HITI: Lahan Gambut Potensinya Besar tapi Belum Optimal Dimanfaatkan
Peatland in Indonesia Have Enormous Potential but Not Optimal Utilization

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Rabu, 24 Desember 2014
Sekretaris Jenderal Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Suwardi (kanan) Foto: B2B/Mya

Jakarta (B2B) - Pemanfaatan lahan gambut di Indonesia belum optimal, hanya sekitar 20% atau 2,4 hektar  untuk pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman industri (HTI) sementara total luas lahan gambut mencapai 14,9 juta hektar dan 55% masih dalam bentuk hutan alam.

"Lahan gambut merupakan lahan masa depan bagi pertanian, perkebunan dan HTI bila dikelola dengan tepat. Hanya saja perlu teknologi dan pengelolaan yang bertanggung jawab agar tidak menjadi persoalan baru di kemudian hari," kata Sekretaris Jenderal Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) di Jakarta, Suwardi di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, ada sebagian pihak yang hanya melihatnya dari sisi lingkungan setelah dituding sebagai penyebab emisi padahal dengan pengelolaan yang baik akan mampu menekan emisi ketimbang lahan terdegradasi. Sementara, negara industri yang mengeluarkan emisi jauh lebih besar justru tidak mendapatkan tekanan seperti yang dialami negara-negara berkembang.

Suwardi menambahkan, akibat tekanan tersebut lahan gambut yang dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan dan HTI saat ini baru mencapai 20% atau 2,4 juta hektar. Pemanfaatan untuk lahan perkebunan sawit sekitar 1,6 juta hektar dan sekitar 3,9 juta hektar adalah lahan terdegradasi, karena dibuka tapi tidak dimanfaatkan. Sisanya, sekitar 0,6 juta hektar adalah lahan bekas tambang dan 10% untuk infrastruktur dan fasilitas umum.

"HITI menilai pengelolaan lahan gambut berwawasan lingkungan melalui penerapan rekayasa teknologi tata kelola air atau ekohidro untuk pemanfaatan lahan secara produktif di Indonesia. Dari sisi teknologi, ekohidro mampu mempertahankan fungsi lahan gambut sebagai penyimpan karbon dan menjaga kelangsungan hidup plasma nutfah," tambah Suwardi.


Jakarta (B2B) - Utilization of peatlands in Indonesia is not optimal, just around 20% or 2.4 hectares for agriculture, plantations and industrial forests while the total area of peatlands reached 14.9 million hectares, and 55% are still the forest.

"Peatlands are the future of agriculture, plantations and industrial forests if properly managed. Just need to technology with responsible management so as not be a new problem in the future," Secretary General of the Indonesian Association of Soil Science, known as HITI, Suwardi said here on Tuesday.

According to him, in terms of the environment has been blamed for emissions, but with proper management is able to reduce emissions rather than degraded lands. Meanwhile, industrialized countries as the largest emitters, it does not get pressure as developing countries.

Suwardi added, consequently peatlands used for agriculture, plantations and industrial forests has reached 20% or 2.4 million hectares. The utilization for the palm oil plantations around 1.6 million hectares, and approximately 3.9 million hectares are degraded lands, because land clearing without utilized. The rest, about 0.6 million hectares are mined lands, and 10% for the infrastructure and public facilities.

"HITI assess peatland management environmental care through the implementation of water management, land use productively. The application of this technology can maintain the function of peatlands as a carbon sink, and maintain the viability of the germplasm," he said.

TERKAIT - RELATED