Falcao, Isco, Thiago dan Higuain Ogah ke Liga Primer Inggris, Pertanda Apa?

Falcao, Isco, Thiago and now Higuain Snubbed the Premier League, Why?

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Novita Cahyadi


Falcao, Isco, Thiago dan Higuain Ogah ke Liga Primer Inggris, Pertanda Apa?
Falco, Isco, Thiago, Cavani dan sekarang Higuain memilih tidak bermain di Inggris (Foto2: Mail Online)

WAKTU itu, tidak begitu lama berlalu, ketika sepak bola Inggris, dengan sejarah, tradisi, dan, di atas semuanya, uang, akan menjadi tempat berlabuh para pemain top dunia.

Apakah itu Chelsea, yang dimiliki jutawan Roman Abramovich, Manchester United, dengan daya tarik global mereka, atau Manchester City sebagai klub ´baru kaya´, Liga Primer Barclays selalu muncul sebagai liga terbaik dalam persaingan rekrutmen pemain di bursa transfer.

Dari aktivitas di bursa transfer mulai muncul sesuatu yang mengkhawatirkan bagi prospek Liga Premier untuk menegaskan kembali eksistensinya sebagai kekuatan dominan di seluruh Eropa.

Tanda-tanda bahaya itu muncul musim lalu ketika Liga Champions memasuki babak semi final dan berubah menjadi duel pribadi antara Spanyol dan Jerman, yang melibatkan Bayern Munich yang akan head to head dengan Barcelona dalam satu laga dan Borussia Dortmund menghadapi Real Madrid di laga lainnya.

Bayern tampak lebih tangguh, setelah Jupp Heynckes digantikan oleh Pep Guardiola dan upaya Manchester United merekrut gelandang Barcelona Thiago Alcantara, dan secara luas diperkirakan akan menyapu semuanya.

Dortmund semakin percaya diri untuk mengirim pesan nakal ke Shinji Kagawa bahwa kehadirannya akan disambut kembali di Westfalenstadion setiap saat, dan harus berpikir keras untuk segera hengkang dari Old Trafford.

Sementara itu, Real dan Barcelona terus bertindak sebagai magnet untuk liga terbesar dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehilangan kekuatan daya tariknya.

Namun secara kemampuan keuangan, klub elit di Liga Primer Inggris bersedia membayar mahal setiap pemain hebat kelas dunia yang melampaui kemampuan finansial klub di Spanyol dan Jerman.

Dipimpin oleh Juventus, klub-klub top Italia secara perlahan namun pasti muncul dari hari-hari kelabu salah urus keuangan, sementara liga yang nyaris tidak terdeteksi yakni Liga Prancis, melalui Paris Saint-Germain dan Monaco, mulai menggoda pemain yang menganggap uang tunai sepenting banyaknya pujian.

PSG telah memantapkan kiprahnya melalui kemampuan finansial yang dihabiskan dalam satu transaksi, dengan tawaran menggiurkan senilai 55 juta poundsterling di atas Chelsea dan Manchester City untuk menggaet Edinson Cavani, tapi yang lebih mengejutkan besarnya pengeluaran Monaco sebesar 113 juta poundsterling hanya untuk merekrut tiga pemain.

Gelandang Portugal Joao Moutinho sangat tertarik hijrah ke Tottenham, tapi menolak tawaran 21.5 juta poundsterling, sementara Manchester United mungkin menganggap harga 38,5 juta poundsterling yang diminta pemain sayap James Rodriguez sebagai tidak masuk akal. Monaco tidak begitu, dan hampir tidak mengedipkan mata ketika mereka menyetor ke Porto cek senilai 60 juta poundsterling untuk untuk menggaet pasangan ini.

Pendapatan dari laga yang berlangsung di Stade Louis 11 berkapasitas 18 ribu penonton tidak sepadan dengan nilai tersebut, tetapi dengan dana yang tak terbatas yang digelontorkan manajer Claudio Ranieri sejak kelompok investasi yang dipimpin oleh miliarder Rusia Dmitry Rybolovlev membeli ke mereka pada Desember 2011, ternyata mereka sanggup menghabiskan 53 juta poundsterling untuk merekrut Radamel Falcao.

Sekali lagi, kontrak Falcao meskipun melampaui tawaran dari Inggris. Chelsea sangat tertarik untuk merekrutnya, dan  mungkin Stamford Bridge lebih layak menjadi tempat yang bagi pemain berbakat ini di Eropa, tapi uang memegang kekuasaan.

Hal ini bukan hanya uang, baik. Ketika Barcelona mengumumkan bahwa mereka memenangkan persaingan senilai 48 juta poundsterling untuk Neymar, hal itu bukanlah kejutan besar. Pele, tidak kurang, telah mendukung rekan senegaranya untuk menggantikan Lionel Messi sebagai pemain terbaik di planet ini, dan kesempatan untuk bermain bersama di Nou Camp akan menjadi stadio paling penting untuk mengasah bakat dan potensinya pemain hebat asal Brasil ini.

Demikian juga, di Jerman, Robert Lewandowski telah memetakan jalur karir yang tidak tergoda oleh tawaran uang yang menggiurkan. Manchester United yakin kariernya di Old Trafford lebih menjanjikan, setelah Dortmund gagal membujuknya untuk menandatangani kontrak baru, hingga ia memilih berlabuh di Bayern Munich.

Striker pencetak gol terbanyak ini harus meninggalkan sisa kontrak 12 bulan di Dortmund, setelah mereka tegas menolak untuk membiarkannya mengikuti Mario Gotze ke Allianz Arena, namun keinginannya untuk menjadi ujung tombak serangan Bayern, menjadi alasan utama di sepak bola, ketika ia bebas sebagai pemain tanpa ikatan kontrak.

Sementara Bayern semakin bertambah kuat, juara Serie A Juventus juga tampak lebih tangguh dari sebelumnya, setelah merekrut Carlos Tevez ditunjang Fernando Llorente dari  Athletic Bilbao untuk meneken kontrak dan keduanya bakal menjadi ujung tombak penyerang yang bakal merepotkan pertahanan terbaik klub-klub Eropa di musim depan.

Kisah frustasi transfer bagi klub Inggris terus berlangsung, setelah David Villa memilih hijrah ke Atletico Madrid dari Barcelona.

Pembelotan Manuel Pellegrini dari Malaga ke kursi panas di Etihad Stadium secara luas dipandang sebagai alat tawar kuat untuk mendukung keseimbangan City.

Mungkin tidak cukup menjadi liga kelas dua, tetapi merupakan tren mengganggu yang menunjukkan tanda-tanda muram, menyusul kabar bahwa Arsenal akan diakuisisi oleh pemilik modal dari luar Inggris. Gonzalo Higuain dari Real Madrid telah didekati oleh Arsene Wenger sepanjang musim panas tapi akhirnya memilih hijrah ke Napoli, seperti dilansir Mail Online.

Perjuangan untuk meningkatkan permainan domestik Inggris terus berlangsung, dengan manajer United David Moyes terus mengejar gelandang Barcelona Cesc Fabregas, mempertahankan incaran di dalam negeri terhadap strikter Tottenham, Gareth Bale dan masih mendambakan kembalinya Cristiano Ronaldo ke Old Trafford.

Saat ia dan manajer saingannya mengambil peluang dari transfer yang paling signifikan dari musim panas sejauh ini, mereka mungkin harus mengakui bahwa semua klaim tentang Premier League menjadi yang terbaik di dunia mulai terlihat tanda-tanda meredup.

TIME was, not so long ago, when English football, with its history, tradition and, above all, money, was the place to be for the world’s top players.

Whether it be Chelsea, bankrolled by Roman Abramovich, Manchester United, with their global appeal, or Manchester City’s new-found wealth, the Barclays Premier League’s finest always appeared well equipped to take on all-comers in any transfer tussle.

A glance at recent market activity paints a worrying picture for the Premier League prospects of reasserting themselves as the dominant force across Europe and beyond.

The warning signs were flashing last season when the Champions’ League reached the semi-final stage and turned into a private duel between Spain and Germany, with Bayern Munich going head to head with Barcelona in one tie and Borussia Dortmund facing Real Madrid in the other.

Bayern look even more formidable, after replacing Jupp Heynckes with Pep Guardiola and pipping United for Barcelona midfielder Thiago Alcantara, and are already being widely tipped to sweep all before them on the domestic front this coming season.

Dortmund felt suitably sure of themselves to send a cheeky message to Shinji Kagawa that he would be welcome back at the Westfalenstadion any time, should he begin to have second thoughts about quitting them for Old Trafford last summer.

Meanwhile, Real and Barcelona continue to act as magnets for the game’s biggest names and show no sign of losing their powers of attraction.

Disconcertingly for the Premier League’s elite, the range of clubs willing and able to pay the going rate for world-class talent now extends beyond Spain and Germany.

Led by Juventus, Italy’s top clubs are slowly but surely emerging from the ruinous days of financial mismanagement, while even the largely unheralded French League, in the shape of Paris Saint-Germain and Monaco, is beginning to tempt those who consider cash as important as kudos.

PSG have led the way for money spent in a single transaction, with their stunning £55million capture of Chelsea and Manchester City target Edinson Cavani, but even that was eclipsed by the sheer scale of Monaco’s staggering £113million outlay on three players.

Portugal midfielder Joao Moutinho had strongly interested Tottenham, but not at £21.5million, while Manchester United may well have considered £38.5million an excessive asking price for winger James Rodriguez. Monaco did not, and scarcely batted an eyelid as they handed Porto a £60million cheque for the pair.

Matchday revenue may be on the modest side at the 18,000-capacity Stade Louis 11, but with seemingly unlimited funds at manager Claudio Ranieri’s disposal since an investment group headed by Russian billionaire Dmitry Rybolovlev bought into them in December, 2011, they were able to go out and spend a further £53million on Radamel Falcao.

Again, the Falcao deal went through despite overtures from England. Chelsea were desperately keen to recruit him, and many may feel Stamford Bridge would have been a more appropriate venue for one of Europe’s most accomplished finishers, but money held sway. Anyone see a pattern developing here?

It is not just money, either. When Barcelona announced they had won the £48million battle for Neymar, it came as no great surprise. Pele, no less, had backed his compatriot to supersede Lionel Messi as the greatest player on the planet, and the chance to play alongside the Nou Camp wizard always figured most prominently in the Brazil frontrunner’s deliberations.

Likewise, in Germany, Robert Lewandowski has mapped out a career path that is untainted by financial calculations. Manchester United were convinced he was Old Trafford-bound this summer, after Dortmund failed to talk him into signing a new contract, and so he was until Bayern Munich entered the fray.

The prolific striker will have to see out the remaining 12 months on his Dortmund contract, after they flatly refused to willingly let him follow Mario Gotze to the Allianz Arena, but his wish to spearhead Bayern’s attack, for purely football reasons, will be granted when he becomes a free agent this time next year.

While Bayern go from strength to strength, Serie A champions Juventus are also looking more formidable than ever, after adding Carlos Tevez to Athletic Bilbao free signing Fernando Llorente to create an attacking spearhead that should trouble Europe’s finest defences next season.

The tale of transfer frustration for English clubs goes on, with David Villa joining Atletico Madrid from Barcelona.

Manuel Pellegrini’s defection from Malaga to the Etihad Stadium hot seat was widely viewed as a powerful bargaining tool that should tip the balance City’s way.