BPPSDMP Kementan Dorong Regenerasi Petani melalui Program PWMP
Indonesian Govt Encourages of Farmers Regeneration through the Education
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada 2010 bahwa sektor pertanian menyerap 40 juta (38%) tenaga kerja nasional dan 14 juta di antaranya adalah generasi muda kelompok umur 15 hingga 34 tahun, namun saat ini minat pemuda bekerja di sektor pertanian menurun tajam lantaran citra buram pekerjaan petani, sementara sebagian besar sarjana pertanian cenderung bekerja di luar sektor pertanian.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Gunawan Yulianto mengatakan Pemerintah RI melalui Kementerian Pertanian menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan minat pemuda dan sarjana mendukung pembangunan sektor pertanian, strategi awal adalah mengubah stigma tentang pertanian bukan hanya budidaya tanaman padi di sawah melainkan pengembangan sektor agribisnis dari subsistem hulu sampai hilir yang membuka peluang kerja dan peluang usaha.
"Strategi berikutnya adalah menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di bidang pertanian agar para lulusan perguruan tinggi dari fakultas pertanian lebih menjadi pencipta lapangan kerja," kata Gunawan Yulianto, pejabat eselon dua pada Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) melalui pernyataan tertulis kepada B2B belum lama ini.
Untuk menjalankan strategi tersebut, katanya, diperlukan suatu program melalui pelatihan, program magang, kegiatan pembinaan dan bimbingan agar mereka mengetahui kemudahan dalam menciptakan dan merintis usaha yang menguntungkan, sehingga mereka pun terdorong untuk menjadi wirausahawan muda pertanian (agrosociopreneur) yang mampu menggerakkan dan menciptakan lapangan kerja di sektor pertanian.
"Untuk menumbuhkan minat berwirausaha, khususnya di kalangan pemuda perlu dilakukan pembinaan mental wirausaha, membuka kesempatan wirausaha seluas-luasnya, dan mempermudah akses mereka terhadap permodalan," kata Gunawan.
Regenerasi Petani
BPPSDMP mendorong langkah tersebut melalui program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) yang merupakan kegiatan Kementan untuk mewujudkan regenerasi petani, yang dirancang untuk mengembangkan peluang bisnis bagi pemuda dan sarjana pertanian mampu menjadi job creator di sektor pertanian khususnya subsektor agribisnis.
Dia menambahkan, bagi lembaga penyelenggara pendidikan pertanian untuk mengembangkan SDM pertanian, program PWMP dirancang untuk menjadikan lembaga pendidikan sebagai center of agripreneur development berbasis inovasi agribisnis dengan bantuan modal usaha kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) dan sarjana pertanian dari perguruan tinggi mitra BPPSDMP dan siswa sekolah kejuruan pertanian (SMK-PP).
Kegiatan PWMP dilaksanakan dalam empat tahap selama tiga tahun yang dibagi menjadi tahap penyadaran di tahun pertama, tahun kedua untuk pengembangan dan tahun ketiga untuk tahap kemandirian, dan 2016 merupakan tahun pionir kegiatan PWMP di Kementan sehingga peserta tahun lalu menjadi leader program regenerasi pertanian.
Dia mengelaborasi kegiatan pada tahap penyadaran meliputi penetapan tim pelaksana, sosialisasi, pendaftaran, seleksi, bimbingan teknis, dan magang. Sementara penyusunan business plan, pendampingan dan pelaksanaan usaha merupakan rangkaian tahap penumbuhan.
Di tahun kedua, PWMP masuk tahap pengembangan yang meliputi evaluasi usaha, perluasan skala usaha, penjaminan mutu produk dan temu inovasi. Pada tahap pemandirian, program PWMP bergulat pada pengembangan dan penguatan jejaring usaha dengan stakeholders seperti perbankan, investor, pemasok input dan lembaga pemasaran.
"Pada akhirnya, seluruh peserta PWMP akan diberikan penghargaan sebagai pelaku wirausahawan muda di bidang pertanian," kata Gunawan.
Setiap peserta berasal dari mahasiswa non PNS STPP di seluruh Indonesia dari Medan, Bogor, Magelang, Malang, Gowa dan Manokwari. Kemudian sarjana pertanian dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Universitas Andalas Padang, Universitas Lampung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Brawidjaya Malang, dan Universitas Hasanuddin Makasar. Kemudian siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP binaan Kementan seperti Sembawa - Sumatera Selatan, Banjarbaru - Kalimantan Selatan, dan Kupang - Nusa Tenggara Timur.
Jakarta (B2B) - Indonesian Statistics Agency in 2010 reveals the agricultural sector accommodate 40 million national workforce (38%) and 14 million of them are young people 15 to 34 years, but now the interest of young people working in agriculture declined drastically because of stigma negative about jobs as farmers, while most agricultural graduate tend to work outside the agricultural sector, according to Indonesian senior official in the ministry.
Director of Agricultural Education, said the central government through the Agriculture Ministry implement a several strategies to increase the interest of youth and scholars support agricultural sector development, initial strategy to change stigma about agriculture is not only cultivation in paddy fields, but development of agribusiness sector from subsistence upstream to downstream which opens opportunities for employment and business opportunities.
"The next strategy is fostering the entrepreneurial spirit in agriculture so that the college graduates of agricultural faculty to create jobs," said Mr Yulianto, second echelon officials in Agency for Agricultural Extension and Human Resources Development (AAEHRD) through written statement to B2B recently.
To run the strategy, he said, developed a program through training, apprenticeship programs, development activities and guidance so that they know the ease in creating and pioneering profitable business, so they were compelled to become young entrepreneurs agriculture that can move and create jobs agricultural sector.
"To arouse the interest of entrepreneurs with the develop their entrepreneurship mental, entrepreneurial opportunities, and facilitate for access to capital," Mr Yulianto said.
Regeneration of Farmers
The AAEHRD developing program of Agricultural Young Entrepreneurs of PWMP as main activity of ministry for next generation of farmers, which is designed for developing business opportunities for the youth and agriculture graduate become job creators in agricultural sector, especially agribusiness subsector.
He added that educational institutions become a center of development for agribusiness innovation with the venture capital assistance for students of Agricultural Extension Institute (STTP) and agriculture graduate from universities and students of agricultural vocational school (SMK-PP).
The PWMP activities carried out in four phases over three years divided as awareness phase in the first year, second year for development phase, and third year for independence phase, and 2016 was a year of pioneering activities of PWMP so that participants last year became leader of agricultural regeneration program.
He elaborates on the awareness phase includes establishment of executive team, socialization, registration, selection, technical guidance, and internships. While drafting of business plans, mentoring and business execution as a series of awareness phase.
The second year is a development phase that includes an evaluation of business, expansion of business scale, product quality and innovation. In independence phase prioritize developing and strengthening of business networking with the stakeholders such as banks, investors, suppliers and marketing agencies.
"In the end, all participants will be awarded as a young agricultural entrepreneurs," Mr Yulianto said.
Each the participants comes from are not civil servants of STPP students across Indonesia of Medan, Bogor, Magelang, Malang, Gowa and Manokwari. Then the agriculture graduate of Banda Aceh's Syah Kuala University, Padang's Andalas University, Lampung University, Bogor Agricultural University, Bandung's Padjajaran University, Yogyakarta's Gajah Mada University, Malang's Brawijaya University, and Makassar's Hasanuddin University. Then the students of agricultural vocational schools (SMK-PP) of Sembawa - South Sumatra Province, Banjarbaru - South Kalimantan Province, and Kupang - East Nusa Tenggara Province.