PRESIDEN RI mencopot Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri sehari setelah melantik pendiri Indonesian Corruption Watch (ICW) Teten Masduki sebagai kepala staf kepresidenan, untuk menghilangkan kritik yang menuding presiden enggan melindungi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap kepentingan pribadi pihak-pihak tertentu.
Adanya rivalitas antara Polri dan KPK yang meningkat tahun ini setelah lembaga antirasuah tersebut menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi setelah menjadi kandidat kuat Kapolri.
Pengumuman pada Jumat tentang pemindahan Komjen Budi Waseso menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) mendapat pujian dari para aktivis yang menudingnya berada di balik upaya untuk melemahkan KPK.
"Dikonfirmasi bahwa (Waseso) diangkat sebagai kepala badan narkotika," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Charliyan melalui pesan singkat seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.
Polri dituding berada di antara lembaga-lembaga yang paling korup di Indonesia, kata Transparensi International, yang melansir peringkat indeks persepsi pemberantasan korupsi di Indonesia berada di bawah China dan Nigeria.
Dalam sengketa polisi dengan para penyidik KPK, Budi Waseso langsung memimpin penangkapan penyidik KPK, yang berpangkat komisaris polisi, dan sebelumnya bertindak sebagai penyidik utama pada berbagai kasus-kasus penting pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Dicopotnya Budi Waseso menandai era baru bagi gerakan anti-korupsi di Indonesia," kata Adnan Topan dari ICW.
"Ini juga merupakan kesempatan baru bagi polisi untuk meningkatkan kualitas penegakan hukum dan untuk mendapatkan kembali kepercayaan publik," tambahnya.
INDONESIA'S PRESIDENT has removed the country's chief police detective days after picking a graft campaigner as his chief of staff, dispelling critics' perception of a reluctance to protect the national corruption agency against vested interests.
A long-standing rivalry between Indonesia's police and its popular anti-graft agency boiled over this year after the agency named President Joko Widodo's previous choice to be police chief as a suspect in a bribery case.
Friday's announcement of three-star police general Budi Waseso's transfer to head the narcotics agency won praise from activists who accused him of being behind efforts to weaken the anti-corruption agency.
"It's confirmed that (Waseso) has been named the head of the narcotics agency," a police spokesman, Anton Charliyan, said in a text message.
The police are perceived to be among Indonesia's most corrupt institutions, says watchdog Transparency International, whose corruption perceptions index ranks the nation below China and Niger.
In the police dispute with the anti-graft investigators, Waseso had been seen to lead the charge against the agency, having arrested its chief, a commissioner, and a key investigator on various charges.
"Waseso's replacement marks a new era for the anti-corruption movement in Indonesia," said Adnan Topan of a non-government body, Indonesia Corruption Watch.
"It also is a new opportunity for the police to improve quality of law enforcement and to regain public trust," he added.