennya untuk mengambil keputusan di lapangan, untuk mendengar kebutuhan atau kesulitan petani sekaligus memerintahkan pejabat terkait di Kementan untuk bertindak cepat mengatasi permasalahan di lapangan.

DIALOGUE with farmers being 'main menu' for Indonesian Agriculture Minister, Andi Amran Sulaiman on every working visits, which aims to foster a spirit of farmers and local people to work hard for increase food production so that his country is no longer dependent on food imports.

Limitations of time on the working visit in Pandeglang District, Banten Province on Monday (October 17) forced Minister Sulaiman limit only four questioners, and three of them are women. "The regional head here are women, women dominate number of the questioner."

Various topics have been submitted to Mr Sulaiman after the planting season launched October 2016 - March 2017. From about the price of grain, agricultural machinery, organic rice seeds to livestock problems.

Problems of duck farming is a major concern because of the facts, ducks group usually consists of one male and 100 females, as stated by Hj Juju Juhaeriyah Agus, head of the Association of Farmers and Fishermen (KTNA) Banten.

The unique facts instantly provoke a variety of comments and a knowing smile from the audience, included the Banten Governor Rano Karno and Pandeglang Regent Irna Narulita.

"There are no female ducks were hurt ya ....," Minister Sulaiman mumbled with a smile.

Mrs Agus ho is also chairman of non-governmental Agricultural Training Center (P4S) Gandarasa in Pandeglang, adding that in the district many ducks but never developed into a production center as well as Brebes District of Central Java Province.

"Try not only in Pandeglang, doing development across the province in order to supply the needs of duck meat in Jakarta and surrounding areas, if possible for export as well," he said.

After knowing that, Minister Sulaiman instructed the Director of cereals in the Directorate General of Food Crops, Nandang Sunandar to follow up with the Livestock Research Center (Balitnak) in Ciawi of Bogor District to support the development of duck production center in Banten Province, especially Pandeglang District.

"If I help one thousand of ducks is it enough? "If I help one thousand of ducks is it enough? Nah direct coordination with the relevant parties in Ciawi, ask the man sat there," he said
to appoint Mr Sunandar, who has served as director of Institute for Agricultural Technology (BPTP) of West Java in Bandung.

It was attended by Banten Police Deputy, Senior Commissioner Liliek Hari Setiadi; Siliwangi's Banten Resort Military Commander,  Lt. Col. Athobari and Head of Banten Provincial Agriculture Office, Agus Tauhid and the Head of Public Relations and Public Information, Agung Hendriadi.

Export Potential of Ducks
As reported, the demand for fresh duck eggs and processed meat increases, domestic and export. In Asia, ducks exporting country today is Taiwan, China, Thailand, Malaysia, Philippines, and Indonesia to export US, Japan, and Singapore. While the domestic market itself is still wide open, especially for a side dish (fried rice and soup), the raw material of bread, murtabak, and for other processed products. This is evidenced by the absorption of duck eggs by the market without any significant price changes.

At this time, the market share of duck eggs the world dominated by Taiwan, Thailand, and Malaysia, which became the largest supplier of duck eggs to Singapore, Japan, USA, and the Middle East. While Indonesia exported duck eggs to Singapore via Batam from North Sumatra, South Sumatra, and Riau.

In terms of cultivation, the Indonesia´s Agency for Agricultural Research and Development of Agriculture Ministry (IAARD) focus on breeding ducks types Master, the result of interbreeding Majasari male with Alabia female,  female ducks as spawners and the male to duck pieces medium size. Ducks of PMp Ducks for local broiler seed as the result of crossbreeding Peking male and Majasari white female. Serati ducks results of interbreeding local ducks and imports duck for consumption.

Mr Sulaiman once again proves its commitment to take decisions on the ground, to hear the farmers' needs or difficulties at once ordered the relevant officials in the ministry to act quickly resolve problems in the field.