Kereta Api Cepat Batal Dibangun, Media Asing Soroti Keputusan Pemerintah

Indonesia Scraps Fiercely Contested Rail Project, Seeks Slower Train

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Kereta Api Cepat Batal Dibangun, Media Asing Soroti Keputusan Pemerintah
Disain stasiun super modern di New Delhi untuk mendukung layanan kereta api cepat di India (Foto & Data: MailOnline)

INDONESIA membatalkan rencana untuk membangun proyek kereta api cepat pertamanya dengan menawarkan pembangunannya kepada China dan Jepang, keduanya bersaing ketat meraih kontrak miliaran dolar, tapi dibatalkan dan kedua negara diminta untuk mengajukan proposal baru untuk mengembangkan kereta api konvensional, kata Menko Perekonomian pada Kamis.

Kedua raksasa Asia telah melobi hingga batas waktu hari Senin untuk meraih kontrak. Namun pada akhirnya, Presiden Joko Widodo memutuskan bahwa Indonesia belum membutuhkan kereta yang bisa mencapai kecepatan lebih dari 300 km per jam.

"Presiden telah memutuskan tidak membangun kereta api kecepatan tinggi. Saat ini Indonesia  cukup untuk memiliki kereta kecepatan menengah," kata Menko Perekonomian Darmin Nasution kepada wartawan seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.

Dia mengatakan bahwa China dan Jepang dapat mengajukan proposal baru untuk membangun jalur kereta api biasa antara Jakarta dan Bandung.

Kontrak untuk pembangunan jalur rel sepanjang 150 km yang menghubungkan dua kota, yang akan mempersingkat perjalanan menjadi hanya 35 menit dari saat ini sekitar tiga jam, telah memprovokasi persaingan ketat antara China dan Jepang.

Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi yang dapat memicu ketegangan hubungan dengan kedua negara. Jepang adalah investor terbesar kedua di Indonesia, sementara Cina adalah mitra dagang utama.

Bulan lalu, Jepang dan Cina mengirim utusan untuk mencoba melobi para pejabat Indonesia, masing-masing menawarkan kontrak sekitar US$5 miliar.

INDONESIA scrapped plans for its first high-speed railway and asked China and Japan, who were battling over the multi-billion dollar contract, to submit new proposals to build a slower train, a senior minister said on Thursday.

The two Asian giants had lobbied heavily up to Monday's deadline for the contract. But in the end, President Joko Widodo decided that Indonesia did not need a train that could reach speeds of more than 300 km (188 miles) per hour.

"The president has decided don't make it a high-speed train. It is enough to have a medium-speed train," chief economics minister Darmin Nasution told reporters.

He said that both China and Japan can submit new proposals to build a slower rail link between the capital Jakarta and the textile town of Bandung, to the south.

The contract for a 150-km (94-mile) rail line linking the two cities, which would have cut the journey to 35 minutes from around three hours currently, had provoked stiff rivalry between China and Japan.

It also put Indonesia in a diplomatic bind. Japan is Indonesia's second-largest investor, while China is its top trading partner.

Last month, Japan and China both sent envoys to try and win over Indonesian officials, each sweetening the terms of their bid for the contract worth about $5 billion.