PBNU Sesalkan Insiden Tolikara, dan Serukan Jangan Ada Lagi Konflik SARA
Indonesian Islamic Leader Calls No More Conflict over Religions

Reporter : Rizki Saleh
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Senin, 20 Juli 2015
Peta: tribaratanews.com

Jakarta (B2B) - Nahdlatul Ulama menyatakan kecewa dan sangat menyesalkan insiden di Tolikara, Papua pada Jumat (17/7) dan berharap jangan ada lagi konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), yang melibatkan antarkelompok warga di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua pada Idul Fitri 1 Syawal 1436 H.

"Saya berharap kejadian ini adalah yang terakhir dan tidak terulang kembali di masa yang akan datang," kata Ketua Umum Pengurus Besar (PBNU) KH Said Aqil Sirad melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta pada Minggu.

Said Aqil Siradj mengingatkan, jangan sampai ada lagi kerusuhan hanya karena perbedaan agama atau suku. Indonesia sebagai negara kesatuan membutuhkan kesatuan yang kokoh di era globalisasi.

Menurutnya, apapun agamanya, apapun sukunya, apapun partai politiknya, apapun alirannya harus bersatu memasuki era globalisasi ini supaya bangsa ini tidak tergerus pada era yang sangat menantang ini.

"Hal ini sangat membutuhkan persatuan dan kesatuan yang kokoh," katanya.

Ia berharap, kejadian di Tolikara adalah yang terakhir dan tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Mengenai kemungkinan adanya aktor intelektual yang 'memancing di air keruh' Siradj menegaskan, kalau sampai ada aktor intelektual di balik kejadian ini maka siapapun orang itu sangat jahat sekali.

Ia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, "perbedaan agama bukanlah barang baru."

Dia menambahkan, sejak masa prakemerdekaan, seluruh warga bangsa sudah sepakat bahwa negara ini adalah negara kebangsaan (nation state), darussalam, atau negara kesatuan yang merangkul semua komponen bangsa.


Jakarta (B2B) - Indonesian Islamic mass organization leader, KH Said Aqil Siradj admitted disappointment over and deplored the incident in Tolikara, Papua province that happened on Friday (7/17) and hoped that it would be the last to happen in Indonesia.

"I hope this will be the last and will not recur in the future," Mr Siradj as the chairman of the Nahdlatul Ulama, which is one of the largest Islamic organizations in Indonesia through the written statement here on Sunday.

He added, no riot should happen again because of religious or tribal differences, adding Indonesia in the current global era needed strong unity.

Mr Siradj said all Indonesian people regardless of their religions, tribes, political parties or ideologies must unite so that the nation would not be eroded in the current challenging era.

"Strong unity and cohesiveness are needed to meet the challenge," he said.

Regarding possible intellectual actor playing behind the incident Said Aqil Siradj said if it was true whoever he was must be a really very cruel man.

He reminded that the Indonesian people are civilized people while "religious differences are not new to them."

He said before the country declared independence all parties had agreed that the country would be a nation state, a unitary state that would embrace all national components.

TERKAIT - RELATED