Mentan Janji Pantau Toko Tani Tiap Hari, Targetkan 1.000 Outlet di DKI

Indonesian Minister Promised to Monitor of Food Kiosk in Jakarta

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Mentan Janji Pantau Toko Tani Tiap Hari, Targetkan 1.000 Outlet di DKI
Mentan Andi Amran Sulaiman melepas truk pengangkut bahan pokok menuju 22 TTI di Jakarta didampingi Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono, dialog dengan konsumen dan melayani pembeli (inset) Foto2: B2B/Gusmiati Waris

Jakarta (B2B) - Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman berjanji akan terus memantau proses penjualan bahan-bahan pokok di Toko Tani Indonesia (TTI), karena berperan penting membantu konsumen mendapatkan komoditas pangan dengan harga terjangkau dan tetap menguntungkan petani.

"Kami akan melakukan inspeksi mendadak ke TTI untuk memastikan keberlanjutannya, karena selama ini kehadiran TTI di sejumlah tempat saat ini berdampak positif dalam menstabilkan harga pangan dan menguntungkan konsumen," kata Mentan Amran Sulaiman kepada pers pada Senin (6/2) usai meresmikan pengiriman perdana komoditas pangan strategis menuju 22 TTI di seluruh Jakarta.

Mentan mengajak warga Jakarta yang ingin mendapat pangan murah berkualitas dapat berkunjung ke TTI Center di Pasar Minggu, Jakarta Selatan atau 22 TTI yang tersebar di lima wilayah DKI Jakarta. Untuk Jakarta Selatan terdapat 11 toko: Ani, Muara Beras, ASMI, Alan, Surya, Partini, Ahya, Maman Nur, Sirsak, Yati, Three Boys, Ruwi.

Enam TTI di Jakarta Timur: Sinar Family, Arfah, Sudiyo, Suratman, Siregar, dan Meat Shop. Sementara di Jakarta Barat: Flamboyan, Munawaroh, KWT Pesakih Mandiri Jaya, Abdan Rusun Perumnas, dan Barokah.

Menurut Amran Sulaiman total komoditas pangan pokok dan strategis yang dipasok di 22 TTI terdiri atas tujuh ton beras, tiga ton gula pasir, 650 kg bawang merah, 600 kg cabai merah, dan 500 kg daging sapi yang dijual per kilogram/liter.

"Harga beras dipatok Rp8.000 per kg, daging sapi Rp80 ribu per kg, daging kerbau Rp65 ribu per kg, bawang merah Rp14.500 per 0,5 kg, gula pasir Rp12.500 per kg, minyak goreng Rp12 ribu per liter, dan bawang putih Rp8.500 per 0,25 per kg selain itu juga ada 20 TTI di Jakarta yang selama ini menyediakan beras dan gula pasir," kata Mentan yang didampingi Dirjen Hortikultura, Spudnik Sujono dan Sekditjen Hortikultura Yazid Taufik.

Solusi Permanen
Harga komoditas pangan yang berfluktuasi dapat merugikan petani sebagai produsen, pengolah pangan, pedagang hingga konsumen, dan hal itu mendorong Kementerian Pertanian RI sejak 2015 melakukan terobosan sebagai solusi permanen mengatasi gejolak harga dengan mengembangkan kegiatan pengembangan usaha pangan masyarakat (PUPM) melalui TTI.

"Fluktuasi pasokan dan harga pangan yang tidak menentu, harus dapat diatasi dan dikendalikan agar ketersediaan pangan mencukupi dan harganya stabil. Hal ini sangat penting, karena jika dibiarkan dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah pangan yang dapat mengganggu sendi-sendi pembangunan lainnya seperti ekonomi, sosial, hukum, keamanan dan bahkan ketahanan negara," kata Dirjen Spudnik Sujono.

Dia menambahkan, kenaikan harga bahan pangan digolongkan sebagai komponen inflasi bergejolak atau volatile foods, karena sifatnya yang mudah dipengaruhi oleh masa panen, gangguan alam, harga komoditas bahan pangan domestik dan internasional. Dari sisi ekonomi, naiknya harga pangan jelas akan berpengaruh terhadap pengendalian inflasi.

Menurut Spudnik, peningkatan harga komoditas pangan memang dapat berasal dari produsen, namum sumber peningkatan harga tersebut biasanya lebih bersifat fundamental karena didorong oleh faktor distribusi bersifat variabel, seperti panjangnya rantai jalur distribusi, hambatan transportasi dan perilaku pedagang dalam menetapkan marjin keuntungan, aksi spekulasi maupun kompetisi antarpedagang.

"Tingginya volatilitas harga komodita pangan yang terjadi selama ini mengindikasikan bahwa faktor distribusi sangat berpengaruh," kata Dirjen Hortikultura.

Spudnik menambahkan, kegiatan perdagangan TTI secara tidak langsung berperan dalam mengatasi anjloknya harga pangan pada masa panen raya, dan tingginya harga pangan pada saat paceklik dan menjadi instrumen yang dibuat pemerintah untuk mengendalikan gejolak harga dalam situasi tertentu.

Jakarta (B2B) - Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman promised to continuously monitor the  operational of food kiosk locally known as the Toko Tani Indonesia (TTI) because it will help consumers get basic commodities at affordable prices and benefit the farmers.

"We will conduct unannounced inspections to ensure operational of the TTI, because its existence in several places have a positive impact control prices and benefit consumers," Mr Sulaiman told the press here on Monday (2.6.17).

Minister Sulaiman invites Jakarta residents who want to get cheap and quality food can visit to the TTI Center in Pasar Minggu or 22 of the TTI in are scattered in five districts of Indonesia capital. For South Jakarta there are 11 outlets: Ani, Muara Beras, ASMI, Alan, Surya, Partini, Ahya, Maman Nur, Sirsak, Yati, Three Boys, Ruwi.

Six of the TTI in East Jakarta: six in East Jakarta: Sinar Family, Arfah, Sudiyo, Suratman, Siregar, and Meat Shop. While in West Jakarta: Flamboyan, Munawaroh, KWT Pesakih Mandiri Jaya, Abdan Rusun Perumnas and Barokah.

According to Mr Sulaiman staple goods supplied to 22 outlets of the TTI consists of seven tons of rice, three tons of sugar, 650 kg of shallot, 600 kg of red chilli, and 500 kg of beef.

"Rice prices set at 8,000 rupiah per kg, beef 80 thousand per kg, buffalo meat 65 thousand per kg, onion 14,500 per 0.5 kg, 2,500 kg of sugar, cooking oil 12 thousand rupiah per liter, and garlic 8500 rupiah per 0.25 per kg, 20 outlets in Jakarta also supply rice and sugar," Minister Sulaiman who was accompanied by Director General of Horticulture, Spudnik Sujono and Secretary Directorate General of Horticulture Yazid Taufik.

Permanent Solution
The price of food commodities fluctuate can be detrimental to the farmers as producers, food processors, traders and consumers, it encourages the Indonesian Agriculture Ministry since 2015 to make a breakthrough as a permanent solution to overcome price volatility through the business development community food through food kiosk locally known as the Toko Tani Indonesia (TTI), according to Indonesian senior official.

"Fluctuations in supply and food prices is uncertain, should be addressed and controlled so that food supplies enough and the price is stable. This is very important, because if not addressed could pose problems that would interfere with the economic, social, legal, security and resilience of the country," said Spudnik Sujono.

Mr Sujono added that the rise in food prices relatively volatile component of inflation or volatile foods, because it is easily influenced by the harvest, natural disturbances, the price of food commodities domestically and international. From the economic side, higher food prices will clearly affect the inflation control.

According to him, the increase in food commodity prices may indeed come from producers, but the source of the increase in these prices are usually more fundamentally driven by distribution factors are variable, such as chain length distribution lines, barriers to transport, and the behavior of traders in setting the profit margin, speculation and competition between traders.

"The high volatility in food commodity prices that occurred during this indicates that the distribution factor is very influential," Mr Sujono said.

He added, the TTI trading activities indirectly contribute to overcome the decline of food prices during the harvest, and the high price of food in the dry season, and becomes an instrument made by the government to control price volatility in certain situations.