Densus 88 akan Tambah 500 Personel Antisipasi Aksi Terorisme Simpatisan ISIS
Indonesia to Add Hundreds of Counter-terrorism Police to Monitor IS

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
Senin, 01 Januari 2018
Foto: Reuters

PASUKAN kontra teroris dari Polri, Detasemen Khusus 88 (Densus 88) akan mendapatkan tambahan 600 personel tahun depan untuk mendukung penumpasan aksi terorisme dan mencegah aksi bom bunuh diri.

Ratusan penyelidik dan personel kontra terorisme akan bergabung dengan Densus 88 yang saat ini berkekuatan 500 personel, unit polisi yang bertugas mengungkap dan menangkap jaringan militan dan mencegah serangan aksi bunuh diri.

"Kami akan melakukan ini untuk memantau jaringan teroris lebih dekat karena jaringan ISIS tetap ada di Indonesia dan Asia Tenggara," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Jakarta, belum lama ini.

"Langkah ini ditempuh karena meningkatnya aktivitas ´aksi bom bunuh diri´ dan dinamika jaringan ISIS di seluruh dunia," katanya, saat ditanya apakah peningkatan personil tersebut sebagai tanggapan atas ancaman spesifik.

Polri menilai aksi terorisme meningkat dalam beberapa tahun terakhir, yang sebagian besar terinspirasi oleh Negara Islam (ISIS). Ratusan warga Indonesia diyakini telah berada di Suriah untuk bergabung dengan ISIS namun banyak pula yang kembali karena wilayah yang dikuasai ISIS berhasil direbut kembali oleh militer Suriah.

Pihak berwenang khawatir militan yang kembali dari Timur Tengah diperkirakan termasuk pejuang yang mendukung pertempuran yang dapat melanjutkan apa yang telah mereka pelajari terkait dengan senjata dan serangan terorisme.

Jenderal Tito Karnavian, adalah mantan kepala Densus 88, mengatakan bahwa personil tambahan akan ditempatkan di provinsi-provinsi tertentu yang "diketahui terkait dengan jaringan ISIS."

Satuan Densus 88 dibentuk pada 2003, setelah serangan bom di Bali pada 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.

Densus 88 awalnya dilatih, didanai dan didukung oleh Australia dan Amerika Serikat.

Gerilyawan yang terkait dengan negara Islam membunuh orang-orang dalam serangan senjata dan bom di jantung ibukota, Jakarta, pada 2016, namun serangan tersebut, dan serangkaian pembunuhan lainnya sejak saat itu, telah direncanakan dan berhasil dipatahkan oleh Polri.

Unit kontra-teroris Polri, yang dikenal sebagai Densus 88, menggagalkan beberapa serangan dan menangkap puluhan tersangka militan tahun ini seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.


INDONESIA´S counter-terrorist police force is to get 600 extra personnel next year to monitor Islamic State networks and head off so-called lone wolf attacks, the chief of police in the world´s largest Muslim-majority country said on Friday.

Hundreds of investigators and surveillance personnel will join an existing force of about 500 officers at Detachment 88, a police unit tasked with uprooting militant networks and foiling attacks.

"We will do this to monitor terrorist networks more closely since ISIS networks remain in Indonesia and Southeast Asia," National Police Chief Tito Karnavian told Reuters, referring to Islamic State.

"It´s more due to increasing ´lone wolf´ activity and the dynamics of ISIS networks around the world," he said, when asked if the increase in personnel was in response to a specific threat.

Indonesia has seen a resurgence in homegrown militancy in recent years, largely inspired by Islamic State. Hundreds of Indonesians are believed to have travelled to Syria to join the group, but many have returned as it has lost territory.

Authorities worry militants returning from the Middle East may include battle-hardened fighters who could pass on what they have learned about weapons and attacks.

Karnavian, a former chief of the counter-terrorism unit himself, said the extra personnel will be deployed to certain provinces where "we perceive ISIS networks exist".

The counter-terrorist force was set up in 2003, after bomb attacks on the holiday island of Bali in 2002 killed more than 200 people.

It was initially trained, funded and equipped by Australia and the United States.

Islamic State-linked militants killed for people in a gun and bomb attack in the heart of the capital, Jakarta, in 2016, but the assault, and a series of others since then, have been poorly planned and executed.

The counter-terrorist unit, known as Densus 88, foiled several attacks and arrested dozens of suspected militants this year.

TERKAIT - RELATED